Sabtu, 22 November 2008

SEJARAH BAPTIS (BAPTIST'S HISTORY)

BAB I


JEMAAT (GEREJA) PERJANJIAN BARU



Setelah Tuhan Yesus menyelesaikan pekerjaan di atas bumi dan sebelum terangkat ke dalam kemuliaan, Ia memberikan amanat kepada murid-muridNya sebagai berikut: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat. 28: 18-20). Sehubungan dengan amanat ini Yesus memberikan otoritas kepada jemaatNya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia.


Sebuah jemaat Perjanjian Baru adalah sekelompok orang percaya yang sudah dibaptis yang secara sukarela menggabungkan diri bersama untuk memelihara (mempertahankan) ordinansi dan pemberitaan Injil Yesus Kristus.


Karakteristik istimewa jemaat ini jelas membekas di dalam Perjanjian Baru.


Jemaat tersebut merupakan sebuah perkumpulan sukarela dan independen di antara jemaat-jemaat (gereja-gereja) lainnya. Jemaat tersebut bisa saja, dan dimungkinkan untuk berafiliasi dengan jemaat-jemaat lain di dalam hubungan persaudaraan; tetapi ia harus tetap independen dari segala campur-tangan luar, dan hanya bertanggungjawab kepada Kristus, yang adalah pemberi hukum tertinggi dan sumber dari segala otoritas. Dari sejak awal para pengajar dan para jemaat secara bersama-sama melaksanakan urusan gereja.


Dalam pengertian Perjanjian Baru, tidak ada organisasi yang merupakan sebuah Gereja (Jemaat) Umum atau Nasional, yang meliputi sebuah wilayah negara yang luas, yang terdiri atas sejumlah besar organisasi setempat (lokal). Jemaat (gereja) dalam pengertian alkitabiah selalu merupakan sebuah organisasi yang independen dan lokal. Gereja-gereja (jemaat-jemaat) yang bersaudara "dipersatukan hanya karena ikatan iman dan belas kasih. Independensi dan persamaan membentuk tubuh internal mereka" (Edward Gibbon, The History of the Decline and Fall of the Roman Empire, I, 554, Boston, 1854). Gibbon, yang selalu artistik dalam melakukan pembahasan, melanjutkan: "Begitulah lembutnya dan sama kedudukannya dimana orang Kristen diperintah lebih dari seratus tahun setelah wafatnya para rasul. Setiap kumpulan membentuk sendiri sebuah kelompok terpisah dan independen yang berasal dari, untuk dan kepada kepentingan mereka sendiri; dan bahkan bagian dari kelompok yang paling jauh inipun mempertahankan hubungan yang akrab, mutual (saling menguntungkan), mengadakan hubungan surat-menyurat dan utusan-utusan, kalangan Kristen belum berhubungan dengan kumpulan legislatif atau atasan apapun" (Ibid., 558).



TRAGEDY COMPROMISE (Bagian 6)

6 Mimbar Prasmanan

Konsep "Memasarkan Yesus"
Salah satu pengalaman di restoran yang menjadi kesukaan isteri saya adalah mengelilingi salad bar (meja yang menyajikan berbagai jenis salad yang boleh dipilih sesuai selera pengunjung - penerjemah). Dari bahan makanan lezat yang ada disitu, ia bisa menjadikannya sebagai makanan utama. Semakin banyak pilihan, semakin ia menikmatinya.

Banyak gereja kontemporer kini telah menjadi spesialis yang mengelola "salad bar" rohani. Disitu tersedia apa saja yang diinginkan. Jika anda tidak suka dengan suatu tawaran, maka dengan mudah anda akan mendapatkan pilihan lain yang lebih memenuhi selera rohani anda. Pendekatan "salad bar" seperti ini menarik banyak sekali orang, namun apakah itu membangun jemaat yang kuat?

Apakah Pelanggan Selalu Benar?
Banyak gereja modern dibangun dengan konsep bahwa orang harus mengetahui apa yang dituntut oleh pasar dan kemudian menyesuaikan pelayanannya dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Ini merupakan semangat kapitalis yang mengenakan pakaian religius. Sebuah gereja di sebuah kota di barat-tengah meneliti lingkungan sekitarnya dan bertanya kepada para warga mengenai gereja bagaimana yang paling mereka sukai ada di daerah itu. Para penghuni daerah itu memberikan banyak usulan, dan kemudian gereja itu mulai membangun sebuah gereja baru yang sesuai dengan keinginan yang telah disampaikan. Sebagai contoh, menurut angket tersebut, nama "Baptis" dianggap ofensif, sehingga gereja itu dengan sukarela menanggalkan nama tersebut.

Kita sama sekali tidak mendapatkan satu ayatpun yang mendukung konsep "pemasaran gereja" ("church marketing") yang kini digembar-gemborkan secara luas. Rasul-rasul tidak mengadakan survei terhadap masyarakat ramai yang fasik di kota-kota Romawi untuk mengetahui jenis gereja apa yang mereka rasa lebih tepat. Mereka mengikuti pola yang diwahyukan oleh Allah kepada mereka, bukan pendapat-pendapat yang diperoleh melalui survei lingkungan sekitarnya. Apakah yang diketahui orang-orang binasa mengenai gereja yan tepat? Tidak ada! Secara rohani mereka inkompeten, buta dan memberontak terhadap Allah. Mereka tidak memiliki kemampuan rohani yang dibutuhkan untuk menilai keaslian suatu gereja dengan semestinya. Mereka binasa karena pelanggaran dan dosa. Orang binasa tidak bisa memberikan penilaian yang benar-benar baik.

TRAGEDY COMPROMISE (Bagian 5)

Menyenangkan Semua Pihak

Injili Baru yang "Baru"
Injili Baru menjadi "semakin baru" melalui berjalannya waktu. Tidak semua orang menyadari kenyataan atau signifikansi ini. Beberapa kalangan yang mengaku sekolah fundamentalis menenangkan kegelisahan para anggotanya, bahwa mereka menentang Injili Baru. Namun Injili Baru yang mereka singgung itu adalah gerakan tigapuluh tahun yang lalu atau lebih - yaitu nama yang didukung oleh Carl Henry, Harold Ockenga, dan Edward Carnell. Injili Baru telah melalui perjalanan panjang sejak dicetuskan. Banyak kalangan, sementara menolak Injili Baru yang lama, namun menganut Injili Baru yang "baru" tanpa mengetahui dengan jelas hubungan antara keduanya.

Di bawah Payung yang Lebar
Paulus memperingatkan orang-orang percaya untuk tidak "diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan" (Ef. 4: 14). Pernyataan ini jelas berbicara mengenai penyimpangan konstan yang terbukti di dalam perkembangan theologi manusia. Ia juga memperingatkan bahwa para theolog dan pengajar-pengajar agama sangat rentan terbujuk ketika mereka menjajakan karya-karya tidak alkitabiah mereka. Untuk membedakan theologi dan metodologi yang baik dengan yang buruk, dibutuhkan ketajaman rohani yang tepat, suatu kualitas yang kelihatannya sudah sangat sulit ditemukan pada masa kini. Sementara kita diperintahkan untuk membedakan "Roh kebenaran" dan "roh yang menyesatkan" (I Yoh. 4: 6), namun itu bukanlah pekerjaan yang populer.

Perubahan Keadaan
Untuk menggambarkan angin perubahan yang bertiup melalui kelompok-kelompok religius masa kini, Hunter menyimpulkan secara tepat bahwa "kualitas yang berubah-ubah merasuki kalangan Injili".[1] Clark Pinnock menyebut dengan istilah yang lebih keras ketika ia menulis, "Kaum Injili merasakan ragi perubahan theologis yang memusingkan yang mereka pikir hanya terjadi pada kaum liberal".[2] Tentu saja ada beberapa yang menganggap hal ini sebagai tanda yang baik. "Jauhi theologi tradisional yang muluk-muluk, kaku dan tidak responsif. Mari kita membuka jendela, biarkan angin segar bertiup, dan mari kita lebih inovatif dalam pendekatan theologis kita". Ini merupakan seruan kebanyakan kaum injili masa kini.

TRAGEDY COMPROMISE (Bagian 4)

4. Menuai Puting Beliung

Kaum Injili Muda Yang Duniawi

Mahasiswa cenderung lebih radikal daripada pengajarnya. Ini terlihat jelas dalam perkembangan Injili Baru. Sementara gerakan itu berkembang, banyak anggota yang lebih muda mengadopsi posisi theologis, etika dan moral yang telah bergeser jauh dari kaum Injili Baru yang lebih awal dan bahkan membuat mereka sendiri menjadi prihatin. Jika satu orang berkompromi, maka akan menurunkan yang lain, dan dalam waktu yang tidak lama beberapa di antaranya sudah berjalan jauh di jalan yang salah.

Pada tahun 1970-an sebuah kelompok Injili Baru yang lebih radikal mulai muncul. Perkembangannya dicatat dalam dua buku oleh Richard Quebedeaux, The Young Evangelicals dan The Worldly Evangelicals. Benih yang ditabur oleh para pemimpin Injili Baru mula-mula memang telah menghasilkan buah yang pahit. Begitu jauhnya beberapa di antara "wajah baru" tersebut melangkah, sehingga para pembimbing mereka sendiri menjadi kuatir. Filosofi Injili Baru yang orisinil telah menjadi bumerang yang menyerang balik kepada pelemparnya.

Orang-orang yang menyenangkan dan pandai bicara banyak di dalam kelompok ini. Joe Roos berada di garis depan dalam hubungan dengan People's Christian Coalition, sebuah kelompok yang menyebarkan pandangan politik liberal. Leighton Ford, ipar Billy Graham, terkenal sebagai seorang evangelis. Tom Skinner, seorang mantan pemimpin gang Harlem, ada di antara mereka. Penulis-penulis seperti Bruce Larson bisa menjadi wakil tipe injili seperti ini. Larson menghasilkan sebuah pandangan "pencerahan" seks bagi orang Kristen di dalam bukunya, Ask Me to Dance. Wanita-wanita seperti Nancy Hardesty menjadi sangat aktif.

Karakteristik dari "Sayap Kiri"

Kaum Injili Baru muda yang duniawi sangat pantas dikategorikan sebagai "sayap kiri' dari gerakan ini. Sedangkan "sayap kanan" adalah terdiri dari kaum Injili Baru yang lebih tua seperti Kenneth Kantzer, Carl Henry, dan Harold Lindsell. Beberapa di antara mereka menyatakan kecemasan atas pemikiran radikal yang berasal dari sayap kiri itu, terutama tentang masalah inspirasi Alkitab. Siapa yang menabur angin, akan menuai puting beliung (Hos. 8: 7).

TRAGEDY COMPROMISE (Bagian 3)

Melebarkan Jalan Setapak

Penginjilan Ekumenis dan Billy Graham

Kelihatannya aneh, gerakan Injili Baru mulai melambung di atas sayap penginjilan. Praktek "penginjilan ekumenis" (ecumenical evangelism), yang memanfaatkan kekuatan gereja-gereja yang berasal dari bermacam-macam keyakinan theologis, menjadi mesin pendorong populer gerakan tersebut.

Evangelikalisme (Injili) dan Evangelisme (Penginjilan)

Orang Kristen yang percaya kepada Alkitab senantiasa memegang teguh perintah Kristus untuk memberitakan Injil kepada dunia. Walaupun mengalami tekanan kultural dan theologis yang hebat, orang-orang percaya pada Abad Pertengahan tetap bersaksi demi kebenaran. Para penguasa gereja Katolik Roma memburu mereka tanpa belas-kasihan, namun mereka terus memberitakan Injil di seluruh benua Eropa. Keprihatinan atas kemurnian Injil-lah yang menyulut Reformasi, Luther menekankan bahwa keselamatan hanya karena iman saja tanpa perlu embel-embel gerejawi yang mengaburkannya. Kebangkitan misi besar yang dikirim ke negeri-negeri yang tidak mengenal Tuhan jelas merupakan bukti perhatian banyak orang terhadap keselamatan orang-orang yang terhilang.

Di Inggris dan Amerika gerakan penginjilan besar berkembang. Di bawah pemberitaan George Whitefield yang hebat, banyak orang ditobatkan. Kemudian D. L. Moody memberitakan Injil ke kota-kota besar Amerika dengan bentuk kampanye besar-besaran. Gaya ini diteruskan oleh evangelis-evangelis terkenal seperti R. A. Torrey, Bob Jones, Sr., dan J. Wilbur Chapman. Billy Sunday, evangelis penuh warna yang terkenal di kota-kota, mendorong ribuan orang untuk "menggebrak jalan-jalan setapak", dan mereka menelusuri jalan-jalan kecil berdebu di bawah naungan kemah-kemah yang didirikan untuk kampanye Sunday.

Institut-institut Alkitab (kemudian hari menjadi sekolah tinggi Alkitab) seperti Moody Bible Institutes didirikan dengan tujuan utama melatih anak-anak muda untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Sekolah-sekolah seperti Bob Jones University dan John Brown University didirikan oleh para evangelis. Charles E. Fuller dan lainnya menutupi gelombang udara dengan Injil Kristus. Misi-misi penyelamatan seperti Pacific Garden Mission di Chicago menjadi mercusuar Kristus ditengah-tengah perkampungan gelandangan di Amerika.

Rabu, 19 November 2008

TRAGEDY COMPROMISE (Bagian 2)

Membangun Sikap Netral,

Awal dan Perkembangan Injili Baru
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, garis pertempuran ditarik dengan jelas antara fundamentalisme dan modernisme. Kontroversi yang hebat meletus di dalam berbagai denominasi. Perjuangan itu berat dan kadang-kadang terasa pahit. Masa depan gereja, sekolah theologi, seminari, dan badan-badan misi dipertaruhkan. Orang-orang yang meyakini Alkitab mencurahkan hidup dan sumber-daya mereka ke dalam entitas-entitas tersebut dan tidak rela mereka jatuh ke tangan musuh-musuh kebenaran

Namun sementara pertempuran berlangsung, beberapa kalangan jatuh keletihan. Tidak semuanya senang menjadi 'fundamentalis yang bertempur,' dan kontroversi terasa terlalu panjang bagi beberapa pihak. Mereka berpikir, sudah saatnya untuk mengubah pendekatan. Dari pemikiran ini, lahirlah gerakan yang kita rujuk sebagai "Injili Baru" ("The New Evangelicalism").

Angin Baru Bertiup
Beberapa tahun yang lalu seorang fundamentalis terkemuka menyatakan dengan tepat bahwa Injili Baru lahir dengan sebuah 'mood' ('suasana hati'). Sulit untuk mendefinisikan 'mood', namun meskipun begitu ia sangat nyata dan kuat. Seseorang yang sedang dalam 'mood' yang jelek dapat mengakibatkan banyak masalah. Sebaliknya, orang yang sedang dalam 'mood' yang baik dapat meningkatkan semangat semua orang di sekelilingnya. Sayangnya, suasana hati yang berkembang di antara fundamentalis muda tertentu adalah yang tidak sabar dan tidak puas dengan konflik yang berkelanjutan dengan kaum liberal.

TRAGEDY of COMPROMISE (Bagian 1)

Serigala Berbulu Domba

Kontroversi Fundamentalis - Modernis
Tuhan sendiri yang memperingatkan, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas" (Mat. 7: 15). Hal yang sama juga Paulus peringatkan mengenai 'serigala-serigala yang ganas' yang akan muncul ditengah-tengah kawanan untuk menerkam domba yang tak berdaya (Kis. 20: 29). Inti dari kedua perikop itu adalah bahwa serigala bisa tampak seperti domba. Hal ini merupakan cara Setan yang penuh tipu-daya. Agen-agennya telah "menyelusup" (sebuah frase di dalam Yudas 4 yang mengindikasikan kelicikan dan perbuatan yang dilakukan secara diam-diam). Bukanlah sesuatu yang mengagetkan jika iblis mempunyai keinginan untuk menyusup ke dalam jemaat, yang merupakan tubuh Kristus. Dengan melakukan hal tersebut, kekuasaan tertinggi iblis bisa menghalangi perkembangan Injil yang luar biasa.

Racun Dari Eropa
Abad ketujuhbelas dan kedelapanbelas menyaksikan kebangkitan sistem baru pemikiran yang merusak Kekristenan yang alkitabiah. Periode sejarah umat manusia itu dikenal sebagai Masa Pencerahan. Namun, masa tersebut bukannya memberikan terang kepada umat manusia, tetapi sebaliknya malah menambah kegelapan dengan menolak wahyu illahi yang merupakan satu-satunya pencerahan yang sejati.

Deisme, naturalisme dan rasionalisme yang berkembang-biak di dalam pikiran para cendekiawan yang tidak lahir-baru di Inggris dan di benua Eropa, mulai menggerogot seperti kanker yang menyerang hal-hal yang sangat penting dalam iman Kristen. Dari sini lahirlah sistem pemikiran yang akhirnya memperkuat gerakan yang disebut modernisme, dimana suatu peperangan theologis yang hebat berkecamuk pada abad keduapuluh. Orang-orang seperti John Locke, Earl of Shaftesbury (Pangeran Shaftesbury), Voltaire, Jean Jacques Rousseau, Christian Wolff, dan Immanuel Kant meletakkan dasar yang amat menyesatkan, yang kemudian melanda jemaat yang beriman.

TRAGEDY of COMPROMISE (Pendahuluan)

Penerjemah Hasan Karman, MM (sekarang Walikota Singkawang)

Dikatakan bahwa politik adalah "seni kompromi yang tinggi." Mungkin ini benar dalam hal politik pragmatis, tetapi jelas tidak mungkin diterapkan di dalam theologi Kristen. Dahulu sejarah The National Association of Evangelicals (NAE/Persatuan Injili Nasional) menyandang semboyan, Kerjasama Tanpa Kompromi. Walau tidak banyak yang akan membantah ketepatan kata pertama yang digunakan untuk menggambarkan NAE, namun banyak pertanyaan serius akan muncul berkenaan dua kata yang terakhir.

Ada saat-saat kompromi merupakan hal yang bijak dan baik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari, ada saat-saat ketika individu-individu atau kelompok-kelompok harus keluar dari sikap yang lebih ekstrim ke sikap yang lebih moderat. Suami dan isteri kadang-kadang harus saling mengalah. Komisi-komisi yang berusaha memecahkan masalah dan menentukan tujuan harus menerima persyaratan bersama. Orang-orang yang beritikad baik harus belajar untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi demi mencapai pemecahan yang dapat diterima bersama. Kompromi seperti ini adalah benar dan baik dan memperluas hubungan yang lebih harmonis antara sesama manusia. Dengan kata lain, tidak semua kompromi itu jahat.

Di lain pihak, ada kebenaran-kebenaran, keyakinan dan sikap-sikap tertentu yang tidak bisa dikompromikan. Martin Luther, ketika ditekan oleh musuh-musuh politis dan gerejawinya dengan tegas menolak untuk mengubah tulisannya dan berkata kepada lawan-lawannya, "Disinilah aku berdiri; Aku tidak bisa berbuat lain." Athanasius, pembela keillahian Kristus yang sempurna dalam menghadapi kaum Arian yang menentangnya, diperingatkan oleh seorang rekannya, "Seluruh dunia menentang engkau." Athanasius menjawab, "Kalau begitu aku akan melawan seluruh dunia." Tidak ada kata kompromi baginya berkenaan dengan masalah yang demikian krusial itu.

SIAPAKAH KRISTEN FUNDAMENTALIS ITU?

Suhento Liauw,D.R.E., Th.D
Rektor GRAPHE INTERNATIONAL THEOLOGICAL SEMINARY (GITS)
Gembala Gereja Baptis Independen Alkitabiah (GBIA) GRAPHE


Kebanyakan orang Kristen di Indonesia tidak mengenal Kristen Fundamentalis. Yang dikenal adalah kaum Injili, Liberal, Pantekosta, dan Reform atau Protestan. Tahun 70-an di mata sebagian orang Kristen Indonesia, yang alkitabiah adalah yang Injili sedangkan yang Liberal itu salah tanpa pengertian.

Tahun 80-an setelah Stephen Tong mendirikan Gerakan Reformed, sebagian orang Indonesia yang kurang informasi berpikir yang berbau Reform itulah yang alkitabiah. Sesungguhnya siapakah Fundamentalis, Liberal, Injili, dll. itu? Apakah ada perbedaannya jika kita menjadi salah satu dari mereka? Ikutilah nasehat Yakobus, “tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit (tidak menegur), maka hal itu akan diberikan kepadanya (1:5).

Sejak zaman renaissance, setelah kekristenan pernah dikagetkan oleh kesesatan Gereja Roma Katolik (GRK) yang sangat parah, ada kehausan akan kebenaran yang alkitabiah. Pada saat itu muncul kelompok puritan, dan berbagai kelompok yang tendensi theologisnya adalah menuju ke kebenaran Alkitab yang murni. Semua yang dikatakan Alkitab diyakini sebagai kebenaran absolut. Inilah KRISTEN FUNDAMENTALIS itu.

Tetapi pada akhir abad ke-19, muncul kelompok yang tidak lagi percaya bahwa Alkitab adalah kebenaran absolut yang tidak ada salah. Fenomena yang terhebat adalah terbitnya Alkitab bahasa Yunani Critical Text oleh Brooke Foss Westcott (Bishop Gereja Anglican) dan John Anthony Hort pada tahun 1881, yang isinya penuh kesalahan tetapi diyakini sebagai yang lebih tepat. Menurut pengeditnya kesalahan memang pada sang penulis (Matius, Paulus dll.), bukan masalah mutu manuskrip yang mereka jadikan patokan. Sejak saat itu Liberalisme yaitu “sikap tidak mempercayai Alkitab sebagai kebenaran absolut yang tidak ada salah” melanda Eropa. Angin itu bertiup kencang dan yang pertama kali ditumbangkan adalah para theolog Jerman.

PENGAKUAN IMAN KRISTEN FUNDAMENTAL

1 Percaya bahwa YAHWEH Tritunggal adalah Pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya dalam enam hari literal (Kej.1 &2).
2 Percaya bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan YAHWEH, serta semua manusia mewarisi sifat dosa, dan menempati posisi orang berdosa (Rom.3:10,23).
3 Percaya bahwa hanya ada satu cara untuk membereskan dosa yaitu dengan penghukuman. Dosa tidak dapat dihapus dengan perbuatan baik, ritual ibadah dan berbagai kerajinan keagamaan (II Kor.4:23, Rom.6:23).
4 Percaya bahwa Yesus Kristus diutus untuk menanggung dosa semua manusia. Dosa manusia yang belum memiliki kesadaran diri (bayi), bahkan dosa Adam hingga dosa manusia terakhir telah ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib (Yoh.1:29, Ibr.2:9, I Yoh.2:2).
5 Percaya bahwa kepada manusia yang telah memiliki kesadaran diri dan melakukan dosa atas kesadaran diri diserukan untuk bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat untuk mendapatkan pengampunan dosa atau pengaplikasian anugerah keselamatan (Mat.4:17, Yoh.3:16, Ef.1:7, Kol.1:14).
6 Percaya bahwa tidak ada jalan keselamatan lain selain Injil Yesus Kristus karena siapapun yang berada di luar Kristus akan menanggung hukuman atas dosa dirinya. Tidak ada satu manusia pun bisa masuk Surga tanpa percaya kepada Yesus Kristus dari Adam hingga manusia terakhir (Yoh.14:6, Ibr.8:6, I Tim.2:5).
7 Percaya bahwa Injil yang murni adalah Injil yang tidak ditambahkan dengan percaya kepada Maria, upacara baptisan, kerajinan ibadah dan apa saja (Gal.1:8, 5:3-4). Dan tidak menekankan kesuksesan duniawi atau yang mengurangi aspek seruan bertobat (I Kor.15:19).
8 Percaya bahwa orang yang telah diselamatkan tidak akan kehilangan keselamatannya karena terjatuh ke dalam dosa. Tetapi yang bersangkutan harus tetap tinggal di dalam kasih karunia Yesus Kristus dan tidak menyangkal Tuhan (Rom.11:22, I Kor.15:2, II Kor.6:6, II Tim.2:12, Yak.5:19, I Yoh.2:24,27, II Yoh 9).
9 Percaya bahwa ada Surga bagi orang yang bertobat serta menerima Kristus sebagai Juruselamatnya, dan ada Neraka bagi orang yang menolak anugerah Tuhan.
10 Percaya bahwa Alkitab, Kejadian 1:1 sampai Wahyu 22:21, adalah satu-satunya firman Tuhan yang tidak ada salah. Di luar Alkitab tidak ada firman Tuhan baik tertulis maupun lisan. (Verbal Plenary Inspiration dan Verbal Plenary Preservation)

Rabu, 12 November 2008

PENGANIAYA ATAS NAMA YESUS

REFORMASI KEPALANG TANGGUNG
Pada 31 Oktober 1517, seorang rahib yang bernama Martin Luther memakukan 95 dalil yang bertentangan dengan kebijaksanaan Gereja Roma Katolik di gerbang gereja kota Wittenberg. Tentu Paus pada saat itu menjadi kalang kabut. Luther sampai pada kesimpulan bahwa Gereja Roma Katolik telah MENYIMPANG JAUH DARI KEBENARAN. Mereka mengajarkan jalan keselamatan yang melalui perbuatan manusia. Contoh yang paling konkrit pada saat itu ialah ’surat pengampunan dosa’ yang diperjualbelikan.

Sayang sekali Luther tidak melihat bahwa akar permasalahannya ialah baptisan keselamatan (baptism regeneration), yaitu paham tahyul tentang baptisan yang dimulai jauh-jauh sebelumnya yang mengajarkan bahwa baptisan dapat melindungi seseorang dari gangguan iblis, dari sakit-penyakit, dan memastikan keselamatan.

Luther menyerukan agar kembali kepada iman. Nats Alkitabnya yang paling terkenal ialah Roma 1:17, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’.”

Kaum Anabaptis yang sedang bersembunyi merasa sangat senang pada perjuangan Martin Luther. Mereka menyangka bahwa mereka mendapat teman baru di dalam peperangan iman. Banyak di antara mereka segera menggabungkan diri dengan Luther. Demikian juga para Anabaptis yang di Swiss. Mereka sangat bersukacita atas perjuangan Calvin dan Zwingli dan keluar dari persembunyian untuk menggabungkan diri dengan mereka.