Ketika kita membahas Doktrin Keselamatan (soteriology), rasanya sangat sulit untuk menghindar dari pembahasan tentang Calvinisme. John Calvin diyakini oleh para pemujanya yang umumnya para pemimpin gereja Reform dan Presbyterian sebagai seorang yang telah menyusun konsep keselamatan yang terbaik sepanjang zaman. Benarkah demikian? Namun Calvin sendiri menyatakan bahwa seluruh konsep keselamatannya didasarkan pada Bapak gereja yang sangat dikaguminya, yaitu Agustinus, seorang pendiri gereja Roma Katolik yang telah menyesatkan banyak orang.
Sesungguhnya kalau demikian maka jika konsep keselamatan Agustinus benar maka benarlah konsep keselamatan Calvin. Dr. Laurence M. Vance dengan bukunya The Other Side of Calvinism, buku setebal 788 halaman, telah membahas secara menyeluruh tentang Calvinism. Menurut Vance “Calvinisme is therefore the greatest Christian heresy that has plagued the church.” (Calvinisme adalah ajaran sesat yang terhebat yang mewabahi kekristenan). Menurut Laurence M. Vance, ajaran Calvin yang tidak alkitabiah telah melanda dunia kekristenan bahkan gereja-gereja Baptis yang secara prinsip berbeda dasar theologinya. Menurut Vance, kaum Anabaptis adalah kelompok yang percaya bahwa keselamatan datang dari bertobat dan percaya, bukan yang dipilih Allah tanpa kondisi (unconditional election) seperti yang dikatakan oleh Calvin.
Banyak pemimpin jemaat yang sedemikian terikatnya pada Calvinisme sehingga sesungguhnya kepercayaannya tidak seperti yang dipercayai Calvinis, toh tetap menyebut diri Calvinis. Seorang theolog berkata kepada Dr. Suhento Liauw bahwa Rektor seminarinya percaya bahwa ada aspek tanggung jawab manusia dalam teologinya, namun tetap menyebut dirinya Calvinis sambil menuduh yang percaya pada unconditional election itu adalah ultra-Calvinis. Kalau dipikirkan secara jernih, sejak ia percaya adanya aspek tanggung jawab manusia, maka secara otomatis ia bukan seorang Calvinis lagi karena teologi Calvinis tidak mengenal aspek tanggung jawab manusia sama sekali.
Banyak pemimpin jemaat gereja Baptis yang tanpa berpikir panjang berkata bahwa mereka two-point Calvinist atau one-point Calvinist. Mereka percaya pada aspek perseverance yang Calvinistic bahkan ngotot tanpa mempercayai unconditional election dan limited atonement Calvin. Mereka percaya bahwa sekali diselamatkan selama-lamanya akan diselamatkan tak peduli apapun yang terjadi. Padahal ini adalah bentuk perseverance Calvinistic yang merupakan efek samping dari dipilih Allah secara tanpa kondisi.
Jika manusia memang sudah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah namun tidak kehilangan kesadaran diri dan kemampuan respon, sehingga Allah masih menyerukan agar manusia bertobat dan percaya, maka ia tidak kehilangan aspek tanggung jawab manusia. Dan jika manusia bertanggung jawab untuk bertobat dan percaya, maka setelah bertobat dan percaya pun manusia tetap bertanggung jawab untuk setia hingga akhir.
Menurut Dave Hunt maupun Laurence M. Vance tidak ada orang yang bisa percaya pada 2 point atau 1 point dari filsafat Calvin itu karena 5 point-nya saling kait-mengait. Satu poin dilepaskan maka akan terlepas secara keseluruhannya. Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irrisistible Grace, dan Preserverance of the Saints adalah sebuah rangkaian filsafat yang saling kait-mengait secara berkesinambungan.
Kelihatannya Calvin terlebih dulu dapatkan filsafat ini dari poin Unconditional Election dan kemudian ia menyodok ke atas dengan nalar kalau manusia diselamatkan karena dipilih Allah maka itu seharusnya manusia bukan hanya total depravity melainkan total inability sebab seandainya manusia masih bisa merespon maka konsep Unconditional Election tidak bisa diterapkan. Kemudian ia menyodok ke bawah dengan nalar bahwa kalau Unconditional Election maka tidak mungkin Allah menebus seluruh manusia. Konsep atonement (penebusan) yang bisa masuk ke dalam konsep Unconditional Election ialah Limited Atonement, sebab tidak masuk akal kalau Allah menebus semua manusia namun tidak memilih semuanya untuk masuk Sorga. Karena tiang utama filsafat ini adalah Unconditional Election, maka sekalipun harus menabrak banyak ayat, tetap harus dipaksakan konsep Limited Atonement.
Dan dari sini ia maju lagi satu langkah ke bawah. Kalau keselamatan itu sepenuhnya oleh pilihan Allah tanpa kondisi (Unconditional Election), maka manusia tidak mungkin bisa menolak pilihan Allah sehingga terciptalah poin keempat yang disebut, Irrisistible Grace (anugerah yang tidak dapat ditolak). Padahal kita menyaksikan penolakan Injil baik terhadap Tuhan Yesus oleh para ahli Taurat dan Farisi maupun terhadap para Rasul dalam kitab Kisah Para Rasul.
Dan poinnya yang terakhir, jika Allah yang memilih secara tanpa kondisi, penebusan hanya kepada orang yang dipilih, dan manusia tidak bisa menolak pilihan Allah, maka siapapun yang terpilih, pastilah akan dipelihara Allah hingga akhir hidupnya. Bahkan ada seorang pemimpin jemaat berkata kepada Dr. Suhento Liauw bahwa ia percaya sekali bahwa seseorang yang telah dipilih, walaupun kemudian hidupnya kacau bahkan telah pindah ke agama lain, ia yakin pada suatu hari kelak, sebelum ia mati, ia akan kembali. Tentu tanpa ayat pendukung melainkan berdasarkan keyakinan yang dipupuk lewat nalar filsafat Calvin. Lihatkah pembaca bahwa Calvinisme sesungguhnya adalah sebuah rangkaian filsafat yang disusun berdasarkan sebuah konsep terlebih dahulu? Calvinisme bukan theology yang disimpulkan dari ayat-ayat Alkitab, melainkan sebuah rangkaian nalar yang sangat logis, yang dimulai dari sebuah keyakinan. Dari keyakinan bahwa manusia masuk Sorga oleh pilihan Allah kemudian dikembangkan menjadi sebuah rangkaian filsafat yang sistematis dan logis.
Selanjutnya dari konsep ini mereka menabrak semua ayat dan menafsirkannya dengan menyesuaikannya dengan konsep mereka sehingga mereka berkata bahwa kata “semua” dalam I Yoh 2:2, Ibr 2:9 itu bukan berarti semua orang, dan kata “seisi dunia” dalam I Yoh 1:29 itu bukan seisi dunia. Bahkan untuk mendukung konsep Persevarence mereka, semua ayat yang menunjukkan bahwa manusia harus setia sampai akhir (I Kor 15:2, Ibr 3:6, 14 dll), ditabrak tanpa pertimbangan. Itulah sebabnya Vance berkata bahwa Calvinisme adalah ajaran sesat yang terhebat dalam kekristenan. Dan ia telah merusak kekristenan dari dalam jauh lebih dahsyat dari ajaran sesat manapun. Ajaran sesat lain begitu menyolok dan begitu cepat diidentifikasi dan segera diisolasi. Namun Calvinisme masuk ke dalam kekristenan dan menyerang kekristenan dari dalam. Eropa dan Amerika bahkan kekristenan seluruh dunia semakin dikalahkan oleh Islam karena Kristen Calvinis tidak antusias menginjil sebab mereka percaya masuk Sorga oleh pemilihan tanpa kondisi. Akibat lain adalah mayoritas anggota jemaat gereja-gereja Calvinistic tidak bertobat karena mereka yakin bahwa mereka telah dipilih. Mereka juga tidak perlu percaya bahwa Yesus telah menggantikan mereka disalibkan serta tidak perlu menghayati diri untuk hidup bagi Yesus, karena mereka adalah orang-orang istimewa yang telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan.
Tentu orang Kristen Calvinistik di Eropa tidak antusias menginjil kaum muslim imigran yang datang ke Eropa karena seberapa banyak orang Arab yang akan masuk Sorga telah ditentukan Allah sebelum dunia dijadikan. Hasilnya jumlah orang muslim di kota London sudah lebih banyak dari jumlah anggota jemaat Methodis, dan semakin bertambah untuk mengalahkan jumlah anggota jemaat Anglikan.
Banyak misionari Baptis yang pergi ke seluruh dunia tidak percaya pada Unconditional Election namun mengajarkan Perseverance Calvinistic. Sikap mereka telah menyebabkan doctrinal inconsistency dalam pengajaran mereka. Doctrinal inconsistency akan membuntukan nalar sehingga yang bersangkutan tidak berpikir logis melainkan hanya ngotot saja. Mereka tidak percaya pada unconditional election karena jika mereka percaya pada filsafat calvinistik ini maka mereka tidak mungkin menjadi misionari. Sebab jika Allah telah memilih sejumlah orang Papua untuk masuk Sorga dan sejumlah lain untuk masuk Neraka sebelum dunia dijadikan dalam sebuah dekrit, apa manfaatnya para misionari pergi ke Papua dengan bersusah payah, terancam menderita malaria dan lain sebagainya? Seharusnya mereka sadar bahwa jika mata rantai Unconditional Election tidak alkitabiah, maka mata rantai lain, Preservarence of the Saints model Calvinistik, juga perlu direnungkan ulang.
Sumber: Doktrin Keselamatan Alkitabiah, Dr. Suhento Liauw, GBIA Graphe.
Sesungguhnya kalau demikian maka jika konsep keselamatan Agustinus benar maka benarlah konsep keselamatan Calvin. Dr. Laurence M. Vance dengan bukunya The Other Side of Calvinism, buku setebal 788 halaman, telah membahas secara menyeluruh tentang Calvinism. Menurut Vance “Calvinisme is therefore the greatest Christian heresy that has plagued the church.” (Calvinisme adalah ajaran sesat yang terhebat yang mewabahi kekristenan). Menurut Laurence M. Vance, ajaran Calvin yang tidak alkitabiah telah melanda dunia kekristenan bahkan gereja-gereja Baptis yang secara prinsip berbeda dasar theologinya. Menurut Vance, kaum Anabaptis adalah kelompok yang percaya bahwa keselamatan datang dari bertobat dan percaya, bukan yang dipilih Allah tanpa kondisi (unconditional election) seperti yang dikatakan oleh Calvin.
Banyak pemimpin jemaat yang sedemikian terikatnya pada Calvinisme sehingga sesungguhnya kepercayaannya tidak seperti yang dipercayai Calvinis, toh tetap menyebut diri Calvinis. Seorang theolog berkata kepada Dr. Suhento Liauw bahwa Rektor seminarinya percaya bahwa ada aspek tanggung jawab manusia dalam teologinya, namun tetap menyebut dirinya Calvinis sambil menuduh yang percaya pada unconditional election itu adalah ultra-Calvinis. Kalau dipikirkan secara jernih, sejak ia percaya adanya aspek tanggung jawab manusia, maka secara otomatis ia bukan seorang Calvinis lagi karena teologi Calvinis tidak mengenal aspek tanggung jawab manusia sama sekali.
Banyak pemimpin jemaat gereja Baptis yang tanpa berpikir panjang berkata bahwa mereka two-point Calvinist atau one-point Calvinist. Mereka percaya pada aspek perseverance yang Calvinistic bahkan ngotot tanpa mempercayai unconditional election dan limited atonement Calvin. Mereka percaya bahwa sekali diselamatkan selama-lamanya akan diselamatkan tak peduli apapun yang terjadi. Padahal ini adalah bentuk perseverance Calvinistic yang merupakan efek samping dari dipilih Allah secara tanpa kondisi.
Jika manusia memang sudah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah namun tidak kehilangan kesadaran diri dan kemampuan respon, sehingga Allah masih menyerukan agar manusia bertobat dan percaya, maka ia tidak kehilangan aspek tanggung jawab manusia. Dan jika manusia bertanggung jawab untuk bertobat dan percaya, maka setelah bertobat dan percaya pun manusia tetap bertanggung jawab untuk setia hingga akhir.
Menurut Dave Hunt maupun Laurence M. Vance tidak ada orang yang bisa percaya pada 2 point atau 1 point dari filsafat Calvin itu karena 5 point-nya saling kait-mengait. Satu poin dilepaskan maka akan terlepas secara keseluruhannya. Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irrisistible Grace, dan Preserverance of the Saints adalah sebuah rangkaian filsafat yang saling kait-mengait secara berkesinambungan.
Kelihatannya Calvin terlebih dulu dapatkan filsafat ini dari poin Unconditional Election dan kemudian ia menyodok ke atas dengan nalar kalau manusia diselamatkan karena dipilih Allah maka itu seharusnya manusia bukan hanya total depravity melainkan total inability sebab seandainya manusia masih bisa merespon maka konsep Unconditional Election tidak bisa diterapkan. Kemudian ia menyodok ke bawah dengan nalar bahwa kalau Unconditional Election maka tidak mungkin Allah menebus seluruh manusia. Konsep atonement (penebusan) yang bisa masuk ke dalam konsep Unconditional Election ialah Limited Atonement, sebab tidak masuk akal kalau Allah menebus semua manusia namun tidak memilih semuanya untuk masuk Sorga. Karena tiang utama filsafat ini adalah Unconditional Election, maka sekalipun harus menabrak banyak ayat, tetap harus dipaksakan konsep Limited Atonement.
Dan dari sini ia maju lagi satu langkah ke bawah. Kalau keselamatan itu sepenuhnya oleh pilihan Allah tanpa kondisi (Unconditional Election), maka manusia tidak mungkin bisa menolak pilihan Allah sehingga terciptalah poin keempat yang disebut, Irrisistible Grace (anugerah yang tidak dapat ditolak). Padahal kita menyaksikan penolakan Injil baik terhadap Tuhan Yesus oleh para ahli Taurat dan Farisi maupun terhadap para Rasul dalam kitab Kisah Para Rasul.
Dan poinnya yang terakhir, jika Allah yang memilih secara tanpa kondisi, penebusan hanya kepada orang yang dipilih, dan manusia tidak bisa menolak pilihan Allah, maka siapapun yang terpilih, pastilah akan dipelihara Allah hingga akhir hidupnya. Bahkan ada seorang pemimpin jemaat berkata kepada Dr. Suhento Liauw bahwa ia percaya sekali bahwa seseorang yang telah dipilih, walaupun kemudian hidupnya kacau bahkan telah pindah ke agama lain, ia yakin pada suatu hari kelak, sebelum ia mati, ia akan kembali. Tentu tanpa ayat pendukung melainkan berdasarkan keyakinan yang dipupuk lewat nalar filsafat Calvin. Lihatkah pembaca bahwa Calvinisme sesungguhnya adalah sebuah rangkaian filsafat yang disusun berdasarkan sebuah konsep terlebih dahulu? Calvinisme bukan theology yang disimpulkan dari ayat-ayat Alkitab, melainkan sebuah rangkaian nalar yang sangat logis, yang dimulai dari sebuah keyakinan. Dari keyakinan bahwa manusia masuk Sorga oleh pilihan Allah kemudian dikembangkan menjadi sebuah rangkaian filsafat yang sistematis dan logis.
Selanjutnya dari konsep ini mereka menabrak semua ayat dan menafsirkannya dengan menyesuaikannya dengan konsep mereka sehingga mereka berkata bahwa kata “semua” dalam I Yoh 2:2, Ibr 2:9 itu bukan berarti semua orang, dan kata “seisi dunia” dalam I Yoh 1:29 itu bukan seisi dunia. Bahkan untuk mendukung konsep Persevarence mereka, semua ayat yang menunjukkan bahwa manusia harus setia sampai akhir (I Kor 15:2, Ibr 3:6, 14 dll), ditabrak tanpa pertimbangan. Itulah sebabnya Vance berkata bahwa Calvinisme adalah ajaran sesat yang terhebat dalam kekristenan. Dan ia telah merusak kekristenan dari dalam jauh lebih dahsyat dari ajaran sesat manapun. Ajaran sesat lain begitu menyolok dan begitu cepat diidentifikasi dan segera diisolasi. Namun Calvinisme masuk ke dalam kekristenan dan menyerang kekristenan dari dalam. Eropa dan Amerika bahkan kekristenan seluruh dunia semakin dikalahkan oleh Islam karena Kristen Calvinis tidak antusias menginjil sebab mereka percaya masuk Sorga oleh pemilihan tanpa kondisi. Akibat lain adalah mayoritas anggota jemaat gereja-gereja Calvinistic tidak bertobat karena mereka yakin bahwa mereka telah dipilih. Mereka juga tidak perlu percaya bahwa Yesus telah menggantikan mereka disalibkan serta tidak perlu menghayati diri untuk hidup bagi Yesus, karena mereka adalah orang-orang istimewa yang telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan.
Tentu orang Kristen Calvinistik di Eropa tidak antusias menginjil kaum muslim imigran yang datang ke Eropa karena seberapa banyak orang Arab yang akan masuk Sorga telah ditentukan Allah sebelum dunia dijadikan. Hasilnya jumlah orang muslim di kota London sudah lebih banyak dari jumlah anggota jemaat Methodis, dan semakin bertambah untuk mengalahkan jumlah anggota jemaat Anglikan.
Banyak misionari Baptis yang pergi ke seluruh dunia tidak percaya pada Unconditional Election namun mengajarkan Perseverance Calvinistic. Sikap mereka telah menyebabkan doctrinal inconsistency dalam pengajaran mereka. Doctrinal inconsistency akan membuntukan nalar sehingga yang bersangkutan tidak berpikir logis melainkan hanya ngotot saja. Mereka tidak percaya pada unconditional election karena jika mereka percaya pada filsafat calvinistik ini maka mereka tidak mungkin menjadi misionari. Sebab jika Allah telah memilih sejumlah orang Papua untuk masuk Sorga dan sejumlah lain untuk masuk Neraka sebelum dunia dijadikan dalam sebuah dekrit, apa manfaatnya para misionari pergi ke Papua dengan bersusah payah, terancam menderita malaria dan lain sebagainya? Seharusnya mereka sadar bahwa jika mata rantai Unconditional Election tidak alkitabiah, maka mata rantai lain, Preservarence of the Saints model Calvinistik, juga perlu direnungkan ulang.
Sumber: Doktrin Keselamatan Alkitabiah, Dr. Suhento Liauw, GBIA Graphe.
4 komentar:
Saya percaya Allah memilih semua org sebelum dunia dijadikan Yoh:3-16. Namun hanya bagi org yg percaya saja yg diselamatkan. Bagi setiap yg percaya kpd-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah Yoh 1:12. Kita diselamatkan oleh kasih Allah dan tidak ada yg dpt memisahkan kita dari kasih-Nya Roma 8:31-39. Dan sebagai jaminan keselamatan kita Allah mengaruniakan roh-Nya kepada setiap org percaya Efesus 1:13-14. Aku heran masih saja ada yg mengatakan tidak yakin bisa ke surga dan mengajarkan ke surga itu ditentukan oleh akhir hidup kita padahal alkitab mengajarkan keselamatan adalah dasar kristen. Seorg yg blm yakin akan keselamatan bukanlah anak-anak Allah karena mrk msh milik dunia dan mereka blm mendapatkan janji Allah didalam firman-Nya.
Allah adalah yang awal dan yang akhir.Allah yang ajaib yang sudah mengetahui apa yang terjadi dikemudian hari, jadi sejak masih dalam kandungan pun Allah sudah tahu siapa yang akan dipilihnya ( Yeremia) , ketika kita percaya menerima keselamatan itu( iman ) otomatis kita harus berbuat apa yang dikehendaki Tuhan yang dikatakan pengerjaan keselamatan, jika ada anggapan keselamatan adalah hadiah anugerah kasih karuniah Allah kepada manusia secara gratis sekali selamat tetap selamat ( dan sudah tidak perlu berbuat apa-apa lagi? atau hidup dalam dosa saja karena sudah selamat.) itu adalah anggapan yang sangat keliru. itu adalah iman yang salah. justru didalam segala usaha ( termasuk dalam filipi kerjakanlah keselamatanmu) itu adalah termasuk dalam buah buah iman. tidak ada orang yang percaya dan tidak melakukan. buat apa dia percaya jika tidak ada pertobatan. sama saja dia menggap dirinya tidak berdosa dan dia disebut penipu.
Calvinist itu denominasi kristen protestan yang murni berdekatan dengan lutheran. GKI. GPIB. GPI. Dll.. mereka telah membuat sebagian indonesia percaya kepada kekristenan setelah katolik. Kemana karismatik dan baptis? Yang hanya dibuat oleh orang awam dari Usa
ini sih ocehan yg tdk berguna,sebab mereka hnya mengajarkan tentang "ajaran murni tata cara baptisan doang",,yg menurut mereka paling Alkitabiah... Toh,mana "ajaran Yesus yg mengatakan atau menyuruh para rasul tuk baptis harus dgn selam barulah mereka itu bisa dpt selamat? Ayatnya yg mana ya? Tuh kn cuman mau "ngikut-ngikut cara Yohanes pembaptis lakukan baptisan.",, kita tahu bahwa cara baptisan Yohanes pembabtis itu apakah yg diajarkan Kristus? Lalu ada pertanyaan yg Yesus ajukan;"darimankah datangnya baptisan Yohanes pembabtis itu? Akan tetapi;Dia yg datang yg lebih tinggi dan Mulia membabtis kamu dgn api Roh Nya.. Jadi disini jelas,,bahwa baptisan dn cara-cara baptisan Yohanes itu bukan sesuatu yg ditentukan atau diajarkan oleh Kristus.. Jika memang mau gunakan silahkan tapi tdk perlu mengatakan cara baptisan anda yg "murni" dn Alkitabiah,,sebab itu semua adalah "ajaran dan tradisi di kalangan Yahudi,baptisan yg dilakukan dgn selam..",(ingat sebelum Kristus di salibkan Ia masih berada dlm kehidupan dan trasidi dari para Yahudisme)
Posting Komentar