Rabu, 08 September 2010

TOKOH-TOKOH PERJANJIAN BARU YANG MEMBAPTIS

Biarlah Dia semakin besar dan aku semakin kecil--John the Baptist

John The Baptist
“Pada waktu itu tampilah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: “Bertobatlah, sebab kerajaan Sorga sudah dekat!” Sesungguhnya dialah yang dimaksud nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.”

Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit dan makananya belalang dan madu hutan. Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan”(Mat 3:1-6).



“Sesudah dibaptis Yesus segera keluar dari air…” (Mat 3:16). “Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air dan orang-orang pun datang ke situ untuk dibaptis.” (Yoh 3:23). Yohanes pernah menegor Herodes, katanya: “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu!” (Mrk 6:18). Ada beberapa hal yang ditekankan Yohanes pembaptis kepada setiap orang yang mau dibaptis pada zamannya;
1. Menyerukan bertobat dan percaya lebih dahulu sebelum melakukan baptisan. Sudah pasti yang dibaptis orang dewasa bukan anak bayi, karena anak bayi tidak bisa bertobat dan percaya.
2. Membaptis dengan cara selam. Yohanes membaptis di sungai Yordan dan di Ainon tempat yang banyak air. Ketika Yesus dibaptis, “Ia masuk ke dalam air dan keluar dari air.”
3. Keberanian Yohanes dalam menegor dan menyatakan kesalahan.

Kondisi kekristenan hari ini sangat jauh berbeda dengan semangat Yohanes, bahkan sampai pada tingkat dimana ada slogan “jangan mengatakan orang lain salah”, “kalau dia mau percik silakan, kalau mau selam silakan.”
Keberanian menyatakan kebenaran kepada setiap orang dan menegur Herodes mengakibatkan kepala Yohanes dipenggal. Ada harga yang mahal harus dibayar bagi setiap pemberita kebenaran. Bagaimana dengan Anda ?

Petrus dan Rasul-rasul
Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia

Rasul Petrus
“Maka bangkitalah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dengan suara nyaring berkata kepada mereka…” (Kis 2:14-36). “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain:”Apakah yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah…” (Kis 2:37). “Orang-orang yang menerima perkataanya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.” (Kis 2:41).

Apa yang ditekankan Yohanes pembaptis juga diberitakan dengan tegas oleh Petrus dan rasul-rasul yaitu:
1.Bertobat dan percaya lebih dahulu sebelum menerima baptisan. Sudah pasti yang dibaptis orang dewasa bukan anak bayi, karena anak bayi tidak bisa terharu dan bertobat.
2.Mengenai tempat baptisan yang digunakan para rasul ada beberapa tempat yang mungkin bisa dipakai untuk menyelamkan, antara lain:
1.Kolam Bethesda, panjang 360 kaki, lebar 130 kaki dan dalam 75 kaki.
2.Kolam Siloam, panjang 56 kaki, lebar 18 kaki dan dalam 19 kaki.
3.Kolam Salomo, panjang 582 kaki, lebar 148-275 kaki dan 35-42 kaki (Lower Pool) dan masih banyak tempat lain.
3.Yang membaptis tiga ribu orang tentu bukan hanya Petrus sendiri melainkan dibantu sebelas rasul lainnya. Sangat mungkin pembaptisan dilakukan dua belas rasul, karena rasul-rasul sudah pernah membaptis ketika bersama dengan Tuhan Yesus. Injil Yohanes 4:2 berbunyi, “Membaptis murid lebih banyak dari Yohanes…Meskipun Yesus sendiri tidak membaptis melainkan murid-murid-Nya.” Jumlah jiwa yang memberi diri dibaptis 3000 : 12 rasul = 250, sulitkah jika satu rasul membaptis 250 orang ? Lagi pula murid Kristus bukan hanya 12 rasul tersebut melainkan ada 120 murid lain, kemungkinan besar mereka juga ikut membaptis orang-orang tersebut.

Akhir hidup dari Petrus menurut catatan sejarah tradisi Yahudi, Ia disalib terbalik dengan kepala dibawah. Semua rasul-rasul mati karena membela kebenaran Injil hanya rasul Yohanes yang mati tua di pulau Patmos. Tetapi bukan berarti Yohanes tidak pernah disiksa karena membela kebenaran. Yohanes pernah direbus dengan minyak yang mendidih namun tidak mati. Apakah Anda menderita karena membela kebenaraan ? atau Anda seorang penakut yang tidak berani menyatakan kebenaran ?

FILIPUS
Kebenaran tidak membuat engkau menjadi kaya tetapi kebenaran membuat engkau bahagia--John Sung

“…Lalu kata Roh kepada Filipus: “pergilah kesitu dan dekatilah kereta itu!” Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “mengertikah tuan apa yang tuan baca?” …maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya…lalu kata sida-sida itu: “Lihat, di situ ada air; apakah halanganya jika aku dibaptis? Sahut Filipu: “Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Jawabnya: “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.”… Dan keduanya turun kedalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia ( Kis 8:26-38).”

Apa yang ditekankan Yohanes pembaptis juga ditegaskan oleh Filipus ketika ia membaptis sida-sida Etiopia, antara lain:
1. Seseorang yang mau dibaptis harus sungguh-sungguh mengerti dan percaya akan Injil Yesus. Bayi atau anak kecil tidak mungkin bisa mengerti Injil.
2. Filipus memberikan syarat baptisan yaitu orang yang bersangkutan harus sudah percaya. Apakah anak anak bayi bisa percaya?
3. Membaptis dengan cara selam, “mencari tempat yang ada air dan keduanya turun ke dalam air.” Kalau boleh dengan cara percik maka tidak perlu cari tempat ada air dan keduanya turun ke dalam air, karena sida-sida pasti membawa bekal air. Berapa banyakah air yang diperlukan untuk memercik? Beberapa tetes sudah cukup.

Filipus adalah seorang penginjil Baptis fundamental yang tidak memakai faham “tidak ada rotan akar pun jadi.” Walaupun di padang gurun sulit mencari air tetaplah kebenaran harus dilaksanakan dengan setepat-tepatnya. Sikap kompromi bisa saja ia ambil tetapi ia memilih taat pada perkataan Tuhan Yesus, “setialah dalam perkara-perkara kecil.”

Hari ini setiap gembala yang melaksanakan baptis percik seharusnya malu pada Filpus, bukan malahan menambah dosa fitnah dengan mengatakan, “Filipus melaksanakan baptisan percik, karena di padang gurun tidak ada air.” Saudara bertobatlah!

Paulus
Jika kita hidup, kita hidup untuk TUHAN dan jika kita mati, kita mati untuk TUHAN. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik TUHAN--Rasul Paulus

“Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. Katanya kepada mereka:”Sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu menjadi percaya?” Akan tetapi mereka menjawab dia: “Belum bahkan kami belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus.” Lalu kata Paulus kepada mereka:”Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?” Jawab mereka: “Dengan baptisan Yohanes.” Kata Paulus: “Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak itu bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang akan datang kemudian daripadanya yaitu Yesus. Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri dibaptis…” (Kis 19:1-5)
Apa yang ditekankan Yohanes pembaptis yaitu orang yang menerima baptisan harus sudah bertobat lebih dahulu juga ditekankan Paulus, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Ketika bertemu dengan beberapa murid ia langsung bertanya, “sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu menjadi percaya?” ini konsisten dengan Efesus 1:13 “ketika seseorang percaya dimeteraikan dengan Roh Kudus.” Paulus mendapati ternyata mereka belum sungguh bertobat, walaupun sudah dibaptis. Ada kemungkinan mereka ikut-ikutan orang banyak ketika dibaptis Yohanes (Bagaimana pun Yohanes tidak tahu isi hati manusia). Akhirnya Paulus menjelaskan Injil kepada mereka dan mereka bertobat sehingga Paulus membaptis ulang mereka.
2. Paulus membaptis orang yang bertobat dan mereka memberi diri dibaptis, ini pasti orang sehat bukan orang sakit dan tentu bukan anak kecil.
3. Paulus membaptis ulang, ini menunjukan baptisan pertama yang mereka lakukan ketika belum mengerti, tidak sah dihadapan Allah. Seharusnya orang yang dibaptis sudah bertobat dan mengerti Injil lebih dahulu.
Banyak orang mengatakan, “Baptisan ulang sesat” itu sama saja dengan mengatakan “Paulus sesat.” Silakan baca perikop di atas dengan baik dan teliti. Paulus adalah seorang rasul sekaligus penginjil yang mengorbankan segala-galanya untuk Juruslamatnya, tidak terhitung penderitaan yang ia alami demi Injil. Akhir hidup rasul Paulus menurut sejarah, ia mati dipenggal kepalanya oleh kaisar Nero.

Para Profesor ahli sejarah dan ahli bahasa memberikan komentar mengenai baptisan dalam Perjanjian Baru:
Dean Stanley berkata, “John the Baptist seharusnya diterjemahkan John the Immerser.”
Conant, the great philologist and translator, mencari arti kata Baptizein dengan mengumpulkan literatur Yunani dari 500 B.C. sampai abad kesebelas A.D. dengan 168 contoh literatur Yunani dan mendapatkan bahwa kata Baptizein memiliki makna, ‘To immerse, immerge, submerge, to dip, to plunge, to imbathe, to whelm’ (membenamkan, menyelam, mencelup, semua kata tersebut memiliki arti memasukkan sesuatu ke dalam air).

Dollinger, seorang ahli Katolik, professor dibidang sejarah gereja di Universitas Munich mengatakan; “Tidak ada bukti atau tanda-tanda di dalam Perjanjian Baru bahwa para rasul membaptis bayi atau memerintahkan bayi-bayi dibaptis.” (John Joseph Ignatius Dollinger, The first age of the church,11,184).

“Encyclopedia of Religion and Ethic” yang diedit oleh Profesor James Hastings dan Profesor Kirsopp Lake dari Universitas Leyden, mengatakan; “ Tidak ada indikasi baptisan bayi dalam Perjanjian Baru.”

DR. Dosker, Profesor sejarah gereja dari Presbyterian Theological Seminary Louisville mengatakan; “Setiap sejarahwan yang tulus akan mengakui bahwa kaum Baptis memiliki argumentasi lebih bagus, baik secara ketatabahasaan maupun mengenai sejarah bentuk baptisan yang berlaku. Kata baptiso berarti menyelam, baik dalam kesusastraan Yunani maupun Alkitab bahasa Yunani, kecuali secara nyata menunjukan pemakaian yang berubah makna.” (Dosker, The Dutch Anabaptists, 176,Philadelphia 1921.).

Tidak ada komentar: