Selasa, 28 Juli 2009

Berita Mingguan 18 Juli 2009

Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com

PAUS MENYERUKAN "OTORITAS POLITIK DUNIA"
Dalam sebuah surat ensiklik yang baru, Paus Benediktus XVI menyerukan agar sebuah "otoritas politik dunia" menangani ekonomi global. Surat ensiklik tersebut, "Caritas in Veritate" ("Kasih dalam Kebenaran"), menyerukan lebih banyak lagi redistribusi kekayaan dan juga "redistribusi sumber daya tenaga." "Otoritas politik dunia" yang divisikan oleh Paus akan memiliki kuasa untuk memaksa bangsa-bangsa antara lain untuk meredistribusikan kekayaan mereka dan menurunkan konsumsi tenaga mereka. Paus berkata, "Tentu saja ia harus memiliki otoritas untuk memastikan semua anggotanya taat kepada keputusan-keputusan nya..." (Reuters, 7 Juli 2009). Faktanya, intervensi pemerintah di dalam pasar bebas memang sudah memainkan peranan yang besar dalam krisis finansial ini (misal pemerintah Amerika yang mengharuskan pinjaman pembelian rumah diberikan kepada orang-orang yang tidak memenuhi syarat). Sebuah pemerintah global bukanlah solusi untuk masalah manapun, tetapi waktunya memang sudah matang untuk dimulainya fondasi kerajaan global antikristus dan tidak ada yang dapat menghalanginya. Jika paus benar-benar peduli dengan orang miskin dan benar-benar berpikir bahwa uang dalam menyelesaikan masalah kemiskinan, ia mestinya melikuidasi aset-aset Gereja Katolik yang sangat besar dan mendonasikannya.

USKUP EPISKOPAL MENYEBUT KESELAMATAN PRIBADI SEBAGAI "KESESATAN"
Katharine Jefferts Schori, Uksup Ketua dari Gereja Episkopal di Amerika, mengatakan bahwa adalah "kesesatan" untuk percaya seorang individu bisa selamat melalui doa pertobatan orang berdosa (OneNewsNow, 9 Juli 2009). Berbicara di Konvensi Umum denominasi tersebut, yang diadakan setiap tiga tahun, dia menambahkan bahwa "fokus individualistis adalah salah satu bentuk penyembahan berhala." Pernyataan Schori tidak mengherankan. Gereja Episkopal di Amerika adalah suatu percampuradukan kesesatan dan immoralitas yang paling keji.

BUKTI ARKEOLOGIS AKAN ISTANA RAJA DAUD
Berikut ini disadur dari "The World of Archeology Is Rocked," aish.com, 6 Juli 2009: "Bagi semakin banyak akademisi dan intelektual, Raja Daud dan kerajaannya yang menyatukan Yehuda dengan Israel, yang telah menjadi simbol integral dari bangsa Yahudi selama 3000 tahun, hanyalah sepotong fiksi.....Tetapi pada penyerang sejarah alkitabiah Yahudi mendapatkan kabar buruk baru-baru ini, yaitu ketika seorang arkeologis yang berdedikasi dan bersemangat tinggi melakukan penggaliannya yang terakhir ini. Dr. Eliat Mazar, seorang otoritas dalam hal masa lalu Yerusalem, telah mengeluarkan Raja Daud dari halaman-halaman Alkitab dan mengembalikannya ke ajang sejarah yang hidup. Penggalian Mazar yang terakhir di kota Daud, yaitu di bagian bayangan selatan dari Temple Mount, telah menggoncang dunia arkeologi. Karena, terbaring di sana tanpa diganggu selama lebih dari 3000 tahun adalah sebuah bangunan yang besar yang Mazar percayai sebagai istana Raja Daud....Dia (Mazar) memiliki gelar doktor dalam bidang arkeologi dari Hebrew University, dan adalah penulis dari buku The Complete Guide to the Temple Mount Excavations. ...Mazar mengatakan, `Sebenarnya, ketika saya mulai menggali, saya harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hasil apapun. Saya bahkan harus siap menerima hipotesis Finkelstein, jika itulah yang dinyatakan oleh fakta. Namun demikian, bagaimanapun juga saya seorang Yahudi dan seorang Israel, dan saya merasakan sukacita yang besar sekali ketika detil-detil di lapangan persis dengan deskripsi dalam Alkitab....Mazar percaya bahwa istana itu digunakan oleh raja-raja Yahudi sampai dengan penghancuran Bait Allah yang pertama sekitra 450 tahun setelah pendiriannya. Untuk mengindikasikan hal ini, Mazar menjelaskan dengan semangat mengenai sebuah benda tanah liat kecil yang dia temukan di situs tersebut (ditemukan tanggal 17 Tammuz, hari yang memperingati pengepungan Yerusalem sebelum kehancurannya) . Benda itu disebut sebuah `bulla,' yaitu tanah liat berbentuk piringan, dengan tulisan Ibrani kuno, dan mencantumkan nama pengirim sebagai `alamat kembali,' dan dipakai untuk memeteraikan gulungan-gulungan `surat' papirus. Bulla tersebut berisikan nama Yukhal bin Selemya, yang disebut dalam pasal 37 dan 38 dari kitab Yeremia.Yukhal adalah salah satu dari dua orang utusan Raja Zedekia kepada Yeremia, yang memintanya agar berdoa bagi umat saat Yerusalem dikepung oleh Nebukadnezar, Raja Babel. Dalam perkembangannya, pasal 38 menceritakan bahw Yukhal adalah salah satu dari empat pelayan yang meminta raja untuk membunuh Yeremia, dengan klaim bahwa dia sedang melemahkan semangat bangsa yang terkepung itu dengan nubuat-nubuatnya tentang kehancuran dan petaka. "Kartu bisnis" Yukhal adalah salah satu dari beberapa contoh yang telah ditemukan dalam dekade terakhir ini, yang memberikan kesaksian lebih lanjut tentang keabsahan kisah Alkitab tentang aktivitas-aktivitas di istana raja sebelum kehancuran Yerusalem. Di situs penggalian lainnya, yang diperkirakan adalah sisa-sisa sebuah bangunan umum, lebih dari 50 bulla ditemukan di bawah satu lapisan yang hancur gosong. Api yang dibawa oleh Raja Nebukadnezar membakar kota itu, tetapi api yang sama juga mengeraskan meterai-meterai tanah liat tersebut, sehingga memelihara mereka dalam kondisi baik dan dapat dibaca sepenuhnya. Bulla-bulla ini berisikan lusinan nama Ibrani, dua di antaranya adalah nama tokoh-tokoh Alkitab yang sezaman dengan Yukhal. Salah satunya adalah Gemaryahu bin Safan, salah satu penulis raja Yoyakim, yang ruangannya dipakai Barukh bin Neria untuk membacakan kata-kata kecaman dan panggilan pertobatan Yeremia (Yeremia 36:10). Nama lainnya adalah Azaryahu bin Hilkiyahu, seorang anggota keluarga imam yang menjabat sebelum kehancuran Yerusalem (1 Tawarikh 9:10)."

SELAMAT DATANG KE PARTAI REPUBLIK
Sdr. Cloud: Saya tidak tahu siapa yang menulis cuplikan berikut, padahal saya ingin memberinya kredit. Sayang sekali, kalimat terakhirnya, "selamat datang ke partai Republik," adalah sebuah mitos, karena kedua partai besar di Amerika Serikat sebenarnya berhaluan sosialis. Walaupun demikian, tulisan ini sungguh menyegarkan.

"Baru-baru ini saya bertanya kepada seorang putri kecil dari teman saya tentang apa yang ingin dia lakukan jika sudah dewasa nanti. Dia berkata bahwa dia mau menjadi Presiden suatu hari. Kedua orang tuanya, yang adalah Demokrat liberal, sedang berdiri di sana, jadi saya bertanya lebih lanjut padanya, `Jika kamu jadi Presiden, apa hal pertama yang akan kamu lakukan?' Dia menjawab, `Saya akan memberi makanan dan rumah kepada semua orang yang tidak punya rumah.' Orang tuanya sangat bangga. `Wow, itu tujuan yang sangat mulia,' saya berkata padanya. `Tetapi kamu tidak perlu menunggu hingga menjad Presiden untuk melakukan hal itu. Kamu bisa datang ke rumah saya, pangkas rumput, membersihkan ilalang, dan membersihkan halaman saya, dan saya akan memberikan padamu $50. Lalu saya akan bawa kamu ke toko makanan di mana pada tuna wisma berkeliaran, dan kamu bisa memberikan $50 itu kepada salah seorang di sana agar dia bisa membeli makanan dan mulai menabung untuk membeli rumah.' Dia memikirkan hal ini beberapa detik, lalu dia menatap saya persis di mata dan bertanya, `Kenapa para tuna wisma itu tidak datang saja dan melakukan pekerjaan itu, dan kamu berikan mereka $50-nya?' Saya berkata, `Selamat datang ke Partai Republik.' Orang tuanya sampai hari ini tidak mau bicara sama saya."
Editor: Untuk memahami artikel di atas, yang ditulis dalam konteks Amerika Serikat, pembaca perlu tahu bahwa ada dua partai besar di sana, Demokrat dan Republik. Kelompok Demokrat sangat condong kepada Sosialisme, di mana pemerintah bertanggung jawab atas orang-orang miskin, memberi mereka makanan, penampungan, dan santunan biaya. Dalam masyarakat sosialis, seseorang yang tidak punya pekerjaan, boleh mendaftar ke kantor pemerintah, dan mendapat biaya bulanan. Tentu dalam skema demikian, banyak orang akan menjadi malas, dan daripada susah bekerja, lebih baik menantikan santunan pemerintah. Barrack Obama adalah seorang sosialis, dan sedang membawa Amerika ke arah Sosialisme. Dalam Sosialisme, orang yang kaya dikenakan pajak yang luar biasa tinggi (pajak progresif), untuk membiayai proyek-proyek `sosial' demikian. Sebaliknya, partai Republik lebih condong kepada Kapitalisme, di mana masing-masing orang bertanggung jawab untuk kesejahteraannya masing-masing. Pemerintah bertindak untuk menegakkan hukum dan fair-play, tidak bertanggung jawab untuk memberi santunan, dll.
Konsep Sosialisme (dan Komunisme) terdengar bagus, yaitu memberikan kesejahteraan yang merata kepada semua orang. Tetapi, di dunia yang berdosa, kedua konsep ini tidak mungkin berhasil karena sifat dasar manusia yang sudah tercemar dosa. Ketika seseorang mendapatkan hasil yang hampir sama baik jika dia bekerja maupun jika tidak bekerja, maka hampir semua orang akan memilih untuk tidak bekerja. Dalam masyarakat demikian, akhirnya produktivitas akan menurun. Itulah yang menyebabkan runtuhnya ekonomi Uni Soviet. Cina, negara yang notabene komunis, justru menerapkan pasar bebas dan kapitalisme dalam model ekonominya. Kapitalisme juga bukanlah model yang sempurna walaupun lebih baik dari Sosialisme maupun Komunisme. Masyarakat yang sempurna baru akan ada ketika Yesus Kristus datang kembali, dan kita masuk ke dalam Kerajaan 1000 tahun di bawah suatu Monarki.


DEWAN PERWAKILAN PENNSYLVANIA TIDAK MENGIZINKAN DOA DALAM NAMA YESUS
Dewan Perwakilan Pennsylvania tidak lagi memperbolehkan para rohaniwannya untuk berdoa dalam nama Yesus. Gembala Sidang Gary Stoltzfoos dari Freedon Valley Worship Center di Adams County menemukan aturan ini ketika dia diundang oleh anggota dewan Will Tallman untuk membuka salah satu sesi Dewan tersebut dengan doa pada bulan Juni. Seesorang dari staf Ketua Dewan, Keith McCall, memberitahu gembala sidang tersebut bahwa dia tidak boleh memakai nama Yesus dalam doa tersebut ("State House Edits Jesus from Pastor's Prayer," Yord Daily Record, 30 Juni 2009). Stoltzfoos kemudian menolak undangan tersebut dan berkata, "Saya merasa bahwa doa adalah berbicara dengan Allah, jadi ketika saya berdoa, saya mencoba berbicara dengan Dia....Saya hanya kenal sau Allah secara pribadi. Saya hanya melayani satu Allah. Bagaimana mungkin saya melakukan sesuatu yang tidak menghormatiNya?"

Tidak ada komentar: