Fundamental Baptist Independent Alkitabiah Dispensational in theology Pre-Tribulational Rapture Pre-millennial Textus Receptus and Masoretic Text (traditional-text based) Baptism by immersion (Baptis Selam) Six-day literal creation Literal & Grammatical & Historical in hermeneutics (Menafsir Alkitab secara Literal-Grammatikal-Historikal, Penafsiran Normal/biasa/sewajarnya).
Sabtu, 30 Januari 2010
Berita Mingguan 30 Januari 2010
Sabtu, 23 Januari 2010
Berita Mingguan 23 Januari 2010
Sabtu, 16 Januari 2010
Berita Mingguan 16 Januari 2010
Sabtu, 09 Januari 2010
Berita Mingguan 9 Januari 2010
Jumat, 08 Januari 2010
Bagaimana dan Dengan Apa Perempuan itu MENGADUK?
“Perempuan itu”, yang dalam Wahyu 17 dipersonifikasikan juga dengan sebutan Pelacur Besar, dan dalam Yesaya 14:12 dalam bahasa Latin disebut Lucifer, adalah aktor utama seluruh proses pengadukan. Tujuan ia mengaduk pengajaran gereja-gereja adalah agar bisa menularkan pengajaran gereja yang salah kepada gereja yang benar dan hasil akhirnya tidak ada lagi gereja yang benar.
Pertama, ia berusaha memimpin para pemimpin gereja dan para theolog hingga pada konsep “Kebenaran Alkitab Adalah Kebenaran Yang Relatif, Bukan Kebenaran Absolut.” Ketika seseorang menerima kebenaran Alkitab hanya sebagai kebenaran relatif, maka ia tidak berani meyakini bahwa hanya di dalam Alkitab saja ada kebenaran yang menyelamatkan. Ia akan mulai berpikir bahwa kekristenan bisa jadi hanyalah salah satu kebenaran yang relatif. Bisa jadi juga terdapat kebenaran dalam kitab lain. Orang Kristen dengan pandangan demikian pasti akan kehilangan kegairahan untuk bersaksi dan menginjil. Tentu ia lebih tidak bergairah lagi untuk mempertahankan kebenaran Alkitab, karena kalau itu kebenaran relatif maka sebenarnya sama dengan ‘belum tentu benar’, jadi untuk apa dipertahankan?
Pemicu munculnya konsep ini bisa jadi karena peperangan rohani yang melelahkan dan kurangnya pendidikan doktrinal. Anabaptis berperang habis-habisan secara doktrinal dengan Roma Katolik bahwa pengajaran Soteriologi mereka salah, bahwa Bibliologi mereka salah, dan bahwa Ekklesiologi mereka juga salah sehingga jumlah martirnya tak terhitung.
Kemudian muncul Reformator yang juga menentang Roma. Tetapi sayang sekali pokok pengajaran yang direformasi tidak tuntas. Mereka hanya mereformasi Soteriologi dan Bibliologi dengan semboyan Sola-Gracia dan Sola Scriptura. Mereka tidak mereformasi Ekklesiologi yang diajarkan oleh Roma. Anabaptis tentu tidak puas sehingga tetap menentang sistem gereja yang salah, dengan sasaran yang lebih jelas adalah “Sacrament” perjamuan Kudus dan Baptisan bayi serta percik yang tetap dipungut dari Roma oleh para Reformator. Seharusnya pengikut mereka zaman sekarang tidak perlu keras kepala dan ngotot membela sesuatu yang salah. Lebih baik mereka mengakuinya dan kembali ke jalan yang benar. Karena lebih baik terlambat daripada sama sekali tidak, terlebih jika harus membelanya mati-matian sehingga akan menyebabkan kepedihan hati Tuhan dan membuktikan yang bersangkutan tidak cinta kebenaran.
Hebat Sekali Perempuan Itu!
Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Mat.13:33)
Banyak orang telah mencoba menafsirkan perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus dalam Matius pasal 13. Setelah penulis membaca lebih dari sepuluh komenteri, terkesan bahwa para penulis komenteri yang tentu berpendidikan dan berpengetahuan cukup, tidak dapat menemukan kunci masuk ke dalam ruang perumpamaan tersebut.
Mata mereka tertutup oleh sebuah kesalahfahaman terhadap kata “Kerajaan Sorga” sehingga mereka melihat bahwa perumpamaan Tuhan Yesus adalah tentang segala sesuatu yang di Sorga atau tentang Kerajaan Sorga itu sendiri.
Padahal kunci untuk memahami perumpamaan tersebut justru disembunyikan oleh Tuhan Yesus di balik kata “Kerajaan Sorga” sama seperti, Dr. Rod Bell (di Greenville, USA) yang menerima kami dan ia harus pergi berkhotbah ke kota lain sehingga meninggalkan kami dengan pesan agar kalau kami akan pergi, kunci rumahnya disembunyikan di bawah sebuah patung anjing yang terletak di samping pintu rumahnya.
MENGAPA ORANG KRISTEN MENDERITA
Pertanyaan, “Mengapa orang kristen menderita?” merupakan pertanyaan yang telah diajukan ribuan kali oleh umat Tuhan di setiap generasi. Jika Allah itu baik dan mengasihi, orang-orang kristen masih harus menderita kesusahan, pencobaan, penganiayaan, penyakit dan kesakitan? Alkitab memberikan banyak alasan bagi penderitaan kristen dan penderitaan ini tidak akan berhenti sampai Tuhan Yesus Kristus datang untuk mengubah segala sesuatu. Ada beberapa pelajaran yang Allah ajarkan di mana kita mempelajarinya melalui penderitaan, kesukaran dan kesakitan. Yesus sendiri harus menderita untuk kesalamatan kita – Ibrani 2:10 dan Yohanes 16:33.
Ketika Allah menyelamatkan kita, Dia memulai sebuah pekerjaan yang sasarannya adalah mengubah dan menjadikan kita serupa dengan gambar AnakNya Yesus Kristus. Allah begitu mengasihi kita dan tidak membiarkan kita menderita karenaNya. Kita mempelajari pelajaran dan menerima berkat-berkat yang hanya datang melalui penderitaan dan ujian.
Kekristenan telah di liputi oleh darah dari para martir sejak abad pertama. Rasul Paulus menyatakan semangat dan kasihnya untuk Tuhan ketika dia berkata, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,” – Filipi 3:10.
Yesus menderita untuk kita. Dia mati untuk kita. Bapa yang telah mengutus AnakNya untuk mati bagi dosa-dosa kita. Ketika ketika membandingkan penderitaan kita dengan penderitaan Kristus, kita melihat suatu perbedaan yang sangat mencolok. Kita seharusnya tidak akan pernah mengeluh.
Menjadi Pendeta, Panggilan Allah atau Panggilan Iblis?
Ada orang yang berusaha menyesatkan jemaat di Korintus. Seharusnya jemaat bersikap hati-hati terhadap segala pengajaran dan guru-guru palsu yang datang kepada mereka. Guru-guru palsu itu adalah alat Iblis dan mereka datang dengan menyamar sebagai malaikat terang, rasul-rasul dan pekerja-pekerja Kristus. Mereka mengaku bahwa mereka memiliki otoritas Ilahi sebagai pelayan-pelayan Allah. Tetapi sebenarnya mereka adalah guru-guru palsu. Mereka mengaku bahwa mereka adalah pelayan-pelayan kebenaran (ayat 15), sebenarnya mereka adalah penipu yang sangat licik. Bahkan mereka mengaku sebagai rasul kelas atas lebih tinggi kedudukannya daripada Rasul Paulus. Dengan kepandaian mereka berpidato, mereka memperdayakan orang-orang percaya di Korintus dan menyindir Paulus karena tidak becus berpidato. Sebagaimana Hawa diperdaya oleh Iblis, sekarang dia melalui pekerja-pekerjanya, dia mau memperdayakan jemaat di Korintus, demikian pula sekarang dia sedang memperdayakan jemaat-jemaat Tuhan pada masa kini. Dan Rasul Paulus sebagai bapa yang penuh kasih berusaha melindungi jemaat dari guru-guru palsu tersebut dan tidak akan membiarkan jemaat di Korintus disesatkan dari kesetiaannya yang sejati kepada kristus, sama seperti kesetiaan mempelai perempuan kepada suaminya.” (ayat 3).
Namun sayang sekali, jemaat Korintus bersikap terbuka kepada: (Lihat ayat 4).
1) “Yesus yang lain” –Bukan Yesus yang dalam berita Injil.
2). “Roh yang lain”—bukan Roh Kudus.
3) “Injil yang lain” –Kematian Kristus dan iman kepadaNya tidak diberitakan.
Mereka telah diterima baik oleh beberapa orang di dalam jemaat Korintus sehingga jemaat itu dengan mudah menerima ajaran sesat dan rasul-rasul palsu itu.
Salah satu cara Iblis yang paling berbahaya yang mengancam jemaat-jemaat Tuhan adalah Iblis “menyusupkan” guru-guru palsu untuk membelokkan jemaat dari kebenaran. Sehingga jemaat bukan lagi “Tiang penopang dan dasar kebenaran.”
Keyakinan akan Tuhan
Nats: 2 Tawarikh 16:8-9
Sebuah pandangan yang positif mengenai diri sendiri sama sekali bukan merupakan suatu syarat untuk dapat melayani Tuhan. Dalam kenyataannya, rasa percaya diri yang terlalu tinggi seringkali menjadi halangan untuk menjadi sebuah bejana yang dapat dipakai Tuhan, karena rasa percaya diri tersebut timbul dari sikap bersandar pada kemampuan sendiri, dalam menghadapi orang lain dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Sebaliknya, keyakinan akan Tuhan adalah bersandar pada kemampuan Tuhan untuk bekerja melalui Anda, dalam menghadapi orang lain dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Di saat Anda memiliki keyakinan akan Tuhan, Anda dapat melupakan kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan menyadari bahwa apapun kondisinya Tuhan dapat tetap menyelesaikan pekerjaanNya. Di saat Anda memiliki keyakinan akan Tuhan, Anda terbebas dari kesombongan maupun rasa rendah diri. Anda dapat memusatkan pikiran pada pekerjaan yang ada dihadapan Anda dan pada kebutuhan orang lain, dan menyerahkan kepada Tuhan bagaimanapun hasilnya nanti, karena Tuhanlah yang berhak.
Apakah Anda mengerti perbedaan antara kedua konsep di atas? Sederhana saja: konsep yang pertama berfokus pada kemampuan pada diri sendiri, sedangkan konsep yang kedua berfokus pada kemampuan Tuhan. Yang pertama berfokus pada hasil yang sementara; sedangkan yang kedua berfokus pada hasil yang kekal. Jauh lebih baik bila kita menyelesaikan suatu perkara—di dalam kehidupan ini—suatu hasil yang kekal, dengan berjalan di dalam keyakinan akan Tuhan, daripada menyelesaikan banyak perkara dengan menggunakan ukuran dunia, hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia. Akan merupakan saat yang menakutkan bagi mereka yang telah membangun gereja yang besar dengan bersandar pada karisma seseorang sewaktu mereka sendiri berdiri dihadapan takhta, dan Tuhan berkata bahwa jumlah jemaat mereka yang sangat besar itu hanya merupakan rumput kering dan jerami saja. Sungguh merupakan saat yang sangat membahagiakan bagi seorang ibu rumah tangga sederhana yang dengan tenang melayani wanita lain dilingkungannya, tetapi ia melakukannya untuk kemuliaan Tuhan dan dengan kekuatan Tuhan. Besarlah hadiah yang menanti bagi wanita ini.
MEMASUKI TAHUN BARU DENGAN KEYAKINAN PENUH
Filipi 4:19, 2 Raja-raja 4:1-7
Introduction: Pada saat kita mendengar kesaksian-kesaksian di malam menjelang tahun baru, kita melihat bagaimana Allah telah memberkati kita dengan limpahnya ditahun 2004. Namun masih saja iman kita kecil, kita mungkin memasuki Tahun Baru dengan ketakutan dan kekuatiran mengenai keperluan-keperluan kita. Namun pagi ini, melalui janji Allah dalam Filipi 4:19, kita akan menghalau rasa takut kita tersebut. Rasul Paulus menulis ayat ini, dibawah inspirasi Roh Kudus, ketika dia berada dalam keadaan sengsara di penjara Roma (Filipi 1:13—“ Sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus.”). Allah telah menyediakan semua kebutuhannya dengan luar biasa (Roma 8:32—“ Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”)—Termasuk keperluan jasmani dari jemaat di Filipi yang telah berkorban mengirim pemberian kepadanya.
Ayat 14-18.
Paulus memuji jemaat di Filipi sebab sejak injil mulai dikabarkan di Filipi, mereka sudah memberi sokongan kepada Paulus. Pemberian-pemberian jemaat Filipi datang kepada Rasul Paulus, dan daripada Rasul Paulus datang kepada mereka berkat-berkat rohani. Itu juga sesuai dengan perkataan Paulus dalam 1 Korintus 9:11 –“Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihank kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu?”.
APA YANG SEDANG ALLAH CARI????
Yehezkiel 22:30 memberitahu kita bahwa Allah sedang mencari orang-orang “untuk mendirikan sebuah tembok” dan “berdiri di dalam celah.” Allah sedang mencari pekerja-pekerja. Ada tempat-tempat pelayanan untuk diisi, dan malakikat-malaikat tidak dapat mengambil tempat kita.
Di dalam Yohanes 4:23, Yesus menyatakan bahwa Bapa sedang mencari “penyembah-penyembah yang benar”; dan di dalam Lukas 13:7, Dia memberitahu kita bahwa Bapa juga sedang mencari buah. Keduanya berjalan bersama-sama, karena mereka yang bersekutu dengan Allah menghasilkan buah bagi kemuliaanNya: “karena tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5).
Namun statement yang ingin saya fokuskan terdapat di Lukas 19:10: “Sebab Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Allah sedang mencari penyembah-penyembah yang benar dan pekerja-pekerja dan penghasil buah karena Allah sedang mencari yang hilang. Bagaimanapun juga, keselamatan orang-orang berdosa adalah “untuk memuji kemuliaanNya” (Efesus 1:6, 12, 14). Ketika hanya dua orang berdosa di bumiNya, Allah Bapa menyela waktu sabatNya untuk mencari dan membawa mereka kembali (Kejadian 3:8-9) Allah Anak datang dari surga untuk mencari yang terhilang dan mati untuk mereka. Roh Kudus telah ada di dalam dunia yang jahat ini hampir dua puluh abad, menolong jemaat mencari dan memenangkan yang terhilang. Apabila pencarian orang-orang berdosa yang terhilang adalah begitu penting bagi Allah, seharusnya itu juga menjadi penting bagi kita.
Sesuatu yang hilang dari pelayanan kita adalah ketika kita kehilangan beban bagi jiwa-jiwa yang tersesat. Kita secara berangsur-angsur menjadi para pekerja profesional kristen yang melakukan pekerjaannya dengan baik, tanpa ada kesulitan, tetapi tidak pernah memiliki berkat dengan menyaksikan mujizat injil yang berlangsung di dalam hidup banyak orang. Kita kehilangan sukacita pelayanan dan menjadi seperti saudara tertua di dalam perumpamaan Tuhan kita, di mana dia terlalu sibuk bekerja di ladang sehingga dia tidak pernah mengetahui ketika adiknya yang hilang itu sudah kembali pulang (Lukas 15:25-32). Bacalah Lukas 15 dengan seksama dan saudara akan menemukan bahwa orang yang paling bahagia di dalam pasal itu adalah mereka yang terlibat di dalam mencari dan menemukan yang terhilang.
Saudara mungkin berkata kepada diri sendiri, “yah, itu baik, tetapi pelayanan saya tidak menempatkan saya berhubungan langsung dengan orang-orang terhilang.. Saya adalah seorang pelayanan yang berada di belakang layar.”