Belakangan ini sebagian orang Kristen mengalami perasaan ketakutan karena tempat ibadah mereka didatangi oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi menuntut tempat itu tidak dipakai untuk kebaktian. Bahkan ketika Pedang Roh ini sedang ditulis, di surat kabar diberitakan bahwa sejumlah gereja di Kelapa Gading, Pluit, dan Muara Karang diancam akan ditutup. Berita ini telah menyebabkan sebagian orang Kristen resah dan gelisah. Dalam keadaan demikian penulis bertanya di dalam hati, dan juga kepada anggota jemaat penulis, siapakah yang perlu kita takuti?
Kita Orang Yang Pasti Masuk Sorga.
Tadinya kita adalah orang berdosa yang pasti masuk Neraka. Karena upah dosa ialah maut, maka sekecil apapun dosa kita, maka kita pasti akan masuk Neraka. Dosa tidak dapat dihapuskan dengan amal, ibadah, dan berbagai perbuatan manusia. Dosa hanya dapat diselesaikan dengan penghukuman. Itulah sebabnya sejak manusia jatuh ke dalam dosa Allah segera menjanjikan Penyelamat. Sambil menantikan kedatangan Sang Penyelamat Allah perintahkan manusia melakukan ibadah simbolik yaitu menyembelih domba di atas mezbah untuk menggambarkan Sang Penyelamatdan proses penyelamatanNya yang menggantikan manusia menerima penghukuman dosa manusia.
Kedatangan Yesus Kristus adalah kedatangan Anak Domba Allah yang menghapus dosa isi dunia. Kematian Yesus di kayu salib adalah penggenapan ibadah simbolik penyembelihan domba di atas mezbah. Yesus telah menanggung dosa seisi dunia, bukan dosa orang pilihan saja, melainkan dosa seisi dunia (Yoh.1:29, Ibr.2:9, I Yoh.2:2).
Selanjutnya ketetapan Allah bahwa setiap orang yang bertobat dan percaya kepadaNya maka semua (dulu, sekarang dan akan datang) dosanya akan dihitung oleh Allah tertanggung di kayu salib. Sejak orang tersebut bertobat, maka ia dimeteraikan oleh Roh Kudus (Ef.1:213), tidak perlu penumpangan tangan, dan menjadi orang kudus secara posisi di hadapan Allah (I Kor.1:2, Ef.1:1). Sejak saat itu kita menjadi orang kudus secara hati (Nature) sesuai Ef.1:13, dan juga kudus secara posisi sesuai dengan I Kor.1:1, Ef.1:1. Dan sejak saat itu apapun yang terjadi kita PASTI masuk Sorga. Sebelum masuk Sorga Allah perintahkan kita membangun karakter yang kudus untuk bersaksi bagi Bapa kita yang kudus dengan membentuk karakter yang kudus (II Kor.7:1).
Jadi pembaca sekalian, bagi orang yang sudah bertobat dan percaya dengan segenap hati bahwa Yesus telah disalibkan baginya dan kini ia sedang hidup menggantikan Yesus, apapun yang terjadi kita pasti masuk Sorga. Orang yang dalam keadaan demikian menertawakan maut. Apa itu maut, apa itu kematian, apa itu ancaman?
Beriman Kepada Kebenaran Atau Kebohongan?
Ada umat Agama yang dibohongi oleh pemimpin mereka yang merekrut mereka menjadi pasukan berani mati dengan membuatkan mereka kunci plastik sambil meyakinkan mereka bahwa mereka akan pergi berperang untuk Allah dan kalau mereka mati maka mereka langsung masuk Sorga dengan kunci plastik itu. Ada juga yang memancing orang muda untuk berkorban nyawa dengan mengatakan bahwa mereka akan diberi wanita-wanita cantik jika mereka berani mengorbankan nyawa mereka, seolah-olah masih ada pelacuran di Sorga. Padahal kata Tuhan kita akan hidup seperti malaikat yaitu tidak berhubungan sex lagi.
Pada masa awal masa kekristenan, Stephanus mati dirajam sambil berseru kepada Allah yang membuka pintu langit untuk menyambutnya. Dan dalam perjalanan sejarah kekristenan tak terhitung banyaknya orang Kristen alkitabiah yang telah mati dengan tersenyum atau sambil menyerahkan nyawanya kepada Tuhan.
Polikarpus diikat di sebuah tiang dengan ancaman dibakar hidup-hidup jika ia tidak mau menyangkali imannya. Ia berkata bahwa sampai ia berumur delapan puluh tahun Tuhan tidak pernah tidak setia kepadanya, bagaimana mungkin ia akan menyangkali-Nya. Penganiayanya menjadi marah dan membakarnya hidup-hidup. Felix Manz seorang pengikut Zwingli, teman sekerja John Calvin, yang bertobat dan meyakini iman kaum Anna Baptis, ditenggelamkan oleh Zwingli di sungai Limnat pada tanggal 5 Januari 1527. John Bunyan, penulis buku Perjalanan Seorang Musafir (Pilgrim Progress), dipenjarakan 12 tahun oleh gereja Inggris.
Kolom ini tidak cukup untuk menuliskan kisah pahlawan-pahlawan iman yang telah mendahului kita yang telah dengan gagah berani menantang maut. Yang paling mengesankan ialah ibu kandung Felix Manz, yang berseru kepada anaknya yang sedang digiring untuk ditenggelamkan oleh salah satu pendeta Gereja Reform, agar anaknya tetap setia, nanti akan bertemu di Sorga. Ketika Felix ditenggelamkan, sebelum air menutup wajahnya ia berseru dalam bahasa Latin In manus tuas, Domine, commendo spiritum meum” (ke dalam tanganMu, Tuhan, kuserahkan rohku).
Jika ada orang Kristen yang ketakutan ketika diancam, atau hanya ada segelintir, ya katakanlah satu juta orang berdemonstrasi di depan gereja, yang ada di pikiran penulis adalah, apakah ia sungguh-sungguh telah lahir baru? Apakah orang Kristen yang ketakutan itu sungguh yakin bahwa ia telah beriman kepada kebenaran, bahwa kalau ia mati maka ia pasti akan masuk Sorga? Orang-orang beriman kepada kebohongantelah dengan gagah berani untuk mati padahal mereka pasti akan menderita amat sangat di Neraka, lalu mengapakah orang Kristen yang lahir baru, yang percaya kepada firman Allah yang benar bisa mengalami ketakutan? Sungguhkah anda orang Kristen yang telah lahir baru?
Kepada Siapakah Kita Harus Takut?
Sejak seseorang dilahirkan kembali di dalam Tuhan, ia adalah milik Tuhan dan wajib hidup menggantikan Tuhan. Karena Tuhan telah mati menggantikannya, maka ia patut hidup menggantikan Tuhan. Karena hidup menggantikan Tuhan, maka dalam kehidupan sehari-hari ia harus mengetahui segala hal yang Tuhan inginkan bagi dirinya. Hidupnya bukan miliknya, melainkan milik Tuhan Yesus yang telah mati baginya.
Dalam menjalankan hidup yang adalah milik Tuhan seseorang harus menghidupi kehidupannya dengan penuh rasa takut akan Tuhan. Sisa hidupnya adalah untuk menyenangkan hati Tuhan melalui melakukan seluruh kehendakNya. Lalu dimanakah kita tahu akan kehendak Tuhan? Jelas kehendak Tuhan ada dalam firmanNya, bukan di dalam mimpi dan berbagai penglihatan maupun suara bisikan yang bisa dilakukan iblis. Kehendak Tuhan ada di dalam Alkitab.
Tuhan menghendaki agar setiap orang yang telah dilahirkan kembali semakin hari semakin mengerti kebenaran yang telah dituliskanNya dalam Alkitab. Tuhan juga menghendaki selain mengerti kebenaran, muridNya juga semakin kudus tingkah lakunya. Dalam berjemaatTuhan menghendaki agar dalam jemaat diajarkan hal-hal yang tepat sesuai dengan Alkitab dan jemaat dijalankan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Alkitab.
Orang Kristen tidak perlu takut kepada siapapun jika tidak melakukan kejahatan. Bernyanyi, membaca firman Tuhan, berdoa atau segala sesuatu yang dilakukan dalam kebaktian itu bukan kejahatan. Oleh sebab itu orang Kristen yang melakukan kebaktian tidak perlu takut kepada siapapun. Sesungguhnya tidak ada hukum yang sesuai dengan akal sehat yang bisa melarang orang Kristen melakukan kebaktian. Karena tidak ada hukum yang melarang orang bernyanyi, melarang orang membaca Alkitab, apalagi melarang orang berdoa. Jadi, melakukan kebaktian itu sama sekali bukan sebuah kejahatan, bahkan bukan suatu kesalahan.
Tuhan sudah tahu bahwa banyak orang Kristen adalah penakut, padahal penakut adalah orang yang pertama masuk Neraka (Wah.21:8). Oleh sebab itu selain memerintahkan murid-muridNya untuk memuridkan orang lain atau semua bangsa,Ia menambahkan bahwa Ia menyertai orang yang melaksanakan tugasnya sampai akhir zaman. Selama kita takut kepada Tuhan, yaitu mematuhi perintahNya,dan menghidupi kehidupan yang dikehendakiNya, dan berjemaat sesuai dengan ketetapanNya, maka janjiNya pasti ditepatiNya.
Hanya orang yang tidak lahir baru, atau orang Kristen yang lemah iman, yang akan ketakutan menghadapi ancaman. Kalau dilihat dari sisi positifnya, penganiayaan dan ancaman diijinkan Tuhan untuk membuang orang-orang yang kristen-kristenan dan akhirnya tinggallah Kristen sejati yang sungguh-sungguh lahir baru, yang tahu persis bahwa yang perlu ditakuti hanyalah Tuhan bukan manusia.
Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Mat.10:28).
Persiapan Apakah Yang Patut Dilakukan?
Orang Kristen alkitabiah harus selalu ingat bahwa kita tidak boleh melakukan kekerasan (anarkis). Tuhan tidak mengijinkan kita melakukan kejahatan karena perbuatan jahat kita akan membuktikan kita bukan anak-anak Allah melainkan anak-anak iblis sebagaimana Tuhan argumentasikan pada orang-orang Farisi.
Barang siapa yang melakukan kejahatan bukan berasal dari Allah melainkan dari iblis (Yoh.8:44). Tuhan mau kita cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Dalam bahasa aslinya “tulus” (), dalam KJV diterjemahkan harmless yang artinya tidak membahayakan kalau secara literal semestinya diterjemahkan innocent artinya tak bersalah. Betul kita tidak ada salah karena bernyanyi tidak mungkin salah, dan berdoa tidak mungkin salah, apalagi membaca Alkitab dan menjelaskan Alkitab, semua yang dilakukan dalam kebaktian bukanlah sesuatu yang salah. Lalu kita diam saja sambil melihat rumah kita dihancurkan? Ini bodoh, bahkan dungu!
Pertama kita laporkan kepada pemerintah, karena Allah mendirikan pemerintah di muka bumi ini adalah untuk membalas kejahatan manusia yang menjahati manusia lain. Untuk zaman sekarang ini, di atas pemerintah sebuah negara masih ada Perserikatan Bangsa-bangsa yang dibentuk untuk menyelesaikan masalah antar negara. Jadi, negara seharusnya menyelesaikan masalah antar warganya. Dan kalau negara tidak mau berfungsi seharusnya kita bisa naik banding ke PBB. Seharusnya PGI, PII, KWI, entah apalagi organisasi yang didirikan diluar Alkitab,pemimpin-pemimpin denominasi atau “pendeta” yang merasa diri pemimpin, bisa melakukan tugas ini. Pergi ke komisi hak asasi manusia PBB, dan mengundang mereka datang untuk melihat keadaan penjaminan hak asasi di negara yang meratifikasi artikel hak asasi manusia.
Sesungguhnya tindakan antisipasi ialah menunjukkan bahwa kita tidak takut, sama sekali tidak takut, karena kita adalah orang yang bukan hanya berani mati bahkan sudah siap mati. Bahwa kita adalah orang yang berfalsafah mati itu untung. Si pelaku anarkis berani mati, kita bahkan siap mati, dan siap masuk Sorga.
Kita bisa mencetak brosur yang isinya mengantisipasi atau yang menyerang hati, bukan menyerang badan. Misalnya brosur yang isinya menyimpulkan bahwa siapapun yang berbuat anarkis bukan berasal dari Allah yang maha kasih, melainkan dari iblis yang dari mulanya adalah pembuat kejahatan. Brosur ini bisa dibagikan di lingkungan atau kemana saja. Intinya, sebarkanlah brosur-brosur sebagai respons dari ancaman. Kita tidak boleh menyerang badan atau merusak barang orang, tetapi kita bisa memakai tulisan untuk menyerang pikiran orang.
Bahkan stiker yang sering kita lihat tertempel di bumper atau kaca belakang mobil sering kali isinya kurang cerdas. Ada yang tulisannya “I Love Jesus”, ini stiker bodoh. “You love Jesus” itu urusan diri sendiri dan tidak perlu pamer-pameran. Bahkan stiker yang begini akan menimbulkan stiker tandingan yang konyol-konyol juga. Cobalah orang Kristen pasang stiker yang bunyinya “Tuhan melakukan kebaikan, Iblis melakukan kejahatan.” Penulis pernah memasang tulisan (bukan stiker melainkan tulisan yang digunting) di kaca belakang mobil tulisan yang berbunyi, “Agama Yang Baik Menghasilkan Umat Yang Berbuat Baik Pada Umat Agama Lain.”
Mungkin bisa membuat stiker yang berbunyi “Semua Perbuatan Anarkis Berasal Dari Iblis, Bukan Dari Tuhan.” Dengan stiker-stiker demikian kita bisa menusuk hati orang-orang yang sedang berpikir untuk melakukan sesuatu yang jahat terhadap gereja. Mereka perlu disadarkan bahwa sudah bukan zamannya melipatgandakan umat atau mempertahankan umat dengan kekerasan. Ini zaman globalisasi, dimana PBB turut serta mengawasi negara-negara, terutama record negara dalam penegakan hak asasi manusia.
Selain selebaran dan stiker, gereja perlu menyiapkan spanduk yang bunyinya menusuk hati, misalnya; “Betulkah Di Indonesia Ada Kebebasan Beragama?” Atau spanduk yang berbunyi, “Kami Adalah Warga Negara Yang Memiliki Hak, Bukan Rakyat Jajahan!” Kalau gereja dirusak atau dibakar, maka gereja bisa memasang spanduk yang berbunyi, “Gedung Ini Rusak Karena Negara Gagal Mengamankan Rakyatnya.” Bisa juga dengan spanduk yang berbunyi, “Merusak Rumah Orang, Suku Primitif Saja Tahu Itu Kejahatan.”
Intinya, orang Kristen tidak boleh membalas kejahatan, tetapi orang Kristen bisa membalas melalui kecerdikan. Ketika anggota Kongres Amerika mempermasalahkan keabsahan Papua sebagai wilayah Indonesia, hal ini sangat mengusik elit politik kita. Pemimpin negara harus menyadari bahwa zaman sekarang tidak ada negara yang bisa survive sendiri, dan kalau ada negara yang menindas atau membiarkan sebagian warganya ditindas oleh mayoritas maka negara lain akan turut berbicara.
Sejak 17 Agustus 1945, Proklamator, Bung Karno, telah memproklamirkan kemerdekaan rakyat Indonesia. Lalu jika sebagian rakyat tidak merdeka melakukan ibadah di rumahnya sendiri, berarti mereka masih belum merdeka. Kalau belum merdeka, maka tidak ada pilihan lain selain berjuang untuk merdeka. Karena kita tidak diijinkan Tuhan untuk berjuang dengan pedang dan lembing, maka kita bisa berjuang dengan pena dan kertas, dengan kain dan tinta, dengan radio dan televisi.
Berargumentasi Dengan Akal Sehat
Orang Kristen harus berjuang untuk kebebasan beriman dan kebebasan mempraktekkan iman di rumahnya sendiri. Kalau di rumah kita sendiri kita tidak boleh bernyanyi dan tidak boleh membaca Alkitab serta tidak boleh berdoa, dan tidak boleh mengajak teman-teman kita melakukan itu, maka kondisi orang Kristen di Indonesia sekarang lebih parah dari zaman penjajahan Belanda dan Jepang.
Betulkah pemerintah Republik Indonesia sebegitu ketat dengan ijin peruntukan bangunan? Betulkah semua trotoar telah berfungsi sebagai trotoar? Betulkah tidak ada rumah tinggal yang difungsikan sebagai apotik, sebagai tempat praktek dokter, sebagai gudang, sebagai home-industry, sebagai restoran, dan lain sebagainya? Mengapa ada orang boleh berjualan di jalanan, bahkan kalau menikah atau sunatan boleh memblokir jalan, bahkan boleh sembahyang di jalanan, lalu orang Kristen tidak boleh bernyanyi bersama teman-temannya di rumahnya sendiri? Mengapa tidak ada pemimpin Kristen yang muncul di TV yang berani berargumentasi secara akal sehat untuk memeriksa hati nurani rakyat Indonesia?
Di daerah Pademangan, tepatnya di jalan Rajawali ada sebuah gereja (GKKK) yang halamannya diserobot oleh umat agama lain untuk membangun rumah ibadah mereka. Jangankan IMB, bahkan tanah pun hasil serobotan. Di daerah Utan Panjang, setelah mengalami kebakaran, kemudian terlihat sejumlah orang memegang kaleng meminta uang dari pengemudi kendaraan yang lewat. Dan tidak lama kemudian berdiri sebuah rumah ibadah, yang posisinya hampir kena badan jalan. Mungkinkah gedung tersebut ada IMB? Mungkinkah dikeluarkan IMB pada gedung yang posisinya hampir kena badan jalan? Mengapakah pemerintah RI sudah terang-terangan diskriminasi dan para pemimpin Kristen di Legislatif, Yudikatif dan Eksekutif diam saja? Mengapa ada orang yang merusak rumah orang lain, polisi tidak menangkap penjahat itu dan para pemimpin Kristen diam saja? Mereka pengecut atau hanya mementingkan diri sendiri?
Tulisan ini terdengar agak keras, namun sesungguhnya bukan keras melainkan terlalu terus terang. Inilah yang disebut tulus seperti merpati, yaitu berterus terang. Mudah-mudahan keterusterangan ini bisa mencerdaskan dan menyadarkan sebagian orang Kristen dan menggugah hati nurani orang-orang yang hanya bisa melihat pihak lain namun tidak bisa melihat pihaknya.
Konklusi
Akhirnya, siapakah yang kita patut takuti? Saya hanya takut kepada Tuhan karena saya tidak melakukan kesalahan apapun yangmembuat saya perlu takut kepada pemerintah yang menyandang pedang. Tuhan memberikan kepada saya tugas untuk menjadikan semua bangsa muridNya dan Ia berjanji akan menyertai saya. Keamanan saya bukanlah tanggung jawab saya, melainkan tanggung jawab Tuhan. Tanggung jawab saya adalah melaksanakan perintahNya.
Kalau Ia mau saya mati sekarang tidak ada seorang pun yang dapat menghalangiNya, dan jika Ia belum mau memanggil saya, tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh saya.
Takutlah akan Tuhan, terutama hamba-hamba Tuhan. Jangan sampai mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab, dan jangan lalai melaksanakan tugas yang diberikan oleh Tuhan. Jangan sampai karena situasi yang buruk kita jadi lalai, bahkan kita salah bersikap, yaitu lebih takut kepada manusia daripada Allah.***
Sumber: PEDANG ROH Edisi 45 Tahun XI Oktober-November-Desember 2005