Jumat, 05 Februari 2010

BAGAIMANA KALAU GEREJA DIBAKAR?

Pada tanggal 7 Januari 2010, dari jam 09.00 hingga 10.00, di Channel TV Discovery, menayangkan peliputan Hubungan Agama dan Kekerasan. Di saat penulis jeda sejenak dari menulis Pedang Roh ini penulis mengamati bahwa betul seperti yang disampaikan pembawa acara bahwa telah banyak korban manusia atas nama agama (Allah/Tuhan). Ditayangkan hasil penyelidikan Archeology tentang kekejaman dewa-dewi yang meminta persembahan manusia, bahkan bayi.

Memang pada zaman Perjanjian Lama, Jehovah demi menegakkan sebuah bangsa yang bertugas mengingatkan semua bangsa tentang janji Allah telah bertindak tegas. Dan hukum Taurat adalah satu-satunya hukum mapan tertulis pertama. Barang siapa yang melanggarnya, sebagaimana semua kitab hukum, maka sanksi akan dijatuhkan.

Kemudian Sang Juruselamat datang. Ia datang untuk menyelamatkan, bukan untuk menghukum. Itulah yang Dia katakan kepada perempuan yang tertangkap saat berbuat zinah. Yesus Kristus mengajar kepada pengikutNya untuk memberi pipi kiri jika ditampar pipi kanannya.

Lalu, bagaimanakah kalau gedung gereja kita dibakar? Apakah kita suruh mereka bakar juga rumah kita? Dari kedatanganNya sebagai Juruselamat hingga hari pengangkatan, murid-muridNya tidak iperbolehkan melakukan kekerasan atas namaNya, atau atas nama agama. Jangan membunuh orang atau bahkan tidak boleh melakukan apapun yang bersifat kekerasan atas nama Yesus seperti yang pernah dilakukan oleh orang-orang Kristen di masa lalu. Perang Salib itu sebuah kesalahan. Sama sekali tidak dibenarkan untuk berperang demi agama.



Tindakan itu pasti akan mencemarkan nilai agama. Gereja Katolik, Reformed, Anglikan, telah pernah melakukan kekerasan atas nama gereja. Sekali lagi itu adalah kesalahan. Kita berharap agar pemimpin masa kini mereka dapat menyadari kesalahan itu.

Sebaliknya ada kesalahan kebalikan dari para pemimpin mereka sekarang. Mereka malah melarang jemaatnya berjuang untuk kemerdekaan dan kebebasan. Padahal kemerdekaan adalah hak asasi setiap manusia. Siapapun yang kehilangan hak asasi manusia, akan masuk kategori bukan manusia.

Kita tidak boleh melakukan kekerasan atas nama agama. Tetapi kita boleh berjuang atas nama kemanusiaan dan kebebasan. Itulah yang dilakukan oleh Soekarno-Hatta dan Soedirman. Patrick Henry, pahlawan kemerdekaan USA, dengan seruannya yang sangat terkenal “give me liberty or give me death.” Maksudnya, daripada hidup terjajah, lebih baik mati saja. Konsep inilah yang ada di kepala semua perjuang kemerdekaan dari kutub Utara hingga Selatan termasuk di dalam kepala Soekarno-Hatta dan sederet nama pahlawan Indonesia.

Berkumpul bernyanyi dan berdoa adalah kegiatan yang tidak mengganggu siapapun. Apalagi jika tidak memasang loudspeaker di atas atap. Siapapun yang tidak bebas melakukan hal tersebut sama dengan belum merdeka.

Kita tidak boleh berbuat kekerasan, apalagi membunuh orang atas nama agama. Tindakan itu akan mencemarkan agama kita. Tetapi kita boleh bahkan harus melawan penindasan demi kemerdekaan dan kebebasan. Itu adalah hak asasi manusia. Di muka bumi ini tidak boleh ada penjajahan dalam bentuk apapun. Jika anda tidak bebas berkumpul di Minggu pagi untuk bernyanyi, itu tandanya anda belum merdeka. Artinya masih perlu melakukan perang kemerdekaan. George Washington, Soekarno, Soedirman, mereka semua membunuh orang demi kemerdekaan.

Kita sering mendengar pernyataan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Pernyataan ini, tentu masih perlu pembuktian. Orang Kristen adalah orang-orang yang cinta damai. Oleh sebab itu tidak boleh berinisiatif menyerang orang (Roma 12:18).

Kita mempercayakan keamanan dan keselamatan kita kepada negara. Dan untuk itulah maka kita membayar pajak. Tetapi jika negara tidak sanggup melindungi kita, tentu kita harus bertindak. Tidak ada hukum yang menghukum seseorang yang membunuh penjahat (perusak) yang masuk rumahnya (Kel.22:2).

Tuhan sama sekali tidak mengajar kita, ketika perampok masuk rumah dan memperkosa istri kita (pipi kanan), lalu kita suruh dia perkosa juga putri kita (pipi kiri).

Sekali lagi, orang Kristen tidak boleh membunuh bahkan tidak boleh memukul orang demi agama. Juga tidak boleh membunuh bahkan melakukan kekerasan atas alasan pribadi.

Tetapi demi mempertahankan diri, demi kemanusiaan, demi kemerdekaan, kebebasan, demi negara yang adil, maka orang Kristen yang jadi tentara boleh menembak orang.

Jika orang melarang engkau berkumpul, dan membakar tempat anda berkumpul, anda diam saja, anda pengecut!

Sumber: Pedang Roh Edisi 62 Tahun XV Januari-Februari-Maret 2010

Tidak ada komentar: