Minggu, 31 Mei 2009

Berita Mingguan 30 Mei 2009

Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin- subscribe@ yahoogroups. com

SATU LAGI PEMENANG AMERICAN IDOL YANG KRISTEN: DUNIA SEKALIGUS KRISTUS
Pemenang baru dari acara televisi yang sangat duniawi, American Idol, adalah Kris Allen, seorang "Kristen yang saleh" yang juga adalah worship leader di Gereja New Life di Conway, Arkansas, dan telah terlibat dalam pekerjaan misi di berbagai tempat. Sementara mengejar predikat sebagai American Idol, Allen menyanyikan lagu-lagu yang ditulis oleh para rockers kotor seperti Freddie Mercury yang homoseksual ("We Are the Champions"), Michael Jackson yang pernah dituntut pelecehan seksual terhadap anak-anak dan adalah seorang monster uniseks ("Man in the Mirror"), Marvin Gaye yang adalah seorang pecandu obat, prostitusi dan pornografi ("What's Going On?") dan rapper Kayne West ("Heartless" ), yang muncul dengan gaya yang sangat menghujat di sampul depan majalah Rolling menggambarkan Yesus memakai mahkota duri. Menurut Business Insider, adalah "fans-fans remaja putri" Allen yang mempertahankan dia dalam kompetisi itu ("Idol Finalist Kris Allen," 13 Mei 2009). Allen memberitahu gembala sidangnya bahwa "merasakan hangatnya lampu panggung dan melihat hadirin yang dengan semangat memandangi dia, mengingatkannya akan satu hal saja: yaitu pergi ke gereja." Tetapi hal ini hanya mungkin karena gereja-gereja kontemporer meniru dunia, tipe musik yang sama format band rock yang sama, gaya pertunjukan rock yang sama, pakaian yang sama, kecanduan yang sama terhadap back beat yang berat, dan filosofi "jangan menghakimi" yang sama. Pemenang-pemenang dan finalis-finalis lain dari kompetisi American Idol yang mengaku Kristen adalah Kelly Clarkson, Clay Aiken, Ruben Studdard, R.J. Helton, Chris Daughtry, Carry Underwood, Jordin Sparks, dan David Cook. Aiken dan Helton telah mengakui bahwa mereka adalah homoseksual. Pada tanggal 20 Oktober 2006, sebuah edisi majalah People mengutip Helton mengatakan, "Hanya karena saya gay bukan berarti saya tidak dapat mengasihi Allah. Saya sangat bangga dengan siapa saya." (Helton's Christian music albom Real Life sold 20,000 copies.) Aiken menjadi fitur dari sampul depan majalah People pada edisi 24 September 2008 dengan kata-kata, "Ya, saya gay." American Idol memang sudah memiliki nama yang tepat [`idol' adalah berhala dalam bahasa Indonesia], karena ia mewakili kultur pop modern dalam segala narsismenya, sensualitas kedagingannya, ketidaksopanannya, uniseksualitasnya, kesia-siaannya, dan kerelatifan moralnya. Para produsen dan juri-jurinya sama sekali tidak berpura-pura bahwa acara itu adalah acara yang saleh. Bahkan, acara ini adalah penggenapan yang sempurna akan dunia yang digambarkan dalam 1 Yohanes 2:16, dunia yang tidak boleh dikasihi oleh orang percaya, "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia" (1 Yoh. 2:16). Tidaklah mungkin untuk mengasihi dunia dan Kristus sekaligus. Firman Allah mengatakan "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" (Yak. 4:4). Kekristenan yang diwakili oleh para kontestan American Idol bukanlah kekristenan yang Alkitabiah; itu adalah kekristenan sesat yang telah diprediksikan dalam nubuatan Alkitab, kekristenan yang "hidup menurut hawa nafsu sendiri." "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya" (2 Tim. 4:3).
Editor: Hal yang menyedihkan yang sama adalah bahwa begitu banyak orang Indonesia yang kecanduan dengan Indonesian Idol.

BART EHRMAN: SEORANG TIDAK PERCAYA YANG BERMASALAH DENGAN ALLAH
Bart Ehrman adalah penulis dari buku "God's Problem: How the Bible Fails to Answer Our Most Important Question – Why We Suffer." Ehrman adalah seorang "ahli Alkitab" yang lalu menolak akar-akar fundamentalisnya untuk berpaling kepada padang gurun agnostikisme yang mematikan. Hari ini dia terutama bergerak dalam mengkritik iman Perjanjian Baru Kristen sambil berpura-pura menghormatinya. Karena ketidakpercayaannya , dia telah menjadi semacam anak kesayangan dari media umum. Ia telah diwawancarai di History Channel, Discovery Channel, National Public Radio, National Geographic, BBC, Washington Post, CNN, dan lain-lainnya. Ehrman mengklaim bahwa salah satu titik balik dalam perjalanannya menuju ketidakberimanan adalah ketidakmampuannya menjawab mengapa Allah yang mahakuasa membiarkan penderitaan di dunia ini. Alkitab menjawab pertanyaan ini, tetapi Ehrman tidak suka jawabannya, jadi dia berpura-pura bahwa jawabannya tidak bagus. Jawabannya adalah bahwa Allah menciptakan manusia sempurna dan menaruhnya di sebuah taman firdaus yang indah, tetapi manusia juga diciptakan dengan kehendak yang dapat memberontak melawan hukum Allah. Pada saat yang sama, Allah bukan hanya maha penyayang, Ia adalah Allah yang kudus dan adil dan Dia menghukum pelanggaran terhadap hukumNya. Jika ini tidak benar, maka dasar moral dalam alam semesta ini hancur dan anarki akan berkuasa (sebagaimana memang terjadi di dunia yang tanpa Allah ini). Upah dosa ialah maut (Rom. 6:23), dan Allah telah menghukum dunia karena dosanya. Pada saat yang sama, Allah telah menyediakan jalan keselamatan dengan harga yang mahal bagi diriNya sendiri. Ia mengutus AnakNya yang kekal ke dalam dunia, lahir dari seorang perawan, untuk menjadi daging sebagai seorang manusia yang tidak berdosa dan untuk mati suatu kematian yang mengerikan di atas salib untuk membayar hukuman yang seharusnya diterima oleh orang berdosa. Ia bangkit dari maut dan memerintahkan agar Injil (kabar baik) diberitakan kepada semua orang, menawarkan keselamatan kekal bagi mereka yang bertobat and percaya. Allah telah memberikan manusia terang (Yoh. 1:9), tetapi sebagian besar menolaknya. Itu bukan salah Allah. Tidak ada yang tidak benar tentang Allah dalam Alkitab, tetapi Dia adalah Allah dan Dia tidak perlu memberi pertanggungan jawab kepada manusia. Allah dibenarkan oleh mereka yang percaya. Bukan Allah yang memiliki masalah. Adalah Bart Ehrman-Bart Ehrman dalam dunia ini yang bermasalah, dan ini bukan masalah yang bisa selesai setelah masuk kubur.

ROBERT DICK WILSON: SEORANG TERPELAJAR YANG HEBAT YANG PERCAYA ALKITAB
Dalam buku-buku, ceramah-ceramah, dan wawancara-wawancara nya, Bart Ehrman dan teman-teman modernisnya ingin membuat semua orang percaya bahwa tidak ada ahli Alkitab yang sejati yang menerima bahwa akurasi sejarah Alkitab dapat dipertahankan. Tetapi ini adalah nonsense! Banyak sekali ahli dan orang-orang terpelajar yang mempertahankan Alkitab sebagai kitab yang diilhamkan secara ilahi. ROBERT DICK WILSON telah disebut "barangkali otoritas yang paling menonjol dalam bidang bahasa-bahasa kuno Timur Tengah." Ketika dia tamat dari Princeton pada usia 20 tahun, ia dapat membaca Perjanjian Baru dalam 9 bahasa. Sampai akhirnya ia telah mempelajari 45 bahasa, termasuk semua bahasa yang ada terjemahan Alkitabnya sebelum tahun 600 M. Pada usia 25 tahun, Wilson memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya guna menyelidiki kebenaran sejarah Alkitab untuk melihat apakah dapat dipertahankan melawan serangan theologi modernisme. Berdasarkan umur panjang para pendahulunya, ia memperkirakan bahwa ia mungkin memiliki 45 tahun lagi untuk proyek tersebut. Membagi masa kerja ini menjadi tiga bagian, ia mengkhususkan 15 tahun pertama untuk menguasai semua bahasa yang ada hubungannya dengan teks Perjanjian Lama, dan 15 tahun berikutnya untuk mempelajari Perjanjian Lama itu sendiri, dan 15 tahun terakhir untuk menuliskan hasil risetnya tersebut. Bahasa-bahasa yang dia pelajari antara lain adalah Babilonia, Etiopia, Fenisia, Aram, Mesir, Koptik, Persia, Armenia, Arab, dan Siria. Pusat Sejarah Gereja Presbyterian di Amerika mendaftarkan lebih dari 100 tulisan Wilson yang telah dipublikasikan. Ketika ditanya mengenai apa yang ia coba berikan kepada kurang lebih 2000 murid yang duduk di bawah pelayanannya, Wilson menjawab, "saya mencoba untuk memberikan mereka iman yang sedemikian intelijen terhadap Kitab Suci Perjanjian Lama, sehingga mereka tidak akan lagi meragukannya seumur hidup mereka. Saya mencoba untuk memberikan mereka bukti. Saya mencoba untuk menunjukkan kepada mereka bahwa ada dasar yang masuk akal untuk mempercayai sejarah Perjanjian Lama. Saya pernah mengalami hari-hari saat saya gemetar untuk memulai suatu penyelidikan baru, tetapi saya sudah melampaui tahap itu. Saya telah menjadi yakin sekali, bahwa tida ada satu orang pun yang tahu cukup banyak untuk menyerang kebenaran Perjanjian Lama. Dalam situasi apapun di mana ada cukup bukti dokumenter untuk melakukan penyelidikan, pernyataan-pernyata an Alkitab, dalam teks-teks aslinya, telah melalui segala ujian" (Robert Dick Wilson, Is the Higher Criticism Scholarly? kata depan oleh Philip Howard, 1922). Mengapakah Robert Dick Wilson mempercayai Alkitab dan mengajar murid-muridnya untuk mempercayainya dan percaya pada Allah, sementara Bart Ehrman tidak mempercayai Alkitab dan menyuruh murid-muridnya untuk menjadi skeptis? Ini bukanlah masalah Ehrman lebih terpelajar. Ini masalah iman. Seperti yang dikatakan Yesus, hati yang tidak percaya tidak akan diyakinkan walaupun para saksi muncul dari antara orang mati (Lukas 16:31).

MENGAPAKAH KETIDAKBERIMANAN BERKUASA DI KALANGAN TERTINGGI "AHLI-AHLI" ALKITAB?
Fakta bahwa ketidakberimanan mendominasi para pelajar dan "ahli" Alkitab hari ini adalah penggenapan nubuat Alkitab dan adalah bukti lebih lanjut bahwa Alkitab tiada salah. Sekitar 2000 tahun yang lalu, rasul Paulus mengintip lorong waktu dan membuat prediksi berikut mengenai hari-hari terakhir: " Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.....Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!........ yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran... ....sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.. ......Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng" (2 Tim. 3:1, 5, 7, 13, 4:3-4). Paulus menubuatkan bahwa jalannya zaman gereja akan diwarnai oleh kesesatan yang semakin hebat, oleh serangan guru-guru palsu yang akan menyangkali iman, dan itulah persis yang kita lihat hari ini. Nubuat-nubuat lain menggambarkan kedatangan dan penghakiman atas guru-guru Alkitab yang menyangkali Kristus sebagai Tuhan, yaitu persisi yang dilakukan oleh Bart Ehrman dan teman-teman liberalnya (mis. 2 Petrus 2; Yudas). Jika Perjanjian Baru adalah suatu kumpulan mitos dan kebohongan sebagaimana diklaim oleh orang-orang seperti Bart Ehrman, mengapakah ia mengandung nubuatan yang sedemikian tepat?

Tidak ada komentar: