Jumat, 27 Februari 2009

BAHAYA CALVINISME–TULIP: Perseverance of the Saints

Perseverance of the Saints

Poin terakhir Calvinisme ini adalah kesimpulan akhir dari seluruh rangkaian nalar John Calvin yang dipungutnya dari Agustinus. Sebagaimana poin satu hingga empat tidak memiliki dasar Alkitab, maka sudah jelas kesimpulan akhirnya juga tidak alkitabiah. Dasar dari Perseverance of the Saints Calvinisme bukanlah pada ayat-ayat Alkitab tetapi pada jalur nalar mereka yang jika Allah memilih seseorang, menebusnya dengan kematian Yesus Kristus, dan telah menerapkan kepadanya anugerah yang tidak bisa ditolak, maka apapun yang terjadi pada orang tersebut, ia tidak akan binasa lagi. Ia pasti akan masuk Sorga! Itulah jalan nalar Calvinisme yang menjadi dasar konsep Perseverance of the Saints Calvinisme.

Mereka selalu berargumentasi bahwa jika Allah yang memegang orang tersebut, dan jika Allah yang memelihara iman orang tersebut, maka jika ia sampai tidak masuk Sorga maka itu berarti Allah telah gagal. Argumentasi ini sama dengan, jika penebusan Yesus Kristus mencakup seluruh dunia, atau semua manusia, lantas kenyataannya tidak semua orang masuk Sorga, maka penebusan Kristus terhadap mereka yang masuk Neraka telah gagal.

Kedua jalan nalar ini didasarkan pada konsep manusia tidak memiliki kehendak bebas untuk menolak anugerah Allah. Bahwa manusia lebih rendah dari anjing, karena najing saja bisa memilih mau datang kepada tuannya atau tidak ketika dipanggil namanya’. Calvinis percaya bahwa manusia yang belum menjadi Kristen tidak memiliki kebebasan untuk menolak anugerah Allah, dan sesudah menjadi Kristen, atau “diselamatkan” ia lebih tidak memiliki kehendak bebas lagi. Ia bagaikan boneka keramik yang jika pecah maka pemiliknyalah yang harus disalahkan. Sehingga keselamatan akhir dari seorang Calvinis sepenuhnya tergantung pada cengkeraman Allah atas dirinya. Kalau kelak ternyata ia gagal masuk Sorga, sepenuhnya bukanlah kesalahannya, melainkan kegagalan Allah. Sekali lagi dasar konsep Perseverance of the Saints Calvinisme adalah manusia tiadk memiliki kehendak bebas, tidak bisa berpikir, atau sekedar boneka.

Sebaliknya Alkitab mengajarkan bahwa manusia setelah jatuh ke dalam dosa sama sekali tidak kehilangan kesadaran diri seperti manusia jatuh dari gedung lantai sepuluh yang pingsan total, melainkan dalam Kejadian 3:22, dikatakan menjadi tahu akan yang baik dan yang jahat, bahkan ada pernyataan dari Allah sendiri bahwa manusia telah menjadi salah satu Allah.

Allah adalah pribadi yang tahu tentang yang baik dan yang jahat, namun Ia memiliki keseimbangan dan memiliki standar kebaikan serta memiliki kuasa untuk mengendalikan diriNya. Seluruh sifat Allah memiliki keseimbangan. Sebaliknya manusia menjadi tahu akan yang baik dan yang jahat dengan tanpa memiliki keseimbangan, tanpa memiliki pengendalian diri, dan dirinya sendiri tidak bisa menjadi standar kebenaran, sehingga ketika ia menjadi allah bagi dirinya sendiri ia akan berakhir dalam kebinasaan oleh pengetahuannya tentang yang jahat. Inilah alasan Allah tidak mau manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat itu. Sama sekali bukan karena Allah egois melainkan Allah tahu jika manusia memiliki pengetahuan yang jahat dengan tanpa kemampuan pengendalian diri dan keseimbangan antara sifat kemanusiaannya, maka hasil akhirnya akan negatif.

Namun Allah telah menciptakannya dengan kemampuan berpikir dan kemampuan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, dan tentu kita lebih senang dengan keadaan kemanusiaan kita daripada diciptakan seperti robot sekalipun ada resiko. Karena memiliki kemampuan dan kebebasan memilih maka Hawa telah memilih untuk dirinya, demikian juga Adam. Tetapi Adam dan Hawa akan kita jumpai di Sorga karena mereka percaya kepada janji Allah untuk mengutus Juruselamat. Buktinya ketika Hawa melahirkan Kain, ia menyangka telah melahirkan Sang Juruselamat.

Kej 4:1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki DENGAN PERTOLONGAN TUHAN.”

Kata “dengan pertolongan” yang saya sengaja cetak huruf besar tebal itu tidak ada dalam bahasa aslinya. Sesungguhnya …. Lebih tepat diterjemahkan “seorang laki-laki yang adalah YAHWEH.” Kata adalah direct object mark (tanda obyek langsung), seperti ‘saya makan pisang’ sebelum kata pisang harus ada kata ..(et). Jadi kelihatannya Hawa yang telah jatuh ke dalam dosa sangat percaya janji Allah untuk mengirim Juruselamat, dan ia tahu bahwa Sang Juruselamat itu adalah Allah sendiri yang akan menjadi manusia, sehingga ketika ia melahirkan Kain, ia menyangka bahwa itu adalah Sang Juruselamat.

Allah tahu keadaan Adam dan Hawa bahkan semua manusia. Allah tahu bahwa mereka akan berbuat ini dan itu. Tetapi Allah tidak menetapkan mereka melakukan hal-hal yang jahat sebagaimana diyakini oleh para calvinis. Para Calvinis selalu mengaitkan antara kemahatahuan Allah dengan predestinasi Allah, bahkan mereka berkata bahwa Allah tahu karena Allah menetapkan (mempredestinasikan). Ini kesimpulan bahwa Allah telah menetapkan seorang wanita diperkosa maka Allah tahu akan kejadian itu. Orang berdosa yang menentang Allah memperkosa perempuan berdosa yang juga menentang Allah adalah siklus perbuatan orang berdosa. Dan Allah telah memutuskan untuk mengadili manusia bukan hanya pada perbuatan mereka bahkan sampai kepada pikiran mereka.

Sesungguhnya tidak ada seorang Calvinis pun yang dapat memastikan dirinya akan masuk Sorga karena tidak ada seorang calvinis pun yang tahu pasti bahwa dirinya termasuk dalam orang-orang pilihan. Mereka hanya yakin begitu saja bahwa mereka adalah orang-orang pilihan. Dengan kata lain jika orang-orang tidak akan percaya, itu adalah karena Allah tidak memberikan iman kepada mereka, karena mereka bukan orang-orang yang dipilih Allah. Dan dalam kenyataan jika mereka menemukan orang-orang yang tadinya beriman, terus kemudian tidak beriman lagi, biasanya mereka meyimpulkan bahwa orang tersebut dari awalnya memang tidak dikasih iman oleh Allah. Jadi, siapapun di kalangan calvinis, bahkan yang paling giat sekalipun kalau suatu hari dia mundur dari iman, mereka akan simpulkan bahwa memang dari sejak awal orang itu sebenarnya tidak diberi iman karena ia bukan orang pilihan.

Karena iman itu adalah pemberian Allah maka adalah tanggung jawab Allah untuk memberikan iman yang kuat, dan kalau ternyata iman seseorang tidak kuat, tentu itu adalah karena Allah telah memberikan iman yang mutunya rendah. Jadi bisa disimpulkan bahwa jika di gereja Reform atau Presbyterian ada anggota-anggota jemaat dengan kondisi keteguhan iman yang bervariasi, itu karena Allah memberikan jenis keteguhan iman yang bervariasi. Pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa Gembala Jemaat tidak perlu mengadakan berbagai usaha pemupukan iman karena menurut mereka iman seseorang sepenuhnya adalah tanggung jawab Allah. Karena Allah yang bertanggung jawab, maka mereka simpulkan bahwa iman seorang yang telah diplih Allah tidak mungkin bisa gagal, bahkan tidak mungkin bisa mundur, karena kalau mereka sampai mundur maka ia bukan orang pilihan, atau Allah gagal menjaga iman orang itu. Tentu mereka akan memilih yang pertama daripada menuduh Allah gagal.

Itu adalah jalan nalar Calvinisme, sekalipun kadang mereka menyangkalnya. Mereka membuat pernyataan, dan kemudian dari pernyataan mereka kita menarik kesimpulan yang logis, sehingga mereka terpojok, dan kemudian mereka menyangkal kesimpulan itu. Tetapi sesungguhnya apa kata Alkitab? Alkitab berkata bahwa iamn timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus (Rm 10:17). Bahkan sebelumnya, yaitu pada ayat 9 hingga 15, Paulus berargumentasi,

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Jelas sekali bahwa iman timbul dari mendengarkan pemberitaan Injil. Kalimat “Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia” adalah sebuah statemen bahwa manusia tidak bisa percaya kepada sesuatu yang tidak pernah didengarnya.

Kalau iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus, dan iman itu kemudian perlu dipelihara (II Tim 4:7), dan iman itu harus bertumbuh (Ef 4:11-15) maka valid sekali untuk menyimpulkan bahwa ada aspek tanggung jawab manusia untuk tetap beriman setelah yang bersangkutan diselamatkan. Orang yang telah diselamatkan harus bertekun di dalam iman (Kis 14:22, Kol 1:23, I Tim 2:15). Tidak dibenarkan bagi orang yang telah diselamatkan untuk melepas tanggung jawab tetap setia sampai mati (Why 2;10). Bahkan Ibr 3:14 mengatakan bahwa yang bersangkutan harus memegang teguh Injil.

Ibr 3:14 Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula

Apakah berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita bisa dikategorikan upaya manusia untuk keselamatannya? Tentu saja tidak! Karena yang dimaksudkan bukan kita memegang buku atau kitab Injil yang terbuat dari kertas. Maksud ‘berpegang’ itu tentu bukan dengan tangan, melainkan dengan hati dan pikiran yang arti keseluruhannya ialah tetap percaya. Hal yang hamper sama diungkapkan dalam I Kor 15:2,

Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu — kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya

Nasehat ini jelas kepada orang yang telah diselamatkan, bahwa mereka sekalipun telah diselamatkan mereka perlu berpegang teguh pada Injil. Sekali lagi bukan memegang dengan jasmani melainkan tidak berubah keyakinan. Bahkan ada kalangan Baptis yang one-point Calvinist salah mengerti sehingga mereka menuduh pihak yang menekankan tanggung jawab manusia sebagai menekankan keselamatan oleh usaha manusia. Tetap pada keyakinan semula itu bukan usaha, melainkan sikap. Namun toh apapun juga, itulah yang diperintahkan firman Tuhan.

Benarlah perkataan ini: “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya. (II Tim 2:11-13)

Perhatikan bunyi ayat terkutip di atas, “jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita.” Bisakah orang yang telah diselamatkan menyangkal Tuhan? Apakah orang yang telah diselamatkan kehilangan kesadaran diri dan kebebasan untuk memilih? Apakah orang yang telah diselamatkan berubah menjadi robot? Lalu ada yang menjawab, bukankah “jika kita tidak setia, Dia tetap setia?” Betul sekali! Tetapi tidak dikatakan bahwa ia setia kepada orang yang tidak setia, melainkan Ia tetap Allah yang setia. Sekalipun Lucifer tidak setia, Ia tetap Allah yang setia. Mengapa? Karena Ia tidak dapat menyangkal dirinya. Menyangkal adalah sikap, sedangkan setia adalah sifat. Sifat Allah tidak pernah berubah sekalipun langit dan bumi berubah. Ia adalah Allah yang setia. Ia setia kepada firmanNya, setia kepada janjiNya. Ia tidak pernah berjanji untuk tetap menyelamatkan orang yang menyangkaliNya. Ia hanya berjanji akan menyelamatkan orang yang setia kepadaNya. Untuk itu saya aman jika saya memegang teguh janjiNya. Saya memegang teguh InjilNya. Saya pasti masuk Sorga, bukan karena keyakinan yang belum pasti bahwa saya dipilih melainkan karena saya memegang teguh InjilNya, dan janji setiaNya.


BAHAYA CALVINISME–TULIP: Irresistible Grace (Anugerah Yang Tidak Bisa Ditolak)

Irresistible Grace (Anugerah Yang Tidak Bisa Ditolak)

Sama seperti Limited Atonement, Irresistible Grace adalah poin nalar lanjutan dari serangkaian nalar Calvin. Karena nalar mereka menyimpulkan bahwa Kristus hanya memilih sebagian orang sehingga Ia tidak mungkin menebus semua orang, maka penebusan Kristus sewajarnya bersifat terbatas dari situ terciptalah konsep Limited Atonement. Nalar lanjutannya, jika Kristus hanya memilihi sebagian kecil orang untuk masuk Sorga, dan hanya menebus mereka saja, maka orang yang terpilih serta yang tertebus tidak mungkin dapat menolak anugerah itu. Inilah dasar dari konsep Irresistible Grace.

Bisakah disimpulkan bahwa sesungguhnya ada orang yang pada dasarnya tidak ada keinginan masuk Sorga namun apa boleh buat karena telah terpilih maka tidak dapat menolak sehingga terpaksa masuk Sorga? Sebaliknya ada orang yang sangat ingin masuk Sorga namun saying sekali ia tidak terpilih dan akhirnya masuk neraka? Sebagian Calvinis mengiyakan dan sebagian membantah.

Pertanyaan setiap pembaca tentu adalah, apakah konsep Irresistible Grace adalah konsep Alkitab, atau itu adalah konsep ciptaan John Calvin sendiri yang kemudian dibela secara gigih oleh para pengikutnya? Mari kita lihat kata Alkitab.

“Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15)

Jika manusia tidak bisa menolak anugerah Allah, maka usaha Yosua untuk orang Yahudi adalah suatu perbuatan yang tak perlu. Yosua menegaskan bahwa ia dan seisi rumahnya akan memilih beribadah kepada Tuhan (YAHWEH). Ia memberi kebebasan kepada rakyat Israel untuk memilih beribadah kepada Allah Abraham saat di Mesopotamia, atau allah orang-orang Kanaan. Ia dengan mantap mengatakan bahwa ia memilih beribadah kepada Tuhan.

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. (Matius 19:16-22)

Banyak Calvinis menghadapi masalah dengan perikop Alkitab ini. Yang gegabah biasanya langsung menjawab bahwa orang muda ini memang bukan orang pilihan Tuhan. Tetapi pertanyaannya ialah, mengapa mengajaknya untuk mengikutiNya? Ini adalah salah satu contoh yang sangat nyata bahwa Irresistible Grace bukanlah konsep Alkitab melainkan konsep Calvin yang merupakan terusan dari seluruh rangkaian filsafatnya yang terdiri dari lima poin.

Mat 23:37 “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.


Luk 10:16 Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.

Yoh 16:1 “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.

Kis 3:14 Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu

I Tes 4:8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu

Ibr 12:25 Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?


Ini hanyalah sebagian ayat dari begitu banyak ayat dan contoh peristiwa dimana manusia bias menolak anugerah Allah. Padahal di kalangan Calvinis terdapat banyak orang yang terpelajar dan pintar. Namun mereka memilih mengikuti nalar John Calvin bahwa anugerah Allah tidak bisa ditolak daripada percaya kepada ayat-ayat Alkitab. Mereka terpaku pada sifat kedaulatan Allah tanpa mau mengerti bahwa Allah telah menciptakan malaikat dan manusia yang diberi kemampuan berpikir dan kehendak bebas. Allah adalah pribadi yang konsekuen, sehingga sekali Ia telah memberikan kebebasan berpikir Ia menghargai kebebasan itu. Dan tentu Allah berdaulat untuk menghancurkan manusai seperti yang telah dilakukannya pada zaman Nuh. Ia juga telah menghalangi keledai Bileam untuk mencapai tempat Balak. Namun Allah tahu bahwa hati Bileam tetapi ingin pergi agar bias mendapatkan uang. Akhirnya Allah mengizinkannya tiba pada Balak. Bileam dibayar untuk mengutuk Israel, dan Allah berdaulat untuk membelokkan lidahnya sehingga yang terucapkan justru berkat.

Sejak Allah menciptakan malaikat dan manusia dengan hati yang bebas untuk mengambil keputusan, mereka betul-betul bebas. Jika Allah tidak menghendaki keputusan hati mereka yang bebas, Allah cukup berdaulat untuk melenyapkan mereka dari muka bumi, atau merubah mereka menjadi binatang seperti yang dilakukannya terhadap Nebukadnezar. Tetapi selagi obyek tersebut adalah manusia yang normal, sebagai kelengkapannya adalah pikirannya yang mampu mengambil keputusan dan hatinya yang bebas. Jika kelengkapan ini tidak dimiliki lagi maka obyek tersebut bukan manusia lagi. Allah tentu tahu konsekuensi ini sejak sebelum Ia menciptakan alam semesta. Ia memutuskan untuk menciptakan malaikat dan manusia karena Allah ingin disembah oleh makhluk yang berpikiran cerdas dan berhati nurani yang bebas. Ia bisa menolak bahkan menetang Allah dan juga bisa menerima bahkan menyembah Allah. Disitulah nikmat Sang Pencipta, yang telah menciptakan malaikat dan manusia ketika manusia dengan kehendak bebasnya memilih menyembahNya.


BAHAYA CALVINISME–TULIP: Limited Atonement (Penebusan Yang Terbatas)

Ini adalah point yang paling bertentangan dengan Alkitab sehingga pendiri Dallas Theological Seminary, Lewis Sperry Chafer memungut empat poin yang lain namun menolak yang satu ini, karena sama sekali tidak ada ayat yang mendukung konsep ini. Penebusan Terbatas hanya merupakan nalar lanjutan dari Total Depravity dan Unconditional Election. Keran kedua konsep di atas telah kita buktikan bertentangan dengan Alkitab, maka nalar lanjutannya tentu juga salah. Poin satu ini sesungguhnya adalah poin yang dipaksakan sehubungan telah terlebih dulu ada poin Total Depravity dan Unconditional Election. Logika Calvin dan Calvinis adalah jika Allah memilih sejumlah orang masuk Sorga, maka tidak mungkin Allah menebus semua orang karena faktanya tidak semua orang masuk Sorga. Mereka selalu berargumentasi bahwa kalau Allah menebus semua manusia namun hanya sebagian yang masuk Sorga maka porsi tebusan khusus bagi mereka yang masuk Neraka itu jadi mubazir. Mereka membayangkan penebusan itu seperti seorang menebus lima anaknya yang terculik dengan sejumlah uang namun yang selamat ternyata hanya dua anak, maka porsi uang jatah tiga anak jadi sia-sia. Ini kira-kira jalan nalar mereka yang amat salah.

Padahal penebusan Kristus itu adalah sekali untuk semua dan selamanya.

I Pet 3:18 “Sebab juga Kristus telah mati SEKALI untuk SEGALA dosa kita”

Ibr 9:28 demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang.

“…yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia” (I Tim 2:5-6)

Rm 6:10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.

Penebusan kristus atas manusia yang berdosa sama sekali bukan seperti seseorang membayar UANG atas sesuatu, dan juga bukan seperti menukar orang berdosa dengan darahNya secara tetes-pertetes. Konsep yang benar adalah Kristus MENGGANTIKAN orang berdosa disalibkan. Dosa seisi dunia atau semua manusia, dari Adam hingga manusia yang lahir terakhir, ditaruh di atas diri Yesus dan ia dijatuhkan hukuman terberat. Jadi, bukan seperti yang dibayangkan oleh Calvinis bahwa orang berdosa ditukar dengan darah Kristus sehingga kalau penebusan itu mencakup semua manusia namun ternyata tidak semuanya selamat maka darah Kristus YANG DIKHUSUSKAN UNTUK mereka yang ternyata tidak masuk Sorga menjadi sia-sia.

Konsep Penebusan Terbatas tidak memiliki dasar Alkitab melainkan hanya kesimpulan dari nalar logis yang didasarkan pada dua poin terdahulu. Ia sangat bertentangan dengan Injil Yohanes 1:29, I Tim 2:5-6, Ibr 2:9 dan I Yoh 2:2 dan tentu masih banyak lagi. Akibat ngotot mempertahankan konsep Limited Atonement, para Calvinis bahkan menyangkali arti kata secara generic. Mereka berargumentasi bahwa kata “semua” dalam ayat-ayat tersebut tidak berarti SEMUA melainkan sebagian, yaitu orang-orang pilihan saja.

Kalau kata “semua” tidak berarti semua melainkan sebagian, dan kalau anjing itu tidak berarti binatang yang bisa menggonggong melainkan bisa ditafsirkan sebagai yang mengembek, kalau kucing itu tidak berarti yang berbunyi meong melainkan bisa ditafsirkan yang lain, dan kalau pergi boleh juga diartikan pulang, dan kalau dingin bis juga diartikan panas, maka kita bukan hanya tidak bisa memahami isis Alkitab, bahkan tidak bisa berkomunikasi lagi. Bayangkan, kalau teman kita berkata bahwa ia mau pulang, dan kita mengartikan bahwa dia minta minum, apakah manusia seluruh dunia tidak menjadi manusia sinting? Itulah sebabnya Lewis Sperry Chafer tidak bisa menerima poin yang satu ini, dan secara salah telah menerima empat poin yang lain.

Dua syarat utama untuk menafsirkan Alkitab secara benar dan tepat tidak diikuti oleh Calvin dan para Calvinis, yaitu ayat-ayat Alkitab tidak boleh saling bertentangan, dan semua kata harus ditafsirkan secara literal kecuali telah bertentangan dengan akal sehat. Jika sebuah kata masih bisa ditafsirkan secara literal, dan tidak bertentangan dengan akal sehat, maka TIDAK BOLEH ditafsirkan secara alegorikal. Pertimbangan untuk menafsirkan secara alegorikal adalah jika kata-kata atau kalimatnya bertentangan dengan akal sehat serta kepatutan secara umum, misalnya kata Tuhan, “biarkanlah orang mati menguburkan orang mati mereka” jelas orang mati pertama adalah mati secara rohani bukan jasmani.

Alkitab telah dengan jelas menyatakan bahwa kematian Kristus adalah menggantikan semua manusia menerima penghukuman. Ia sekali terhukum untuk menggantikan semua manusia, dari Adam hingga manusia yang lahir terakhir, bukan menggantikan satu persatu. Semua manusia menjadi orang berdosa karena hubungannya dengan Adam melalui kelahiran jasmani.

Rm 5:15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

Jadi, karena Kristus karunia Allah dilimpahkan kepada semua orang. Itulah sebabnya teologi yang benar atau doktrin yang alkitabiah haus menyimpulkan bahwa biar bayi penjahat sekalipun, jika ia mati saat masih bayi maka ia pasti masuk Sorga. Karena dosa yang dibawa masuk oleh Adam dan Hawa ke dalam dunia telah terselesaikan oleh Yesus Kristus.

Tetapi terhadap manusia yang berbuat dosa secara sadar, artinya bukan berposisi orang berdosa yang diwariskannya dari Adam, ia harus bertobat dan percaya agar ia dihitungkan sebagai orang yang telah digantikan oleh Kristus terhukum di kayu salib. Tentu ini adalah bagi mereka yang telah akil-balik, artinya yang telah melakukan dos atas kesadaran dirinya. Ia telah menjadi orang berdosa bukan karena keturunan Adam dan Hawa melainkan karena keputusannya sendiri. Ia harus bertobat, artinya mengaku diri orang berdosa dan menyesali dosanya, seseorang tidak layak menerima kasih karunia Allah. Orang yang tidak mengaku diri berdosa dan menyesali dosa adalah orang yang masih senang berbuat dosa dan menikmati posisi sebagai orang berdosa.

Bersamaan waktu dengan pertobatannya, orang tersebut harus mengaminkan penghukuman Kristus bagi dirinya. Ia harus setuju atas tindakan Kristus dalam menggantikannya dihukumkan atas semua dosanya. Ia harus memandang penyaliban Kristus sebagai peristiwa penghukuman atas dirinya, dan hidup yang sedang dijalaninya adalah hidup Yesus Kristus. Inilah yang melatarbelakangi statement Rasul Paulus bahwa hidupnya bukanlah dirinya lagi melainkan Kristus (Gal 2:19-20). Calvinis tidak akan dapat memahami mengapa hidup Rasul Paulus bisa menjadi hidup Kristus karena tidak dapat melihat konsep substitusi dalam penyaliban Kristus dan pengaminan oleh setiap orang yang bertobat dan percaya. Konsep Limited Atonement mereka telah memaksa mereka percaya bahwa Kristus hanya menebus sebagian orang saja, dan mereka tidak tahu siapa yang ditebus dan yang tidak. Tentu semua Calvinis berharap bahwa ia adalah orang yang dipilih secara unconditional dan ditebus secara terbatas (Limited Atonement).


BAHAYA CALVINISME–TULIP: Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Kondisi)

Seturut dengan rasionalisasi yang telah dikemukakan di depan, bahwa jika seseorang percaya kejatuhan manusia yang total telah menyebabkan jiwa manusia seperti mayat yang tidak bisa memberi respon terhadap Injil maka kemungkinan sebagian manusia masuk Sorga hanya karena pilihan Allah. Dan jika kebobrokan manusia itu bersifat menyeluruh, artinya tidak ada satu manusia pun yang tidak berdosa, maka seharusnya jika Allah mampu dan penuh kasih, Ia akan memilih semua orang untuk masuk Sorga atau semua orang masuk Neraka.

Namun Calvin mungkin melihat hanya sebagaian saja yang mau mengikutinya, maka ia menyuguhkan rasionalisasi bahwa Allah hanya memilih sebagian saja untuk masuk Sorga dan sebagiannya dibiarkannya (sebenarnya dipilih) untuk masuk Neraka. Ada Calvinis yang mengatakan bahwa Allah secara aktif memilih sebagian orang untuk masuk Sorga tetapi secara PASIF membiarkan sebagiannya masuk Neraka. Jadi, tim penyelamat secara aktif berusaha menyelamatkan sejumlah orang dalam kapal yang sedang tenggelam, dan secara PASIF membiarkan sejumlah lainnya binasa, padahal menurut Calvin tim tersebut sanggup menyelamatkan semuanya. Bukankah tim penyelamat itu akan dikatakan bejat, bahkan sangat mungkin akan dituntut di pengadilan.

Apakah Unconditional Election itu menurut Calvinis? Banyak pengikut Calvin merubah pandangan Calvin sambil menciptakan kambing hitam. Kalau mereka telah terpojok, maka mereka berkata bahwa itu adalah pandangan hyphercalvinist dan lain sebagainya. Tentu jawaban yang tepat tentang predestinasi dan Unconditional Election adalah dari Calvin sendiri.

Compacted with himself what he willed to become of each man. For all are not created in equal condition; rather, eternal life is foreordained for some, eternal damnation for others. Therefore, as any man has been created to one or the other of these ends, we speak of him as predestinated to life or death. (John Calvin, Institutes of the Christian religion. Ed. By John T. Mcneil. Trans. By Ford Lewis Battles (Philadelpia:The Westminster Press, 1960), p.926 (III.xxi.5)).

(Terjemahan bebasnya) Kami menyebutnya predestinasi atas dekrit kekal Allah, dimana Ia secara kompak dengan diriNya apa yang diinginiNya atas tiap-tiap manusia. Semuanya tidak tercipta dalam kondisi yang sama; karena hidup kekal telah ditetapkan untuk sejumlah orang, penghukuman kekal untuk yang lain. Oleh sebab itu seseorang telah diciptakan untuk berakhir pada salah satunya, yang kami katakana bahwa ia telah dipredestinasikan (ditetapkan) untuk hidup atau binasa.

Jadi menurut Calvin oleh satu dekrit Allah dalam kekekalan, segala sesuatu telah ditetapkan atau dipredestinasikan untuk hidup kekal atau binasa kekal secara tanpa kondisi (unconditional). Artinya nasib setiap orang telah ditentukan oleh Allah sejak kekal untuk membunuh, atau dibunuh, jauh sebelum orang tersebut lahir. Unconditional itu artinya tanpa kondisi atau penyebab dari pihak manusia, melainkan karena Allah suka dan ingin menyelamatkan sebagian dan Ia suka membinasakan yang lain. Berikut dalam buku yang sama pada halaman 931 ia berkata,

As scripture, then, clearly shows, we say that God once established by his eternal and unchangeable plan those whom he long before determined once for all to receive into salvation, and those whom, on the other hand, he would devote to destruction. We assert that, with respect to the elect, this plan was founded upn his freely given mercy, without regard to human worth, but by his just and irreprehensible but incomprehensible judgment he has barred the door of life to those whom he has given over to damnation. (ibid, p. 931)

(Terjemahan bebasnya) Sebagaimana Alkitab, kemudian, secara jelas menunjukkan, kami katakana bahwa Allah sekali telah menetapkan oleh rencanaNya yang kekal dan tak berubah atas mereka yang jauh sebelumnya telah ditetapkan sekali untuk semuanya untuk diterima ke dalam keselamatan, dan mereka di sisi yang lain, Ia tentukan untuk kebinasaan. Kami nyatakan itu, dengan hormat kepada yang terpilih, rencana ini didasarkan atas pemberian anugerahNya yang bebas, tanpa mempertimbangkan kelayakan kemanusiaan, melainkan hanya oleh keputusanNya yang tidak bisa ditolak dan tidak bisa dipahami telah menutup pintu kehidupan untuk mereka yang telah diserahkanNya kepada penghukuman.

Jadi, menurut Calvin dalam satu dekrit, yang dilakukan dalam kekekalan, Allah telah menetapkan, sejumlah orang untuk hidup kekal dan sejumlah orang untuk kebinasaan, TANPA mempertimbangkan apapun dari pihak manusia. Tidak heran kalau Dave Hunt menulis sebuah buku yang berjudul What Love Is This? Dan menyimpulkan bahwa Allah yang dipercayai oleh kaum Calvinis itu adalah Allah yang kejam, bahkan monster. Bayangkan Ia telah menetapkan sejumlah orang untuk hidup kekal dan sejumlah orang untuk kebinasaan kekal, TANPA kondisi, atau tanpa mempertimbangkan faktor sikap hati maupun perbuatan manusia.

Apakah benar Alkitab mengajarkan demikian? Tidak mungkin! Bahkan dalam II Pet 3:9 Allah katakan bahwa Ia menghendaki agar semua orang bisa berbalik dan diselamatkan. Jelas sekali Allah Calvin berbeda dengan Allah yang mengilhamkan surat Petrus. Bahkan masih ada pernyataan Calvin yang disebut decretum horribile (dekrit kengerian),

Again, I ask: whence does it happen that Adam’s fall irremediably involved so many peoples, together woth their infants offspring, in eternal death unless because it so pleased become mute. The decree is dreadful indeed, I confess. Yet no one can deny that God foreknew what end man was to have before he created him, and consequently forknew because he ordained by his decree. (ibid, p. 955)

(Terjemahan bebasnya) Lagi, saya bertanya: darimana itu terjadi bahwa kejatuahn Adam yang tak dapat diperbaiki melibatkan begitu banyak orang, bersama bayi keturunan mereka dalam binasa kekal kecuali karena itu sangat disenangi Allah? Di sini lidah mereka yang suka berbicara harus tak berbunyi. Dekrit itu memang mengerikan, saya mengakuinya. Namun tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa Allah tahu dulu akhir seseorang sebelum Ia menciptakannya, dan secara konsekuen tahu dulu karena Ia yang menetapkannya dengan dekritNya.

Menurut Calvin, Allah demi keagungan, kesenangan, dan kemuliaanNya telah menetapkan sebagian keturunan Adam dengan bayi (infants) mereka untuk binasa. Sungguh, ini sebuah dekrit yang mengerikan. Allah bahkan lebih kejam dari Hitler, Mussolini, bahkan Dracula, karena menetapkan orang menuju kebinasaan sebelum ia dilahirkan tanpa pertimbangan atas sikap hati maupun perbuatan mereka.

Calvin tidak mengerti bahwa semua yang mati selagi masih bayi secara otomatis akan masuk Sorga karena Kristus telah dihukumkan untuk dosa dunia. Sedangkan yang bertumbuh menjadi dewasa harus mendengar berita Injil dan memberi respon terhadap tawaran kasih Allah supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).

Namun Calvin dan semua pengikutnya (Reform dan Presbyterian) mengajarkan seturut dengan Agustinus, Bapak Gereja Roma Katolik yang menyesatkan gereja, bahwa bayi harus dibaptis ke dalam gereja dan kalau tidak akan masuk ke limbus infantum (Vance, pp 54-55). Itulah sebabnya baik Reform maupun Presbyterian begitu giat membaptis bayi-bayi anggota jemaat mereka.

Kesalahan Calvin yang terbesar adalah tidak mempertimbangkan aspek manusia dan malaikat yang diciptakan Allah sebagai makhluk moral dan diberi kebebasan berpikir serta memutuskan. Oleh sebab itu Allah tidak menentukan segala sesuatu, bahkan hingga apa yang akan dimakan bahkan tiap-tiap kata manusia. Karena Calvinis percaya bahwa segala sesuatu telah Allah tetapkan, maka sulit untuk menghindar bahwa Allah sendirilah yang telah menetapkan dosa, Allah sendirilah yang telah menetapkan segala kejahatan yang terjadi di muka bumi ini. Dan kaum Muslim menyebut ini sebagai takdir. Calvinis mengakui bahwa mereka percaya Allah dalam satu dekritnya dalam kekekalan telah mendekritkan segala sesuatu, termasuk kejatuhan Adam, sebagaimana dinyatakan Calvin di atas. Tidak salah bukan kalau Laurence M. Vance menyatakan bahwa Calvinisme adalah tulah yang terdahsyat pada gereja?


BAHAYA CALVINISME–TULIP: Total Depravity (Kehancuran Total)

Setiap orang Kristen yang percaya dan setia kepada Alkitab mengaminkan bahwa manusia telah rusak bahkan hancur total secara rohani, secara moral, secara kejiwaan bahkan jasmaninya pun semakin hancur sehingga manusia semakin pendek umur. Tetapi kesalahan Calvinis yang terbesar ialah menafsirkan lebih lanjut bahwa Total Depravity itu sama dengan Total Inability. Padahal ini adalah dua hal yang berbeda sama sekali. Manusia telah berdosa sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mencari Allah, serta tidak memiliki kemampuan untuk menghampiri Allah. Namun sama sekali tidak langsung berarti bahwa kematian rohani manusia itu sama seperti kematian jasmani dimana digotong untuk dikubur dan diapakan pun tidak bisa bereaksi lagi. Karena di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang menunjukkan bahwa manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa masih bisa melakukan hal-hal yang positif maupun negative, bahkan masih bisa merespon terhadap Injil.

Calvinis tidak memiliki ayat yang secara teknis membuktikan kesimpulan mereka. Mereka hanya memelintir ayat-ayat Alkitab, contohnya;

Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yoh 3:3).

Betul sekali bahwa untuk melihat kerajaan Allah seseorang harus dilahirkan kembali terlebih dahulu. Cara seseorang dilahirkan kembali ialah melalui bertobat dan percaya.

Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. (Yoh 8:43).

Dalam bahasa asli maupun bahasa Inggris kata menangkap di situ adalah mendengar sehingga sering kali dipakai oleh Calvinis untuk mendukung kesimpulan total depravity mereka bahwa manusia tidak bisa mendengar. Padahal kita sering juga berkata kepada anak yang bandel, “kamu tidak mendengar omongan orang tua.” Tuhan Yesus tidak memaksudkan bahwa kondisi kerohanian mereka seperti mayat yang tidak bisa mendengar dan memberi tanggapan. Kalau itu yang dimaksud maka pribadi yang mengajak manusia berbicara serta berpikir adalah orang bodoh yang berbicara kepada mayat.

yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu (Yoh 14:17).

Para Calvinis berargumentasi bahwa “dunia tidak dapat menerima Dia” menunjukkan total depravity yang kemudian mereka simpulkan bahwa itu sama dengan total inability. Padahal memang benar bahwa dunia tidak bisa menerima Roh Kudus, melainkan harus memberi respon terhadap berita Injil terlebih dahulu. Barang siapa yang menerima Yesus Kristus, maka Roh Kudus akan secara otomatis akan diterima bahwa Dia akan tinggal di dalam mereka.

Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. (Roma 8:7-8)

Ayat ini kadang juga dipakai oleh Calvinis untuk menunjuk kepada Total Depravity. Kita setuju sekali bahwa manusia kedagingan tidak mungkin berkenan kepada Allah. Ia harus merespon Injil terlebih dahulu. Ayat tersebut di atas dipakai Calvinis untuk mendukung argumentasi ketidakmampuan manusia melakukan sesuatu yang berkenan kepada Allah. Padahal untuk diselamatkan memang Allah tidak membutuhkan kemampuan manusia.

Ayat-ayat berikut ini lagi-lagi dipakai untuk mendukung kesimpulan mereka tentang Total Inability.

Yohanes 6:44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

6:65 Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”

Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: “Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.”(Yohanes 12:39-40)

Betul sekali tidak ada seorang pun dapat datang kepada Yesus kalau tidak ditarik oleh Bapa. Cara Bapa menarik manusia ialah dengan berita Injil. Manusia yang tertarik ialah yang memberi respon positif kepada berita Injil. Dan betul sekali bahwa “tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Injil adalah karunia yang diberikan Allah kepada manusia bahkan dalam Yohanes 3:16 telah jelas dikatakan bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah kasih karunia Allah kepada manusia. Kalau Bapa tidak memberikan Yesus maka tidak ada satu manusia pun yang dapat datang kepadaNya.

Injil Yohanes 12:39-40 adalah nubuatan nabi Yesaya tentang sejumlah orang yang hidup pada zaman kehadiran Mesias secara jasmani yang tegar tengkuk. Ayat ini tidak berbicara tentang manusia segala zaman. Pernyataan “Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka” itu seperti kasus mengeraskan hati Firaun. Setelah Firaun mengeraskan hatinya berkali-kali, kemudian Allah mengeraskan hatinya untuk menunjukkan kuasanya kepada dunia.

Selain ayat-ayat tersebut di atas, berikut adalah ayat-ayat favorit Calvinis untuk membela doktrin Total Depravity yang mereka agungkan.

Roma 3:11 Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah

I Kor 2:14 Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.

Tidak ada seorang pun berakal budi, tentu yang dimaksudkan adalah secara rohani dan teologi bukan akal budi untuk menciptakan pesawat ulang-alik. Dan tidak seorang pun yang mencari Allah tentu maksudnya dengan jalan yang benar atau cara yang sesuai dengan ketetapan Allah bukan seperti yang dilakukan oleh Sidharta Gautama. Dan manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Allah itu sangat benar. Bahkan dalam II Kor 3:14 dikatakan, “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” Untuk memasuki ruang harta rohani ilahi, untuk memahami perkara rohani, atau untuk menerima segala sesuatu yang rohani dari Allah, pintunya adalah Kristus. Jadi Injil harus diberitakan terlebih dahulu. Jika seseorang memberi tanggapan positif terhadap Injil maka kasih karunia Allah akan dilimpahkan kepadanya. Selanjutnya ia akan mulai memahami perkara rohani.

Di dalam Alkitab terdapat banyak sekali ayat yang mengindikasikan bahwa manusia memiliki ability, bukan untuk menyelamatkan diri, melainkan untuk memberi tanggapan terhadap tawaran keselamatan dari Allah. Contohnya:

Yes 55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat

Amos 5:4 Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup

Zefanya 2:3 Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.

Mustahil kondisi manusia seperti yang digambarkan oleh Calvinis yang tidak bisa menanggapi Injil yang ditawarkan Allah itu bisa benar. John Calvin dengan filsafatnya telah membesar-besarkan kejatuhan manusia ke dalam dosa hingga mengabaikan semua ayat yang menunjukkan kondisi manusia yang masih bisa memilih menerima atau menolak anugerah Allah. Dan masih ada banyak ayat lain lagi yang menunjukkan himbauan Allah agar manusia percaya kepada Injil, percaya kepada Yesus Kristus.

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Argumentasi konyol dari kalangan Calvinis bisaanya ialah Allah sendiri yang membuat orang yang dipilihnya untuk datang kepadaNya. Sambil mengutip ayat “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” (Yoh 6:37). Tetapi sesungguhnya ayat ini tidak menyatakan bahwa yang tidak diberikan Bapa tidak bisa datang. Dan kalau penafsiran Calvinis yang dipaksakan itu benar, maka jika manusia tidak datang, tentu tidak bisa disalahkan.

Kita dapat pastikan penafsiran Calvinis salah karena ada banyak ayat Alkitab yang menyerukan agar manusia bertobat.

Markus 1:15 kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”

Kis 17:30 Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.

Bahkan bukan sekedar menghimbau manusia untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, melainkan perintah.

I Yohanes 3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.

Penafsiran Calvinis bahwa kematian rohani manusia sama seperti kematian jasmani itu sama sekali tidak benar. Berdasarkan ayat Alkitab tentang trikotomi, yaitu manusia yang memiliki roh, jiwa dan tubuh (Ibr 4:12), maka kematian manusia secara rohani tidak menyebabkannya tidak bisa berpikir dan memiliki kehendak bebas. Betul sekali kalau dikatakan bahwa hati nurani manusia telah rusak karena salah satu komponen pembentuk hati nuraninya rusak. Itulah sebabnya, setelah dilahirkan kembali hati nurani manusia bisa menjadi faktor pengingat moral yang efektif.

Sesungguhnya setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah yang maha tahu berkomentar bahwa manusia memiliki kemampuan yang hebat, bahkan menjadi salah satu dari Allah, tentu dalam pengertian mengetahui yang baik dan yang jahat.

Kejadian 3:22 Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.”

Total Depravity calvinisme yang menyimpulkan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk merespon Injil atau seruan untuk bertobat adalah hasil penafsiran yang sangat keliru. Dan ini sangat bahaya bagi kekristenan karena sekalipun disangkal namun secara akal sehat dapat dipahami bahwa itu akan menghentikan antusiasme orang Kristen untuk memberitakan Injil, menyerukan pertobatan, mendesak orang untuk mengambil keputusan menerima Kristus. Keadaan Eropa adalah akibat teologi Calvinistik, yang hanya tinggal tunggu waktu akan ditelan oleh Islam. (Doktrin Keselamatan Alkitabiah, Suhento Liauw, D.R.E., Th.D, halaman 166-172)

(bersambung ke Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Kondisi) )


BAHAYA CALVINISME

Ketika kita membahas Doktrin Keselamatan (soteriology), rasanya sangat sulit untuk menghindar dari pembahasan tentang Calvinisme. John Calvin diyakini oleh para pemujanya yang umumnya para pemimpin gereja Reform dan Presbyterian sebagai seorang yang telah menyusun konsep keselamatan yang terbaik sepanjang zaman. Benarkah demikian? Namun Calvin sendiri menyatakan bahwa seluruh konsep keselamatannya didasarkan pada Bapak gereja yang sangat dikaguminya, yaitu Agustinus, seorang pendiri gereja Roma Katolik yang telah menyesatkan banyak orang.

Sesungguhnya kalau demikian maka jika konsep keselamatan Agustinus benar maka benarlah konsep keselamatan Calvin. Dr. Laurence M. Vance dengan bukunya The Other Side of Calvinism, buku setebal 788 halaman, telah membahas secara menyeluruh tentang Calvinism. Menurut Vance “Calvinisme is therefore the greatest Christian heresy that has plagued the church.” (Calvinisme adalah ajaran sesat yang terhebat yang mewabahi kekristenan). Menurut Laurence M. Vance, ajaran Calvin yang tidak alkitabiah telah melanda dunia kekristenan bahkan gereja-gereja Baptis yang secara prinsip berbeda dasar theologinya. Menurut Vance, kaum Anabaptis adalah kelompok yang percaya bahwa keselamatan datang dari bertobat dan percaya, bukan yang dipilih Allah tanpa kondisi (unconditional election) seperti yang dikatakan oleh Calvin.

Banyak pemimpin jemaat yang sedemikian terikatnya pada Calvinisme sehingga sesungguhnya kepercayaannya tidak seperti yang dipercayai Calvinis, toh tetap menyebut diri Calvinis. Seorang theolog berkata kepada Dr. Suhento Liauw bahwa Rektor seminarinya percaya bahwa ada aspek tanggung jawab manusia dalam teologinya, namun tetap menyebut dirinya Calvinis sambil menuduh yang percaya pada unconditional election itu adalah ultra-Calvinis. Kalau dipikirkan secara jernih, sejak ia percaya adanya aspek tanggung jawab manusia, maka secara otomatis ia bukan seorang Calvinis lagi karena teologi Calvinis tidak mengenal aspek tanggung jawab manusia sama sekali.

Banyak pemimpin jemaat gereja Baptis yang tanpa berpikir panjang berkata bahwa mereka two-point Calvinist atau one-point Calvinist. Mereka percaya pada aspek perseverance yang Calvinistic bahkan ngotot tanpa mempercayai unconditional election dan limited atonement Calvin. Mereka percaya bahwa sekali diselamatkan selama-lamanya akan diselamatkan tak peduli apapun yang terjadi. Padahal ini adalah bentuk perseverance Calvinistic yang merupakan efek samping dari dipilih Allah secara tanpa kondisi.

Jika manusia memang sudah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah namun tidak kehilangan kesadaran diri dan kemampuan respon, sehingga Allah masih menyerukan agar manusia bertobat dan percaya, maka ia tidak kehilangan aspek tanggung jawab manusia. Dan jika manusia bertanggung jawab untuk bertobat dan percaya, maka setelah bertobat dan percaya pun manusia tetap bertanggung jawab untuk setia hingga akhir.

Menurut Dave Hunt maupun Laurence M. Vance tidak ada orang yang bisa percaya pada 2 point atau 1 point dari filsafat Calvin itu karena 5 point-nya saling kait-mengait. Satu poin dilepaskan maka akan terlepas secara keseluruhannya. Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irrisistible Grace, dan Preserverance of the Saints adalah sebuah rangkaian filsafat yang saling kait-mengait secara berkesinambungan.

Kelihatannya Calvin terlebih dulu dapatkan filsafat ini dari poin Unconditional Election dan kemudian ia menyodok ke atas dengan nalar kalau manusia diselamatkan karena dipilih Allah maka itu seharusnya manusia bukan hanya total depravity melainkan total inability sebab seandainya manusia masih bisa merespon maka konsep Unconditional Election tidak bisa diterapkan. Kemudian ia menyodok ke bawah dengan nalar bahwa kalau Unconditional Election maka tidak mungkin Allah menebus seluruh manusia. Konsep atonement (penebusan) yang bisa masuk ke dalam konsep Unconditional Election ialah Limited Atonement, sebab tidak masuk akal kalau Allah menebus semua manusia namun tidak memilih semuanya untuk masuk Sorga. Karena tiang utama filsafat ini adalah Unconditional Election, maka sekalipun harus menabrak banyak ayat, tetap harus dipaksakan konsep Limited Atonement.

Dan dari sini ia maju lagi satu langkah ke bawah. Kalau keselamatan itu sepenuhnya oleh pilihan Allah tanpa kondisi (Unconditional Election), maka manusia tidak mungkin bisa menolak pilihan Allah sehingga terciptalah poin keempat yang disebut, Irrisistible Grace (anugerah yang tidak dapat ditolak). Padahal kita menyaksikan penolakan Injil baik terhadap Tuhan Yesus oleh para ahli Taurat dan Farisi maupun terhadap para Rasul dalam kitab Kisah Para Rasul.

Dan poinnya yang terakhir, jika Allah yang memilih secara tanpa kondisi, penebusan hanya kepada orang yang dipilih, dan manusia tidak bisa menolak pilihan Allah, maka siapapun yang terpilih, pastilah akan dipelihara Allah hingga akhir hidupnya. Bahkan ada seorang pemimpin jemaat berkata kepada Dr. Suhento Liauw bahwa ia percaya sekali bahwa seseorang yang telah dipilih, walaupun kemudian hidupnya kacau bahkan telah pindah ke agama lain, ia yakin pada suatu hari kelak, sebelum ia mati, ia akan kembali. Tentu tanpa ayat pendukung melainkan berdasarkan keyakinan yang dipupuk lewat nalar filsafat Calvin. Lihatkah pembaca bahwa Calvinisme sesungguhnya adalah sebuah rangkaian filsafat yang disusun berdasarkan sebuah konsep terlebih dahulu? Calvinisme bukan theology yang disimpulkan dari ayat-ayat Alkitab, melainkan sebuah rangkaian nalar yang sangat logis, yang dimulai dari sebuah keyakinan. Dari keyakinan bahwa manusia masuk Sorga oleh pilihan Allah kemudian dikembangkan menjadi sebuah rangkaian filsafat yang sistematis dan logis.

Selanjutnya dari konsep ini mereka menabrak semua ayat dan menafsirkannya dengan menyesuaikannya dengan konsep mereka sehingga mereka berkata bahwa kata “semua” dalam I Yoh 2:2, Ibr 2:9 itu bukan berarti semua orang, dan kata “seisi dunia” dalam I Yoh 1:29 itu bukan seisi dunia. Bahkan untuk mendukung konsep Persevarence mereka, semua ayat yang menunjukkan bahwa manusia harus setia sampai akhir (I Kor 15:2, Ibr 3:6, 14 dll), ditabrak tanpa pertimbangan. Itulah sebabnya Vance berkata bahwa Calvinisme adalah ajaran sesat yang terhebat dalam kekristenan. Dan ia telah merusak kekristenan dari dalam jauh lebih dahsyat dari ajaran sesat manapun. Ajaran sesat lain begitu menyolok dan begitu cepat diidentifikasi dan segera diisolasi. Namun Calvinisme masuk ke dalam kekristenan dan menyerang kekristenan dari dalam. Eropa dan Amerika bahkan kekristenan seluruh dunia semakin dikalahkan oleh Islam karena Kristen Calvinis tidak antusias menginjil sebab mereka percaya masuk Sorga oleh pemilihan tanpa kondisi. Akibat lain adalah mayoritas anggota jemaat gereja-gereja Calvinistic tidak bertobat karena mereka yakin bahwa mereka telah dipilih. Mereka juga tidak perlu percaya bahwa Yesus telah menggantikan mereka disalibkan serta tidak perlu menghayati diri untuk hidup bagi Yesus, karena mereka adalah orang-orang istimewa yang telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan.

Tentu orang Kristen Calvinistik di Eropa tidak antusias menginjil kaum muslim imigran yang datang ke Eropa karena seberapa banyak orang Arab yang akan masuk Sorga telah ditentukan Allah sebelum dunia dijadikan. Hasilnya jumlah orang muslim di kota London sudah lebih banyak dari jumlah anggota jemaat Methodis, dan semakin bertambah untuk mengalahkan jumlah anggota jemaat Anglikan.

Banyak misionari Baptis yang pergi ke seluruh dunia tidak percaya pada Unconditional Election namun mengajarkan Perseverance Calvinistic. Sikap mereka telah menyebabkan doctrinal inconsistency dalam pengajaran mereka. Doctrinal inconsistency akan membuntukan nalar sehingga yang bersangkutan tidak berpikir logis melainkan hanya ngotot saja. Mereka tidak percaya pada unconditional election karena jika mereka percaya pada filsafat calvinistik ini maka mereka tidak mungkin menjadi misionari. Sebab jika Allah telah memilih sejumlah orang Papua untuk masuk Sorga dan sejumlah lain untuk masuk Neraka sebelum dunia dijadikan dalam sebuah dekrit, apa manfaatnya para misionari pergi ke Papua dengan bersusah payah, terancam menderita malaria dan lain sebagainya? Seharusnya mereka sadar bahwa jika mata rantai Unconditional Election tidak alkitabiah, maka mata rantai lain, Preservarence of the Saints model Calvinistik, juga perlu direnungkan ulang.

Sumber: Doktrin Keselamatan Alkitabiah, Dr. Suhento Liauw, GBIA Graphe.

BERLINDUNG DI BALIK PAYUNG FANTASI


Kepada Para Calvinis dan para murid Pdt. Stephen Tong


Teologi Reformed/Calvinis saya samakan dengan judul lagu “Payung Fantasi” yang dinyanyikan dengan nuansa Jazz yang kental oleh Shelomita and Opustre Big Band, liriknya adalah sebagai berikut:

Lenggang menorak menarik hati serentak Hei hei siapa dia

Wajah sembunyi di balik payung fantasi Hei hei siapa dia

Payung Fantasi arah ke mana dituju hei hei tunggu dulu

Bolehkah aku melihat sari wajahmu, bolehkan sayang?


Siapa gerangan dinda, bidadari dari surga

Ataukah burung kenari membawa harapan pelipur hati

Payung Fantasi menempeli sinar pagi hei hei cantik dia

Boleh kupandang wajahmu secantik bintang bolehkah kupandang?


Siapakah gerangan pula cend’rawasih dari bola

Ataukah si bintang siang pembawa pelipur rasa bahagia


Ketika membaca judul lagu ini, angan saya melayang memikirkan Teologi Reformed/Calvinis, saya tersentak dengan kata Payung Fantasi, seorang yang menganut Teologi Reformed/Calvinis bagaikan seseorang yang berlindung di balik Payung Fantasi. Karena “Payung Fantasi” maka orang yang berpegang teguh pada Teologi Reformed/Calvinis bagaikan percaya pada Filsafat Logis yang kait-mengait namun TIDAK BENAR pada kenyataannya karena menabrak ayat-ayat Alkitab dan mengabaikan ayat-ayat Alkitab serta menafsirkan secara salah ayat-ayat Alkitab yang lain, sehingga tidak menghasilkan harmonisasi dan satu penafsiran yang utuh dan benar dari semua ayat-ayat Alkitab.

Lewis Sperry Chafer, pendiri dan Rektor pertama Dallas Theological Seminary, salah seorang yang sangat merasa dari 5 point Calvinisme yang disebut TULIP, point ke-3 yaitu Limited Atonement adalah salah satu dari 5 poin Calvinisme yang paling sulit untuk dipertahankan sehingga banyak dari mereka membuang poin ini dan menjadi Four-points Calvinist, karena terlalu sulit bagi mereka untuk melawan terlalu banyak ayat Alkitab yang menyatakan bahwa Yesus Kristus menebus dosa semua manusia.

komentar saya di beberapa milist yang tidak diapprove oleh Moderator milist “M” (beberapa milister bertanya dan meminta penjelasan, saya menjawab namun tidak diapprove, saya menyadari itu hak moderator)

Btw Jika anda TAHU KEBENARAN, anda dituntut juga untuk Hidup dalam KEBENARAN dan Mengajarkan KEBENARAN. Salam. Trims. I Have a Dream nya Martin Luther King Jr, sudah lumayan terpenuhi di USA apalagi Obama udah jadi Presiden. GBU Fren.

Saya mengikuti Seminar2 Calvinist yg diadakan MRII Yogja dan terlibat aktif dalam diskusi dan tanya jawab pada sesi pertanyaan, mulai dari Predestinasi, Amilenium, baptisan Bayi, dll. cukup banyak sumber di Internet dan buku2 Momentum yg bisa saya baca dan koleksi.

Dulu percaya TULIP, berasal dari gereja yg termasuk Pemuja Pak Tong (meski bukan GRII), lalu berubah percaya hanya point 1&5, lalu cuma percaya Point 5, lalu MENOLAK SEMUANYA setelah merasa diyakinkan dengan apa yg Alkitab ajarkan berbeda dari yg diajarkan para CALVINIS meskipun sama2 mengutip Ayat2 Alkitab yg dianggap mendukung pandangan CALVINIS. John CALVIN tidak pernah mengajarkan dan tidak pernah percaya LIMITED ATONEMENT berdasarkan kutipan Langsung Norman L Geisler dari buku John Calvin. jadi ngapain susah2 percaya TULIP kalo point 3 sudah TIDAK ALKITABIAH. kan TULIP itu rantai, kalo buang 1, putuslah semua. Gitu z kok repot.

Dr. Norman L. Geisler, sang Apologet, sudah memaparkan dengan sangat baik mengapa dia menolak 5 point TULIP yg TIDAK ALKITABIAH baginya.

saya bergumul cukup lama dengan KALVINISME, karena saya tahu ada orang2 Kristen yg hidupnya juga Menjadi berkat dan Tulus Hati. Namun coba pikir, jika suatu hari anda bisa diyakinkan bahwa KALVINISME baik Predestinasi ala John Calvin dan TULIP ala Para CALVINIS, ternyata TIDAK BENAR. apa yg bisa anda simpulkan?

Saya setuju dengan Dr. Laurence M. Vance, dalam bukunya THE OTHER SIDE of CALVINISM setebal hampir 800 halaman, bahwa KALVINISME adalah BIDAT TERBESAR sepanjang sejarah Gereja, karena hampir semua jenis aliran gereja tersusupi paham KALVINISME. Bayangkan ??? hampir semua gereja sudah tersusupi paham KALVINISME dan katakan ternyata SALAH TOTAL, gimana???

Wow bagi saya ini sungguh2 mencengangkan dan sangat mengkhawatirkan, dulu saya termasuk kategori yg setuju dengan kata orang2, TEOLOGI REFORMED/CALVINIS pasti Alkitabiah, kalo bukan Reformed/Calvinis berarti pasti tidak Alkitabiah, weleh2 nekad juga orang2/Teolog yg berkata sperti ini.

Kaum Baptis di USA juga disusupi paham2 Calvinisme, padahal secara Teologi sebenarnya jauh berbeda.

kepada teman2 di milist Sayap CALVINIS, mohon bersabar, sampai point TULIP selesai semua dibahas di milist ini atau bisa dibaca di blog saya (www.kristenfundamental.co.cc, www.dedewijaya.co.c, www.dedewijaya.blogspot.com).

Mari bagi teman2, baca saja dulu sajian CALVINISME dari kami, kalo perlu tonton dan download di YOUTUBE, 9 Video Apologet, Dr. Norman L Geisler tt “WHY I AM NOT A 5 Point TULIP CALVINISM” di http://www.youtube.com/watch?v=d9n_NUoslp0 ada 9 seri.

Mohon email2 saya di Approve sama Moderator, supaya tidak mis, kirain saya tidak menjawab pertanyaan email2 teman2.

Makin hari makin belajar Teologi & Alkitab, saya makin takut dengan pengajaran2 gereja2 hari2 ini,

www.kristenfundamental.co.cc

————————————————————————————–

For a brief assessment of Reformed theology, see

George W. Zeller, The Dangers of Reformed Theology (Middletown: The Middletown Bible Church, n.d.);


for a major critique, see

Good, Are Baptists Reformed?

The Other Side of Calvinism, Laurence M. Vance, Pensacola: Vance Publications, 2002

What Love Is This? Calvinism’s Misrepresentation of God, Dave Hunt, Sisters: Loyal Publishing, Inc., 2002

(istri Dave Hunt mengusulkan judul What Love Is This? Sedangkan tadinya Dave Hunt berpikir untuk memberi judul Calvinism’s Misrepresentation of God)

Chosen but Free, Norman L. Geisler.

Why I am Not Calvinist?

http://lionofjudah.tribulationforces.com/questionable/calvinism.html

for a comprehensive analysis of Covenant theology, see

Renald E. Showers, There Really is a Difference (Bellmawr: The Friends of Israel Gospel Ministry, 1990).

AMSAL 23:23Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian. 

www.kristenfundamental.co.cc (memuat 25 artikel Doktrinal/Pengajaran Fundamental)

http://kristen-fundamental.blogspot.com (memuat 25 artikel Doktrinal/Pengajaran Fundamental)

www.wayoflife.org (Ribuan Artikel) dikelola DR. David Cloud

www.graphe-ministry.org (Website GBIA GRAPHE, bisa download JURNAL TEOLOGI BULETIN PEDANG ROH terbaru, dikelola oleh Gembala GBIA Graphe Suhento Liauw, D.R.E., Th.D dan putra beliau, DR. Steven Einstain Liauw, D.R.E. (Dekan Akademik Graphe International Theological Seminary = GITS atau STT Graphe, satu-satunya STT Fundamental dan paling Alkitabiah yang saya tahu hingga saat ini), pembicara seminar spesialisasi DOKTRIN, anda bisa membeli dan mempelajari buku-buku beliau dari web atau langsung datang ke gereja dan TB GRAPHE di Sunter Podomoro, JAKUT atau memesan via website, berikan juga komentar anda di Buku Tamu/Guest Book di website)
Sumber: http://dedewijaya.blog.friendster.com/2009/02/berlindung-di-balik-payung-fantasi/

PENYESATAN TULIP: LIMITED ATONEMENT (Bag. 2-Ending)

Argument Alkitab Kalvinis Berkenaan Dengan Limited Atonement

Rasionalisasi dari total depravity dan unconditional election Kalvinis merujuk kepada limited atonement, yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Kristus mati untuk sebagian manusia. Untuk menyokong argumennya, Kalvinis akan mencomot ayat-ayat untuk memaksakan pemahaman mereka, contohnya:
- Matius 1:21 “menyelamatkan umatNya”
- Mat 20:28 “banyak orang”
- Mat 26:28 “ditumpahkan bagi banyak orang”
- Yohanes 10:15 “nyawaNya bagi domba-dombaNya”
- Kis 20:28 “bagi jemaat Allah”
- Efesus 5:25 “jemaat”
- Ibrani 9:28 “Kristus menanggung banyak dosa manusia”

Setelah mencomot ayat-ayat di atas, Kalvinis akan berteriak dan menyatakan bahwa Kristus mati untuk sekelompok orang dan bukan untuk semua orang.

Pemahaman yang Alkitabiah:

Apakah di antara ayat-ayat di atas ada kata “hanya!” Tentu tidak ada! Di setiap ayat tadi tidak ada kata “hanya” Dengan demikian tidak tertutup kemungkinanYesus juga menebus semua orang. Dalam Matius1:21, ini mengacu kepada Israel bukan kepada orang pilihan. Domba itu selalu identik dengan Israel dan tidak semua Israel diselamatkan.

Galatia 2:19 “Sebab aku telah mati oleh hukum taurat untuk hukum taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus” Apakah penebusan hanya untuk Paulus saja? Tidak! Jadi logika pemaksaan dalam argumentasi alkitab versi Kalvinis ini salah dan tidak alkitabiah.

Jika kita mau membuka hati kita untuk mempelajari firman Tuhan dengan saksama, justru semua ayat di atas menguatkan argumentasi Kristus mati untuk semua manusia. Mengapa? Dari beberapa ayat yang dikutip tadi dikatakan bahwa Kristus mati untuk umatNya, darahNya ditumpahkan untuk banyak orang, nyawaNya bagi domba-dombaNya, bagi jemaat Allah, dan juga untuk Paulus, yang berarti Kristus mati untuk semua orang. Bukankah hal ini justru menekankan bahwa Kristus mati untuk semua orang?

Memang kata “banyak” belum berarti “semua” tetapi kata “banyak” dengan “semua” tidak harus bertentangan. “Semua” itu pasti banyak, tetapi kata “banyak” belum tentu semua. Analogi: Seorang guru berkata kepada murid-muridnya, "Besok semua remedial." Lalu guru itu berkata kepada orang ketiga: “Besok banyak siswa yang remedial."

Roma 5:15 “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya, atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Kata “semua orang” sebenarnya “banyak orang”(πολλοι) yang bisa juga berarti semua. Roma 5:19 “jadi sama seperti ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.” Kata “semua orang menjadi benar” memiliki pengertian yang sama dengan “banyak orang menjadi benar” dengan kata πολλοι. Jadi, manusia dibenarkan pada saat percaya kepada Yesus Kristus, maka kata”banyak” sama dengan semua orang yang telah percaya.

Masalah Kata "Dunia" 

Menurut pemahaman Kalvinis kata dunia memiliki beberapa pengertian. Dengan mengutip Lukas 2:1 Kaisar mensensus seluruh dunia, tapi nyatanya hanya sekitar wilayah kekuasaan kaisar Agustinus saja dan tidak sampai ke daratan China. Jadi, kata “dunia” di dalam Alkitab memiliki beberapa pengertian, yaitu:
1. Dunia di sini adalah dunia orang pilihan.
2. Dunia, mengacu kepada dunia eskatologi, dimana seluruh dunia akan percaya kepada Yesus. 
3. Dunia secara etnis, mengasihi “orang pilihan” dari segala etnis bukan Israel saja.
4. Dunia secara geografi, “orang pilihan” dari segala tempat.

Memang kata “dunia” bisa untuk beberapa pengertian. Tetapi bukan seperti yang Kalvinis paksakan, bahkan terkadang kata “dunia” mempunyai pengertian yang bertentangan dengan Allah. Dunia ini adalah dunia dalam pengertian umum, yang mana mereka (Kalvinis) menambahi kata “orang-orang pilihan” yang tidak ada dalam Alkitab. Ini adalah penambahan yang dilakukan oleh kelompok Kalvinis untuk memaksakan konsep mereka ke dalam Alkitab.

Pemahaman yang Alkitab Mengenai Kata Dunia

I Yoh 2:2 “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” Ini adalah ayat yang menakutkan bagi Kalvinis secara khusus yang percaya Limited Atonement. Bukan dosa kita saja tetapi dosa seluruh dunia. Ada kontras antara kata “kita” dan “dunia.” Dengan demikian kematian Yesus Kristus adalah untuk orang pilihan dan orang lain.

Bagi Kalvinis ”kata “kita” di situ adalah hanya para rasul dan seluruh dunia adalah orang-orang percaya di dunia. Tetapi apakah benar kata “kita” hanya untuk para rasul? Secara konteks kata “kita” tidak mendukung konsep Kalvinis, karena dalam 1 Yoh 1:9 kata kita adalah untuk orang-orang percaya. 1 Yoh 1:10 juga menunjukkan “kita” adalah orang percaya.

Bahkan di dalam Surat 1 Yohanes kurang lebih ada sekitar 21 kali kata kosmos/dunia muncul, tetapi tidak ada satupun yang mengacu kepada orang pilihan. Justru kata “dunia” di sini lebih menekankan kontras rohani dengan system duniawi. Jadi apa alasan kita untuk percaya bahwa kata “dunia” dalam 1 Yoh 2:2 adalah untuk orang-orang pilihan? Apakah ini tidak lebih dari suatu pemaksaan konsep oleh Kalvinis? Jika telusuri lagi dalam Surat 1 Yohanes, terutama ketika kita membaca 1 Yoh 5:19 kata “dunia” jelas-jelas mengacu kepada orang-orang yang tidak percaya “dunia ini berada di bawah kuasa si jahat”

Beberapa ayat yang menyatakan bahwa penebusan Kristus untuk semua manusia.

• Yesaya 53:6 “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”
• 2 Korintus 5:14 “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.” 
• 1 Timotius 2:6 “yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” 
• 1 Timotius 4:10 “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” Ayat ini secara gamblang menggambarkan penebusan dan aplikasi dari penebusan tersebut. Hal ini sangat jelas karena ada kontras yang begitu nyata antara semua manusia dan orang percaya. Kristus mati untuk semua manusia, tetapi aplikasi dari penebusan itu adalah ketika kita percaya.
• Ibrani 2:9 “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” 

Ayat-ayat yang Menyatakan Bahwa Kristus Mati untuk Orang-orang yang Akan Binasa

• Ibrani 10:29 “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina kasih karunia? 
• 2 Petrus 2:1 ”Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”

Kesimpulan:

Jika ada Kalvinis yang tidak percaya Limited Atonement untuk apa Allah pilih dan tentukan siapa yang masuk dan tidak ke dalam Surga? Dan bila ada Kalvinis tidak percaya poin Limited Atonement, maka ia menjadi tidak konsisten dengan poin-poin Kalvinis yang lain, TULIP. Bila Anda mempercayai bahwa Allah menebus semua manusia, maka poin Total Depravity dan Unconditional Election menjadi tidak sah atau tidak benar (tidak berlaku atau gugur) karena konsekuensi dari Total Depravity dan Unconditional Election adalah Limited Atonement. Ini adalah adalah sistem yang logis menurut Kalvinis tetapi bukan menurut Alkitab.

http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/limited-atonement-bag-2-end.html

Kamis, 26 Februari 2009

PENYESATAN TULIP: LIMITED ATONEMENT (Bag. 1)

Limited Atonement atau sering dikenal dengan penebusan terbatas adalah pemahaman Kalvinis yang percaya bahwa Yesus Kristus tidak menanggung semua dosa manusia karena sifat penebusan itu terbatas hanya untuk orang-orang pilihan. Mengapa? Karena ini adalah konsekuensi dari teori Total Depravity dan Unconditional Electionnya Kalvinis. Manusia yang total hancur, tidak bisa merespon dan tidak bisa percaya, maka dalam penyelamatan manusia, Allah harus memilih manusia tanpa melihat kondisinya (unconditional election) dan ternyata Allah hanya memilih sebagian dari manusia yang total inability itu sesuai dengan kehendakNya, yang mana Ia suka Ia pilih dan sebaliknya yang tidak disukaiNya dibiarkan masuk neraka. Akhirnya muncullah teori penebusan yang terbatas, yakni penebusan hanya untuk orang pilihan saja.

Beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan Limited Atonement Kalvinis ini;

1. Limited Atonement tidak terlalu berpengaruh dalam sistematika teologi Kalvinis, asalkan tetap berpegang teguh pada poin kedua, Unconditional Election.
2. Kalau Limited Atonement salah, maka Unconditional Election menjadi kurang tajam.
3. Point Limited Atonement ini yang paling sulit mereka pertahankan. Banyak kalangan Kalvinis yang tidak mau memegang poin ini (kalangan Baptis Kalvinis, kecuali Kalvinis Reformed), karena banyak ayat yang mengatakan “kematian Yesus untuk semua manusia.”

Berikut saya akan menuliskan beberapa argument Kalvinis berkenaan dengan Limited Atonoment. Argumen ini akan dibagi menjadi dua bagian besar, yang pertama adalah argumentasi berdasarkan logis, dan yang kedua adalah argumentasi berdasarkan alkitab.

Argumen Logis:

1. Kalau Allah menebus semua manusia, seharusnya semua manusia selamat.
2. Kalau Yesus Kristus mati menanggung semua dosa manusia, dan ternyata ada yang tidak selamat, maka Allah tidak fair dan Allah telah menghukum 2 kali. Artinya dosa pertama sudah ditanggungkan kepada Yesus, tetapi pada akhir zaman manusia dihukum lagi di Neraka. Ini berarti 2 kali penghukuman.
3. Penebuasan kalian (non Kalvinis) adalah penebusan yang tidak menyelamatkan. Karena semua telah ditebus, tetapi ternyata tidak semua selamat. Selain itu, hanya bisa menyelamatkan kalau ada andil manusia untuk percaya.
4. Analogi Adam I dan Kristus sebagai Adam ke II. Adam jatuh dan semua keturunannya menjadi orang berdosa, bukan berpotensi untuk berdosa, tetapi menjadi orang berdosa. Demikian juga Yesus Adam ke-II bukan berpotensi untuk menyelamatkan, tetapi Ia menyelamatkan orang pilihan itu.
5. Apakah tidak percaya Yesus itu dosa? Bila ya! Bukankah Yesus telah menanggung semua dosa manusia termasuk dosa ketidakpercayaannya? Inilah alasan Allah hanya memilih orang-orang pilihan saja.

Jawaban untuk Argumen Logis Kalvinis

1. Satu hal yang gagal Kalvinis lihat dan tekankah adalah penebusan adalah satu hal dan aplikasi penebusan adalah hal yang berbeda. Singkatnya kita harus bisa membedakan antara penebusan dan aplikasinya.

Penebusan Kristus : Ketersediaan penebusan bersifat universal
Aplikasi : Bersifat pribadi, melalui percaya

Bagi Kalvinis tidak ada perbedaan antara Penebusan dan Aplikasi Penebusan. Tetapi apakah benar demikian? Ketika Tuhan Yesus tersalib, ia menyediakan keselamatan untuk dosa dunia (universal), tetapi untuk memperolehnya bersifat personal atau secara pribadi.

Sebab jika tidak ada perbedaan antara penebusan dan aplikasi untuk ‘orang-orang pilihan’ seharusnya waktu lahir mereka tidak terlahir sebagai orang berdosa karena sudah menerima penebusan dan aplikasinya. Bukan berarti saya percaya universalisme tetapi melalui hal ini saya ingin menekankan adanya perbedaan antara penebusan dengan aplikasinya.

Untuk lebih memahami hal ini kita dapat mengingat peristiwa domba korban ketika bangsa Israel akan keluar dari tanah Mesir.

- Menyembelih domba (penebusan)
- Menaruh darah di ambang pintu (aplikasinya)

Dari hal ini kita dapat melihat bahwa dalam Domba paskah penebusan dan aplikasinya berbeda. Sekalipun domba itu sudah mati, mereka harus mengoles darahnya di ambang pintu. Jika darahnya tidak di oleskan di ambang pintu, maka anak-anak pertama mereka akan binasa seperti bangsa Mesir. Ini tidak hanya berlaku untuk bangsa Israel saja, setiap orang yang tidak menghendaki anak sulungnya mati, maka ia harus memotong domba dan mengoles darahnya di ambang pintu. Sekalipun domba mereka sembelih, tetapi jikalau mereka tidak mengoleskan darah domba itu di ambang pintu anak-anak mereka juga akan meninggal. Namun setelah itu, ternyata banyak yang binasa ketika keluar dari tanah Mesir.

2. Kematian Kristus sama sekali tidak bergantung jumlah manusia. Analogi Kalvinis mengenai hal ini tidak benar. Satu hal yang harus kita ingat, analogi logika manusia belum tentu benar, karena kebenaran tidak hanya bergantung kepada logika. Logika memang bisa membantu dalam menemukan kebenaran, tetapi logika bukanlah sumber kebenaran. Bila bergantung pada analogi, maka ini bisa berakibat buruk, karena tergantung analogi siapa dan apa? Bisa saja kita ganti analoginya menjadi suatu ketersediaan bukan penghukuman. Misalnya analogi “ketersediaan” Allah menyedikan beras untuk semua orang agar tidak kelaparan, tetapi ada yang tidak mengambil beras, maka ia sendiri yang akan mengalami kelaparan dan Allah sama sekali tidak menghukumnya dua (2) kali.

3. Konsep penebusan kalian (non Kalvinis) tidak menyelamatkan karena aplikasi dan penebusannya itu terpisah? Penebusan Kristus memang tidak bergantung dari aplikasinya tetapi aplikasi adalah syarat supaya keselamatan untuk manusia. Analoginya tuan A memberi mobil kepada seseorang agar ia bisa bekerja (itu adalah anugerah dari tuan A). Ketika ia menerima mobil itu, maka saat itu juga ia memperoleh aplikasinya, yakni ketika ia menggunakan mobil yang sudah disediakan tuan A.

4. Ada perbedaan antara keturunan Adam I dan Adam ke II. Keturunan Adam I terjadi secara otomatis melalui persetubuhan manusia secara biologis, tetapi keturunan Adam ke II harus melalui kelahiran kembali, yakni percaya kepada Yesus Kristus.

5. Yesus mati untuk dosa ketidakpercayaan juga? Satu hal yang Kalvinis tidak tahu, bahwa: penebusan dan aplikasi itu berbeda. Bagaimana supaya dosa ketidakpercayaan itu ditanggung, maka orang tersebut harus percaya.

John Owen (Kalvinis) menyatakan: Orang-orang pilihan secara aktual diselamatkan → ditebus → dibenarkan saat Kristus disalibkan. Penebusan terjadi, bukan pada saat Allah membuka jalan agar mereka bisa lewat kalau mau atau seperti Allah membuka pintu supaya mereka bisa masuk bila mau. Tetapi Allah menyelamatkan mereka, karena Allah telah menentukan mereka selamat.

Jika yang diamini oleh Kalvinis benar, bahwa penebusan terjadi ketika Kristus mati, maka seharusnya semua orang pilihan tidak lahir dalam dosa. Lalu bagaimana dengan orang-orang Perjanjian Lama? Hal ini tidak dapat mereka jelaskan.

Jadi yang alkitabiah adalah penebusan dan aplikasinya berbeda. Ketika Kristus mati, Ia membawa penebusan untuk semua manusia. Namun aplikasi dari penebusan itu terjadi ketika manusia percaya kepada Tuhan sebagai satu-satunya juruselamat mereka.

Postingan selanjutnya akan membahas argumen alkitab kalvinis mengenai limited atonement

Sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/limited-atonement-bag-1.html

PENYESATAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 5-Ending)

Ayat-ayat Kalvinis yang berhubungan dengan Unconditional Election:

1. "Umat Allah" Kis 18:9-10

Argumen Kalvinis mengatakan bahwa Paulus menginjil di situ karena ada orang-orang pilihan di kota itu, jadi tinggal dikotbahin saja. Apakah benar demikian? Dikatakan bahwa mereka sudah menjadi umat Allah sebelum Paulus memberitakan Injil. Selain itu, jikalau mereka sudah pasti masuk Surga, bagaimana kalau Paulus tidak datang ke sana untuk memberitakan Injil? Jika kita pelajari dengan saksama, kata “umatKu”di sini bukan menunjuk kepada orang-orang yang belum percaya tetapi mengacu kepada orang-orang yang sudah diselamatkan, sebab di sana ada Akwila, Titius, Yustus, Krispus dan keluarga dan yang lainnya.

2. “Domba-domba Allah” Yoh 10:14-16,26

Dalam kacamata Kalvinis, kata “domba” merujuk kepada orang-orang pilihan.
Ada kesalahan besar yang dilakukan oleh Kalvinis dalam hal ini karena:
- Tidak ada penetapan siapa yang jadi domba dan siapa yang tidak jadi domba. Setiap orang yang mendengar suaraNya dan mengikutiNya adalah dombaNya.
- Selain itu, ada pengertian domba yang tidak mendukung konsep Kalvinis seperti yang tercatat dalam Matius 10:6, di mana “ada domba yang hilang.” Jika domba sama dengan umat pilihan, mengapa ada domba yang hilang? Apakah umat pilihan juga ada yang terhilang?
- Domba tidak mengacu pada umat pilihan, tetapi lebih merujuk kepada bangsa Israel. Selain karena ada domba yang hilang, ada juga domba yang dihancurkan seperti yang tercatat dalam Yehezkiel 34:16 “domba yang kuat dan gemuk akan Aku hancurkan” (ada kesalahan dalam penerjemahan LAI, LAI menggunakan kata Aku lindungi tetapi yang benar adalah Aku hancurkan.)

3. Masalah kata “memberikan,” dan “diberikan”

Yohanes 6:37,39 ”Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan kubuang. 39 “dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Semua yang diberikan kepada Anak dalam kamus Kalvinis Allah pemilihan tanpa syarat (unconditional election). Pemahaman ini muncul karena Kalvinis tidak melihat dan mengartikan ayat ini dengan melihat ayat yang lain. Seperti ayat Yoh 6:40 “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku bangkitkan pada akhir zaman.” Sangat jelas, bahwa orang yang diberikan Bapa kepada Yesus adalah orang yang percaya kepada Anak. Kalvinis selalu memaksa Alkitab untuk mendukung pendapatnya yang salah demi Augustinus dan John Calvin, “bapa” yang mereka anggap benar.

Yohanes 17:6,12 “Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yakni namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam kitab suci.” Sangat menarik untuk dipelajari karena apa yang telah diberikan kepada Yesus ada juga yang binasa!

Selain itu, sangat jelas pasal 17 ini membahas mengenai kerasulan dan bukan untuk orang percaya, karena ada satu rasul yang binasa dan itu bukan untuk orang percaya. Karena konteksnya Yesus sedang berdoa kepada kedua belas rasulNya. Kata “mereka ini” mengacu kepada 12 rasul, dan lanjutan doa Yesus adalah untuk orang-orang hasil pemberitaan mereka.

“Dia yang yang telah ditentukan” dalam ayat 12 ini ada kesalahan penerjemahan. Kata ditentukan tidak ada dalam bahasa asli. Dalam bahasa Yunani απολυω (apoluo) artinya menghancurkan dan απολειας (apoleias), artinya kehancuran dan ό υίος απολειας (ho huios apoleias) artinya putra kehancuran. Selain dari dia adalah “anak kehancuran”harusnya timbul pertanyaan kenapa ia menjadi anak kehancuran? Karena ia (Yudas Iskariot) memang akan menggenapi hal negatif (menyerahkan Yesus) yang timbul dari hatinya sendiri, bukan Allah yang menentukan demikian dari semula sejak kekekalan. Sebab jika Allah telah menentukan Yudas untuk melakukan hal ini, maka seharusnya ia mendapat reward.


Konsep Pemilihan yang Alkitabiah

Alkitab memang mengajarkan tentang pemilihan, tetapi pemilihan yang bagaimana? Apakah sama dengan yang didengungkan oleh Kalvinis yang percaya bahwa pemilihan Allah adalah pemilihan yang tanpa melihat kondisi (pemilihan secara acak) ataukah pemilihan yang Allah maksudkan di dalam Alkitab adalah pemilihan yang bersyarat (conditional election).

Konsep pemillihan dalam Efesus 1:1-13

Salah satu ayat favorit Kalvinis masalah pemilihan tanpa melihat kondisi adalah Efesus 1:4. Dimana dikatakan bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan. Dalam pemahaman Kalvinis, manusia dipilih (1:4) ditentukan (1:5) sesuai dengan kerelaan kehendakNya (1:11) kemudian dimeteraikan Roh Kudus (1:13). Lalu Kalvinis akan berkata, bukankah di dalam satu perikop ini menunjukkan pemilihan yang unconditional?

Pemahaman yang Alkitabiah:

Dalam perikop ini memang ada konsep pemilihan, tetapi konsep pemilihan yang sama sekali berbeda dengan konsep pemilihan Kalvinis. Dalam pemandangan Kalvinis pemilihan bersifat unconditional sedangkan jika kita mempelajari keseluruhan Alkitab, maka kita akan menemukan konsep pemilihan yang Conditional. Begitu juga ketika kita mempelajari keseluruhan Efesus pasal 1 ini kita akan menemukan tema besar perikop ini adalah “Di dalam Kristus.” Yang adalah syarat mutlak di dalam pemilihan. Hal ini membuktikan pemilihan itu bersyarat (conditional) dan keselamatan itu bersyarat.

Dalam ayat 3 “dalam Kristus” semua berkat diperoleh “melalui Kristus” sebab di dalam Kristus Allah memilih.

Di dalam ayat 4 sangat jelas menekankan “Sebab di dalam Dia (Kristus) Allah telah memilih…” Hal ini sangat jelas menekankan Allah memilih karena Kristus telah ada di dalam kita berbeda dengan konsep Kalvinis yang menyatakan bahwa Allah memilih supaya kita ada di dalam Kristus. Bahkan jika kita pelajari lagi ayat 4 kita akan menemukan bahwa tujuan utama di dalam pemilihan bukanlah untuk di dalam Kristus tetapi untuk menjadi kudus dan tak bercacat.

Singkatnya, ada syarat di dalam pemilihan, yaitu di dalam Kristus. Jika kita lihat secara konteks juga, terlihat jelas bahwa konsep di dalam Kristus lebih sentral dibandingkan konsep pemilihan. Ketika kita membaca ayat 13 kita juga akan menemukan bahwa pemeteraian Roh Kudus berlaku untuk orang yang di dalam Kristus. “Di dalam Dia (Kristus) kamu juga……Di dalam Dia (Kristus) kamu juga…..” Sangat jelas terlihat bahwa konsep pemilihan yang Alkitabiah adalah karena kita telah ada di dalam Kristus, bukan dipilih untuk ada di dalam Kristus, dimana tujuan dari pemilihan itu adalah supaya kita menjadi kudus dan tak bercacat.

Kalvinis akan berdalih dan menyatakan bahwa seseorang sudah berada di dalam Kristus sejak dunia belum dijadikan. Apakah benar demikian? Jika apa yang diyakini oleh Kalvinis ini benar, maka banyak orang pilihan yang terhilang, tersesat dan sebagainya. Selain itu, jika kita lanjutkan di dalam Efesus 2:1-3 kita akan melihat bahwa sebelum Paulus percaya ia adalah orang yang harus dimurkai, mati di dalam dosa. Paulus sendiri merasa diri bagian dari kebinasaan (lihat ayat 3). Tetapi setelah ia percaya, ia tidak ada lagi di bawah murka Allah.

Ayat yang berkaitan dengan hal ini adalah di dalam 2 Timotius 1:9 “orang pilihan ada di dalam Kristus sebelum permulaan zaman” Ayat ini menjelaskan Allah di dalam foreknowledge sudah menetapkan kasih karunia untuk setiap orang yang ada di dalam Kristus (bukan menetapkan orang untuk di dalam Kristus tetapi menetapkan kasih karunia untuk mereka yang berada di dalam Kristus). Sebab jika konsep Kalvinis benar, bagaimana dengan dosa Adam “bukankah mereka keturunan Adam yang berada dalam kematian? Bukankah Adam berada dalam bahaya kebinasaan?

Di dalam Roma 16:7 ”Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku, yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku.” Menjadi kristen dalam ayat ini dalam bahasa Yunaninya adalah εν χριστο (enkristo) yang berarti DI DALAM KRISTUS. Jadi, Andronikus telah menjadi Kristen atau di dalam Kristus sebelum Paulus diselamatkan. Ayat ini membuktikan Paulus belum berada di dalam Kristus sebelum ia percaya. Intinya pemilihan itu harus ada di dalam Kristus.

Konsep Pemilihan dalam Roma 8:28-30

Roma 8:28-30 adalah salah satu perikop favorit Kalvinis di dalam mempertahankan iman mereka. Sekilas di dalam ayat-ayat ini seolah-olah ada mata rantai yang tidak terputuskan. Siapa yang dipilih ditentukan dari semula. Mereka dipanggil (tidak bisa ditolak) → dibenarkan (justification)→ dimuliakan (gloryrification). Skema besarnya adalah: Election → Predestination→ Irresistible Grace→ Perseverence.

Pemahaman yang Alkitabiah:

Dalam ayat ini kata προγινωσκω (proginosko) dalam bentuk tenses aorist (προεγνω) artinya”barang siapa yang telah diketahui dari semula” bukan dipilih sebelumnya tanpa kondisi. Jadi barang siapa yang percaya kepada Kristus, Allah sudah mengetahuinya dari semula karena Ia Mahatahu dan karena manusia (yang bersangkutan akan percaya kepada Kristus bukan karena Allah paksa tetapi yang timbul dari hati manusia itu sendiri). Untuk mengingat silahkan lihat pembahasan sebelumnya dalam Efesus 1 masalah DI DALAM KRISTUS!

Di dalam I Petrus 1:2 dikatakan, “Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita dan yang dikuduskan oleh Roh supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya…” LAI melakukan kesalahan terjemahan kata “κατα προγνωσιν-kata prognosin” (orang-orang yang dipilih) harusnya “menurut pengetahuan Allah yang semula.”. Jadi pemilihan yang alkitabiah adalah pemilihan berdasarkan pengetahuan Allah, bukan pemilihan yang tanpa syarat, acak, dan hoki-hokian. Suatu pemilihan yang berdasarkan pengetahuan Allah akan hal-hal yang akan terjadi.

Bagaimana dengan kata “menentukan menjadi anak-anakNya sesuai dengan kerelaanNya (ayat 11)? Bagaimana dengan II Timotius 2:9 “berdasarkan keputusan Allah, menurut kerelaan kehendakNya sebelum permulaan zaman” Permasalahan ini terjawab dalam I Korintus 1:21. Terlihat jelas bagaimana di dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.

Yang harus dipahami adalah tidak ada masalah dengan konsep kerelaan, keputusan, kehendak, dsb. Namun yang harus diperhatikan bahwa adalah keputusanNya dan kerelaanNya bahwa setiap orang percaya pasti akan diselamatkan. Apakah Allah yang berdaulat tidak boleh berbuat demikian? Tentu saja boleh! Dan inilah kasih karunia Allah. Sebab jika Anda percaya tetapi Allah tidak memberikan anugerah, maka itu PERCUMA! Semakin kita mendalami kebenaran firman Tuhan, kita dapat melihat dan membaca dengan jelas bahwa konsep keselamatan jelas untuk setiap orang percaya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa:
Keputusan Allah: Manusia akan selamat dengan percaya kepada Yesus Kristus
Kehendak Allah: Supaya semua manusia percaya kepada Yesus Kristus.
Perkenanan Allah: Supaya kita selamat dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Dalam hal ini terbukti bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan pemilihan yang unconditional. Dalam Yohanes 5:21 “sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.” Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendakiNya. Kata “barang siapa dalam hal ini adalah mereka yang “percaya kepadaNya.” Tentu Tuhan Yesus tidak akan sembarangan membangkitkan orang. Dia hanya membangkitkan siapa yang percaya kepadaNya. Jadi Yesus membangkitkan seseorang bukan tanpa kondisi atau unconditional seperti yang Kalvinis imani, tetapi dengan syarat, yakni percaya kepadaNya.

Konsep Pemilihan Tidak hanya untuk Keselamatan

Kata “pemilihan” tidak selalu untuk keselamatan, tetapi bisa juga untuk pelayanan. Contoh kasus dalam Matius 22:14 “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang terpilih” Sebenarnya Kalvinis tidak pantas memakai ayat ini. Sebab kalau Allah yang memanggil kenapa hanya sedikit yang dipilih? Bukankah dalam konsep Kalvinis dipilih dulu setelah itu baru dipanggil. Bukankah inilah pemahaman utama dari Irresistible Grace. Bila Allah telah memilih mereka dan menetapkan mereka seharusnya tidak bisa menolak panggilan itu karena mereka sudah ditetapkan untuk dipanggil. Tetapi mengapa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih? ANEH BUKAN MAIN!

Jika kita menelusuri keseluruhan Alkitab, tidak ada didapati satu ayat atau satu orangpun “dipilih untuk percaya.” Hal lain yang cukup menarik untuk dipelajari adalah urut-urutan konsep iman Kalvinis: Dipilih → dibenarkan → dilahirbarukan → percaya. Timbul pertanyaan manakah yang lebih dahulu, percaya kepada Tuhan baru Roh Kudus masuk ke dalam hati kita atau Roh Kudus sudah ada dalam hati kita baru percaya? Atau dengan kata lain percaya dulu baru dibenarkan atau dibenarkan dulu baru percaya? Jika kita melihat skema iman Kalvinis kita akan menemukan bahwa Roh Kudus ada dalam hati kita baru bisa percaya. Suatu konsep yang sangat bertentangan dengan Efesus 1:13, yaitu ketika kita percaya akan dimeteraikan dengan Roh Kudus. Saya percaya bahwa sebelum Roh Kudus masuk dalam hati manusia, Ia sudah bekerja dalam dalam kehidupan manusia, baik itu melalui penyataan umum maupun melalui penyataan khusus. Karena Tugas Roh Kudus salah satunya adalah menginsafkan dunia akan dosa (Yohanes 16:8). Tetapi Roh Kudus akan masuk ke dalam hati manusia ketika manusia itu menerima Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi atau ketika kita percaya (Efesus 1:13).

Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memlih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.” Kita dipilih di sini bukan untuk percaya, tetapi supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan Allah. Allah telah menentukan, bahwa barang siapa percaya akan diangkat menjadi anak-anakNya. Ini adalah berkat dari percaya. Allah tahu sebelumnya siapa yang akan percaya, maka Ia menjanjikan berkat-berkat yang merupakan efek dari iman percaya seseorang.

2 Tesalonika 2:13 “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” Ayat ini sama sekali tidak Unconditional, sebab di dalamnya kita menemukan Allah memilih orang untuk diselamatkan dengan dua syarat, yaitu di dalam Roh yang menguduskan dan di dalam kebenaran yang kamu percayai. Kebenaran apa yang mereka percayai? Tentu kebenaran yang menyatakan, bahwa Kristus telah menebus dosa seisi dunia dan barang siapa yang percaya kepadaNya pasti selamat.

Roma 11:1-4 “umat yang dipilih” dalam ayat ini bukan berbicara masalah pemilihan keselamatan, tetapi merujuk pada pemilihan bangsa yang menurunkan Mesias. Suatu bangsa yang akan eksis sampai tibanya masa tribulasi. Apakah semua Israel akan diselamatkan? Tidak! Lihat dalam Roma 10:1-3 dan dalam Roma 1:7 “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya” apa yang dikejar oleh Israel? Roma 9:31,32 “Tetapi: bahwa Israel sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidak sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.” Israel mengejar kebenaran dengan melakukan hukum Taurat bukan percaya kepada Mesias yang Allah utus kepada mereka. Jadi mengejar dengan iman adalah untuk memperoleh keselamatan. Dalam ayat ini ada perbedaan perbuatan dengan iman. Menurut Alkitab iman itu bukan perbuatan, tetapi menurut Kalvinis iman itu adalah perbuatan sekalipun timbul dari pendengaran akan firman Kristus. Akibatnya mereka mengklaim bahwa orang yang percaya, yang bisa merespon atau orang yang dapat percaya mereka sebut synergisme. Ada Kalvinisme mengatakan, bahwa dalam hal iman manusia tidak ada andil sama sekali. Allahlah yang menaruh iman kepada orang yang Ia kehendaki secara unconditional supaya selamat. Jika demikian Allah jugalah secara aktif dan unconditional tidak memberi iman kepada orang yang Ia tidak sukai. Bila demikian siapakahkah yang salah bila manusia masuk neraka? Secara logika dan tata bahasa, jikalau mengikuti pemahaman Kalvinis, manusia masuk ke neraka adalah karena Allah tidak memberikan iman kepada manusia berdosa itu.

Saya percaya bahwa keselamatan itu dari Allah dan tanpa bantuan atau andil manusia. Manusia diperintahkan Allah untuk percaya atau meresponi keselamatan yang telah Ia sediakan dengan iman. Iman bukanlah perbuatan, tetapi dengan imanlah seseorang dapat dibenarkan Allah dan itu (iman) di hadapan Allah bukan sebuah perbuatan (Roma 4:1-5 ada pekerjaan yang bukan perbuatan, yakni Iman).

Galatia 1:15 ”tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya,” pemilihan dalam kandungan yang sama dengan Yeremia adalah pemilihan bukan untuk keselamatan, tetapi pemilihan untuk tugas pelayanan.

Hal yang membingungkan kalangan Kalvinis,

1. Apakah semua bayi yang meninggal sebelum akil baliq masuk Surga atau Neraka? Jika semua masuk surga, apakah dasar alkitabiahnya? Jika hal ini dikaitkan dengan konsep pemilihan dan reprobat? Apakah bayi orang pilihan masuk Surga, bayi yang bukan orang pilihan masuk Neraka? Jikalau demikian, berarti pemilihan itu bersifat kondisional. Mengapa? Karena bayi masuk bergantung kepada kondisi orangtuanya, apakah dia orang pilihan atau bukan?
2. Bagaimana dengan malaikat? Apakah ada malaikat yang terpilih dan malaikat non pilihan?

Dalam sistematika teologia Kalvinis malaikat dipercaya yang dipilih dan ada juga yang tidak. Tetapi dalam pemilihan malaikat sifatnya Supralapsarianisme. Yang menjadi permasalahan, banyak orang Kalvinis tidak berani berdiri dalam posisi ini.

Sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag-5-end