Pada saat Paulus menulis bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus (I Kor.12:3), itu benar. Pada saat itu nama Yesus bukanlah nama yang bisa mendatangkan keuntungan materi, melainkan malapetaka bagi yang menyebutnya. Terlebih lagi ketika pemerintah melancarkan penganiayaan yang intensif terhadap pengikut Yesus.
Dan Tuhan Yesus pernah berkata, "barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita" (Mrk.9:40). Ungkapan ini biasanya ditafsirkan sebagai patokan untuk menilai siapa musuh dan siapa teman. Seolah-olah setiap orang yang tidak melawan kekristenan secara aktif adalah teman kita.
Namun bagaimanakah jika kita pertimbangkan juga ayat-ayat seperti, “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang (Mat.24:4-5). Ternyata menurut ayat ini, si penyesat itu bukan hanya berani menyebut Yesus itu Tuhan bahkan ia berani berkata bahwa ia sendiri adalah Yesus Tuhan itu.
Dengan adanya ayat-ayat tersebut di atas, orang Kristen harus berhikmat dalam menafsirkannya. Pertama, pada I Kor.12:3 tidak dikatakan bahwa hal itu akan berlaku sepanjang masa. Kita bisa mengatakan demikian karena pada Injil Matius 24:4-5, Tuhan mengatakan bahwa pada akhir zaman penyesat akan memakai namaNya. Ia bukan hanya berani menyebut-nyebut Yesus itu Tuhan seperti dalam Mat.7:21, bahkan hingga menyebut dirinya Mesias dan Tuhan. Untuk situasi normal dan situasi pada umumnya Mrk.9:40-lah yang masuk akal. Sedangkan Mat.24:5 itu situasi khusus misalnya oleh penyusup atau seorang agen rahasia musuh.
Bahkan bisa jadi juga justru setelah iblis membaca tulisan Paulus tersebut ia langsung mendapat ilham untuk menipu orang Kristen lugu dengan menyebut-nyebut Yesus adalah Tuhan agar orang Kristen bisa menerimanya sehingga penyusupan berlangsung dengan mulus.
Ketika saya mengatakan bahwa sekarang ada banyak nabi palsu yang memakai nama Yesus mengusir iblis, seseorang langsung protes, bagaimana mungkin, karena Tuhan Yesus berkata bahwa kalau iblis mengusir iblis maka kerajaannya akan hancur. Saya menjawabnya, "betul, jika pengusirannya adalah sungguhan. Tetapi bagaimana kalau mereka bersandiwara agar anda percaya bahwa yang mengusir itu dari Tuhan padahal itu tetap dari iblis juga?"
Banyak orang Kristen bersikap terlalu lugu. Mereka tidak mempertimbangkan sama sekali aspek penyusupan, padahal Tuhan sudah wanti-wanti bahwa akan ada banyak serigala yang berbulu domba. Orang Kristen harus waspada, kalau ada pemimpin agama lain menjadi Kristen, jangan gembira dulu, sebab bisa jadi itu adalah sebuah penyusupan.
Kenalkah anda seorang agen rahasia terhebat di dunia? Namanya Cohen, orang Yahudi yang diselundupkan sebagai agen rahasia ke Syria. (Silakan baca buku Mossad: Agen rahasia Israel). Dari semua orang di Syria, Cohen adalah orang yang paling berkobar-kobar mau menghancurkan Israel. Sampai-sampai presiden Syria (Hafez Al Assad) hampir mengangkatnya menjadi Menhan. Hal demikian bisa terjadi tentu karena kecerobohan orang-orang Syria dan kehebatan Cohen dalam berpura-pura.
Dalam sejarah kekristenan, telah berkali-kali terbukti bahwa kekristenan justru makin kuat ketika digempur dari luar. Gempuran dari luar tidak akan efektif jika tidak diikuti pelemahan dari dalam. Pelemahan bisa terjadi kalau pihak musuh berhasil melakukan penyusupan.
Pada saat perang teluk sedang berlangsung, pasti tidak ada rakyat Amerika yang akan berkata "terkutuklah George Bush!" secara normatif ini benar karena George Bush adalah presiden mereka. Tetapi tentu tidak termasuk orang-orang yang sedang dipersiapkan untuk menjadi agen rahasia ke Irak. Calon agen rahasia atau mereka yang sedang menjalankan tugas penyusupan akan bertindak sangat militan dalam mengutuki George Bush demi mendapatkan simpati serta kepercayaan dari pihak musuh.
Kesimpulan sementara kita ialah orang Kristen jangan terlalu lugu atau tak berhikmat sehingga masuk perangkap iblis melalui ayat-ayat Alkitab yang bersifat normatif. Ingat, iblis pernah beradu argumentasi dengan Tuhan Yesus memakai ayat-ayat Alkitab. Memang benar ada ayat Alkitab yang mengatakan demikian namun perhatikan juga ayat Alkitab lain yang menjelaskan batasannya.
Menurunkan Standar &Melecehkan Pendidikan
Alkitab mencatat berkali-kali aktivitas iblis dalam ikut memberitakan Injil. Dalam Kis.8:19, iblis pernah menawarkan uang kepada Petrus agar ia bisa diberi wewenang menumpangkan tangan atas orang dan lain sebagainya. Iblis melalui Simon ingin menyusup masuk ke dalam pelayanan Filipus yang telah menghasilkan banyak petobat. Iblis tahu bahwa jika saja ia bisa menyusup ke dalam pelayanan Filipus, maka pelayanan Filipus bisa dihambat dari dalam.
Rasul Petrus dengan tegas menolak menurunkan standar tuntutan seorang pelayan Tuhan. Ketika standar untuk menjadi seorang pelayan Firman betul-betul ditegakkan, maka bukan tidak mungkin, tetapi pasti akan jauh lebih sulit bagi iblis untuk menyusupkan agennya. Itulah sebabnya langkah pertama yang diusahakan iblis ialah menghasut agar standar syarat bagi penyampai firman diturunkan.
Belum lama ini saya dikagetkan oleh selembar brosur dengan nama pembicara seorang pengusaha yang didepan namanya ada huruf AE. Mungkin ia memang pintar, punya banyak gelar, tetapi menjabat sebuah jabatan gereja yang berfungsi sebagai penyampai firman itu seharusnya tidak seenaknya.
Karena ia adalah seorang pengusaha kaya maka secepatnya ia direkrut agar bisa tetap bergabung. Kelihatannya ada unsur menjadikan jabatan gereja sebagai alat untuk menarik orang atau memancing orang. Sebenarnya kalau pengusaha tersebut berhikmat, ia segera harus tahu bahwa mereka memancingnya dengan jabatan dan justru itulah ia seharusnya segera meninggalkan kelompok itu karena di situ banyak dipratekkan taktik akal bulus atau tipu muslihat.
Namun juga bisa saja sebaliknya, dimana iblis memang sedang dalam program menyelundupkan orang-orangnya yang tidak mengerti doktrin ke dalam gereja. Dengan orang demikian ia akan merubah gereja menjadi semacam perusahaan sehingga semua tata-cara baik cara menyelenggarakan gereja maupun cara memberitakan Injil akan diubah menurut sistem manajemen perusahaan.
Belakangan ini kita sering mendengar lelucon disekitar gelar pendidikan theologi. S.Th dipelesetkan dengan sudah tinggi hati. M.Th. diplesetkan dengan makin tinggi hati dan lain sebagainya. Ada pengkhotbah yang berkata bahwa ia tidak perlu sekolah theologi atau ia tidak perlu gelar sekolah theologi dengan maksud supaya dianggap rohani.
Sesungguhnya terlepas dari orang memakainya sebagai suatu faktor kesombongan, pendidikan theologi itu sangat perlu. Siapa bilang bahwa Petrus tidak sekolah theologi? Mereka sekolah theologi selama kurang lebih tiga setengah tahun, siang malam dengan seorang MAHA GURU. Tiga setengah tahun siang malam itu setingkat dengan strata tiga atau doktor.
Rasul Paulus menyadari bahwa murid-muridnya tidak cukup dengan hanya bisa berteriak-teriak "halelluyah" sehingga ia mengajar mereka di ruang kuliah Tiranus dua tahun (mungkin siang malam) yang berarti setingkat sarjana.
Ketika penyampai firman berlomba untuk menjadi siapa yang lebih bodoh, atau siapa yang lebih tidak berpendidikan, maka celakalah kekristenan. Anda bisa bayangkan bagaimana jemaat mendengarkan pengkhotbah yang bahasa Indonesianya berlepotan. Sementara ia menafsirkan Alkitab, kita harus berusaha keras untuk menafsirkan maksud ucapannya yang tidak tersusun dengan baik. Atau pengkhotbah yang tidak tahu Kanada itu terletak di benua Amerika atau Eropa.
Tidak dapat disangkal bahwa semakin terpelajar seorang penyampai firman, maka akan semakin sistematis dan gampang dimengerti firman yang disampaikannya. Belum lagi isi firman yang diuraikannya yang tentu adalah hasil penggaliannya. Tentu di sekolah theologi yang baik seseorang akan dilengkapi dengan metode penafsiran Alkitab yang bagus. Dengan metode penafsiran yang bagus dan ditambah lagi dengan penguasaan bahasa asli Alkitab serta berbagai bahasa pengantar, maka akan membedakan antara penyampai firman yang emosional dengan yang terpelajar.
Yang saya maksudkan dengan terpelajar itu tentu bukan di depan dan belakang namanya penuh dengan huruf-huruf singkatan, karena sekarang sudah bukan rahasia lagi kalau ada doktor lima ribu dollar dan lain sebagainya. Jika seorang penyampai firman belajar dengan tekun dan kemudian pihak sekolah memberinya sebuah ijazah atau titel, itu adalah hal yang pantas. Saya pernah mendengar seorang penyampai firman berkata bahwa ia tidak perlu titel. Tetapi anehnya ia mau menerima ijazah SMUnya. Kalau ia tidak membutuhkan bukti jenjang pendidikan, ya jangan terima ijazah SMU juga. Tetapi sesungguhnya sikap itu adalah karena ia merasa telah terlalu tua (terlalu sombong?) untuk duduk di bangku sekolah, sementara itu ia kesal dengan orang-orang muda yang rajin belajar.
Jika seorang penyampai firman sangat mementingkan titel hingga kurang percaya diri tanpa titel dan berusaha membeli atau mencari titel gampangan, maka sikap demikian sesungguhnya sama sekali tidak terpuji. Tetapi jika seseorang telah berusaha keras dan akhirnya mencapai suatu tingkat pendidikan tertentu, maka dengan sikap yang fair kita harus memberi rasa salut, bukannya iri. Inilah sikap orang Kristen yang alkitabiah.
Sikap meremehkan pendidikan theologi yang diperlihatkan oleh sebagian penyampai firman tanpa ia sadari adalah sikap memberi peluang pada iblis untuk ikut menyampaikan Injil. Saya tidak mengatakan bahwa dengan menghargai pendidikan theologi maka pasti akan menutup peluang kepada iblis untuk memberitakan Injil, karena iblis memang sangat ingin memberitakan Injil (tentu Injil yang salah). Tetapi mengikuti pendidikan theologi dengan tidak mengikuti pendidikan theologi, masih lebih baik mengikuti pendidikan theologi karena bagaimanapun ia telah diajar. Setidaknya ia telah melalui sebuah saringan.
Jika anda terpanggil untuk menjadi penyampai firman, ketahuilah bahwa integritas firman Allah yang anda sampaikan itu terpengaruh oleh integritas penyampainya. Dan seberapa hormatnya anda terhadap Tuhan yang anda sampaikan firmanNya itu, tercermin dari seberapa seriusnya anda mempersiapkan diri untuk tugas itu. Jika anda membeli titel, atau cari yang gampangan, itu artinya anda menganggap Tuhan itu seperti pemerintah atau perusahaan yang dilayani oleh orang-orang yang membeli titel agar jenjang gajinya dinaikkan.
Baik penyampai firman maupun anggota jemaat sama-sama harus menunjukkan sikap yang benar agar keadaan kekristenan semakin kondusif. Jemaat harus menghargai penyampai firman yang belajar dengan tekun dan memperoleh jenjang pendidikan dengan benar, bukannya membanggakan penyampai firman yang kaya, mantan dukun, mantan pemimpin agama lain, dan lain sebagainya yang tidak ada hubungannya dengan kemampuannya dalam menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
Sementara itu tanpa disadari para pembeli titel, tindakan mereka itu justru bisa mempermalukan mereka sendiri. Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang penyampai firman yang bertitel doktor. Namun dalam perbincangan itu saya sempat kaget karena yang bersangkutan tidak mengerti istilah MSS dan juga tidak mengerti istilah LXX, Johannen Coma, yang sepatutnya sudah pasti harus dimengerti oleh orang yang menyandang titel doktor. Hal konyol demikian bisa terjadi karena mereka memakai cara Simon si tukang sihir yang mencoba membeli hak dan jabatan kerasulan dengan Petrus.
Bahaya Pujian Dan Sanjungan
Di dalam Kis.16:16-18, tercatat iblis memberitakan Injil melalui seorang perempuan,
"Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: “Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.” Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: “Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.” Seketika itu juga keluarlah roh itu."
Seandainya Paulus dan Silas adalah pengkhotbah yang haus akan sanjungan dan pujian, maka pasti mereka akan membiarkan hamba perempuan itu berkoar-koar sepuasnya. Sebelumnya kita telah membahas terjadinya keikutsertaan iblis dalam pemberitaan Injil melalui penurunan standar pendidikan atau meremehkan sebuah proses belajar. Tentu ada orang yang bisa belajar sendiri dan bisa mencapai pengetahuan yang tidak kalah dari yang mengikuti pendidikan formal. Tetapi autodidact tentu harus dibuktikan melalui hasil atau buahnya setelah melalui waktu yang lama, sementara yang mengikuti pendidikan formal dibuktikan melalui ujian dari para pengajar.
Segala macam cara untuk menghalangi Paulus dan Silas memberitakan Injil telah iblis tempuh. Pembaca perlu waspada, tidak ada satu cara pun yang akan iblis abaikan untuk menghalangi pemberitaan Injil bahkan cara memberitakan Injil itu sendiri. Ia ingin agar diikutsertakan ke dalam team Paulus dan Silas. Ia menyanjung-nyanjung mereka.
Kalau dilihat dari ucapan-ucapan perempuan itu, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang salah. Sepertinya iblis memberitakan Injil yang benar, yaitu Injil keselamatan. Tetapi mengapakah Paulus membungkamnya dengan mengusirnya?
Jawabannya, pertama, Paulus tahu bahwa iblis tidak mungkin bisa memberitakan Injil dengan tulus. Sekalipun di bagian awal pemberitaan iblis terdengar seolah-olah bagus tetapi nanti pada ujungnya pasti Injil akan diselewengkannya.
Kedua, Paulus tidak menghalalkan segala cara untuk penginjilan. Orang yang belum lahir baru tidak mungkin bisa memberitakan Injil, apalagi iblis. Tujuan tidak boleh menghalalkan cara. Misalnya sekali Alkitab berkata bahwa wanita tidak boleh mengajar laki-laki itu pasti ada alasan dari Tuhan (I Tim.2:11-13, dan I Kor.14:34). Masalahnya bukan seberapa pintar ia berbicara, tetapi harus ada keteraturan antar laki-laki sebagai kepala rumah tangga dengan laki-laki yang mengajar di jemaat. Allah tidak memakai falsafah tidak ada rotan akar pun jadi. Allah mementingkan prinsip kebenaran bukan pragmatisme untuk mencari duit.
Ketika Paulus mengusir iblis yang memakai hamba perempuan itu, akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Iblis ngamuk karena tawarannya untuk membantu memberitakan Injil ditolak Paulus. Seolah-olah iblis berkata, "kalau tidak mau dengan cara halus, rasakan cara yang kasar." Tetapi tentu Paulus dan Silas memilih tinggal di dalam penjara daripada memberitakan Injil bersama iblis. Paulus dan Silas bernyanyi sebagai tanda bahagia karena Tuhan telah menolong mereka dari memberitakan Injil bersama iblis.
Penyimpangan Hakekat Injil
Bukan hanya penurunan standar dan efek pujian serta sanjungan yang perlu diwaspadai dalam rangka mencegah iblis memberitakan Injil, tetapi isi Injil yang semakin berubah sehingga menjadi Injil yang tidak lagi membawa berkat melainkan membawa kutuk itulah yang paling perlu diperhatikan. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus memakai kata-kata yang sangat keras.
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus” (Gal.1:6-7).
Rupanya jemaat Galatia sempat percaya kepada Injil lain, yang sebenarnya menurut Paulus itu bukan Injil. Injil apakah itu yang dikutuk oleh Paulus dengan kata yang sangat keras yaitu anathema?
Pada pasal-pasal berikut bisa kita amati dengan lebih jelas Injil yang dikutuk oleh Paulus itu. Ternyata kalau kita lihat pada 5:3-4, telah datang pengajar Yahudi dari Yerusalem yang mengajarkan bahwa tidak cukup dengan pertobatan dan iman, melainkan perlu ditambah dengan mentaati hukum Taurat antara lain disunat.
Injil yang murni ialah diselamatkan oleh iman (Ef.2:8-9), tanpa perlu ditambah dengan usaha manusia dalam bentuk apapun termasuk baptisan. Baptisan diperlukan pada saat mau menjadi murid (menjadi anggota gereja), bukan persyaratan masuk Sorga. Untuk memahami Injil yang murni saya mempersilakan anda membaca buku saya yang berjudul Domba Korban dan Kapan Saja Saya Mati, Saya Pasti Masuk Sorga. Di kedua buku tersebut telah saya uraikan panjang lebar tentang Injil yang benar.
Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa Allah memerintahkan mereka membunuh seekor domba sebagai akibat dosa. Maksud Allah ialah Adam yang berdosa, namun domba itu yang dimatikan. Dosa hanya dapat diselesaikan dengan penghukuman. Tentu bukan domba itu yang menanggung dosa Adam melainkan hanya sekedar gambaran saja. Yesus Kristus adalah domba korban yang dimaksud Allah. Kematian Kristus di kayu salib menanggung dosa semua manusia itu digambarkan dengan domba yang dikorbankan. Dosa seisi dunia telah ditanggungkan ke atas diri Yesus.
Pada saat seseorang percaya kepada Yesus, maka semua dosanya (dulu, sekarang, dan yang akan datang) diperhitungkan telah tertanggung ke atas diri Yesus, maka sejak saat itu ia tidak berdosa lagi dan tidak akan dihukumkan lagi (Rom.8:1). Hanya dengan iman kepada Yesus saja, tidak perlu ditambah dengan apapun.
Dan juga tidak boleh dikurangi dengan tidak memberitahukan pendengar bahwa semua dosa (dulu, sekarang, dan yang akan datang), telah ditanggung Yesus Kristus. Orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus selanjutnya hanya perlu bersyukur karena semua dosanya telah ditanggung Tuhan Yesus. Saya tahu bahwa pasti ada banyak pertanyaan di kepala anda ketika membaca artikel ini. Oleh sebab itu bacalah buku yang saya sebut sebelumnya untuk mendapatkan semua jawaban yang anda butuhkan.
Kalau anda telah mengerti tentang Injil yang benar, maka anda akan sanggup melihat dan mengidentifikasi Injil yang diberitakan oleh iblis. Anda akan mendapatkan bahwa banyak Injil yang sesungguhnya bukan Injil melainkan kutukan. Mengapa demikian? Jawabannya ialah karena sesungguhnya sejak zaman Rasul-rasul, iblis telah berulang kali mencoba memberitakan Injil. Ia pernah ditolak oleh Petrus, dan juga pernah ditolak oleh Paulus.
Apakah iblis putus asa setelah ditolak baik oleh Petrus maupun Paulus? Tidak mungkin! Jelas ia lebih tekun dari penyampai firman manapun. Ia berusaha masuk ke dalam gereja, masuk ke dalam kelompok gereja-gereja. Tujuannya jelas, ia ingin ikut memberitakan Injil. Dulu ia pernah memakai taktik menentang Injil, dan itu memang tetap dilakukannya melalui sebagian anak buahnya. Tetapi sebagian anak buahnya lagi diselundupkannya ke tengah-tengah orang Kristen dengan berpakaikan bulu domba. Ia tentu cukup cerdik untuk menyadari bahwa dengan masuk ke dalam dan turut memberitakan Injil, ia akan lebih berpeluang menyimpangkan Injil itu daripada memeranginya dari luar.
Akhirnya wahai sobat, yang bahaya itu bukan yang menentang Injil dari luar, melainkan yang memberitakan Injil yang salah dari dalam. Kalau anda tidak berhati-hati, maka neraka menantikan anda. Sekali lagi, neraka menantikan anda. Dan yang lebih penting dari itu lagi ialah pastikan diri anda telah lahir baru agar jangan sampai malah anda sendiri yang menjadi kaki-tangan iblis yang diselundupkan ke dalam gereja untuk memberitakan Injil yang salah. Anda perlu membaca dua buku yang saya sebutkan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar