Menyembah Sepakbola
Salah satu ilah masyarakat modern adalah olahraga profesional, dan ini diperlihatkan dengan sangat nyata baru-baru ini oleh sebuah klub sepakbola Jerman. Sebuah ruangan eksekutif di Stadium Millerntor di Hamburg memiliki fitur jendela kaca yang berwarna, lilin-lilin, dan sebuah mezbah bagi sepakbola, juga gambaran akan para pemain sebagai santo-santo (“Worshipping the Beautiful Game,” orange.co.uk, 18 Mei 2010). Ruangan ini adalah milik perusahaan marketing Jung von Matt. Mereka patut diacungin jempol karena mau mengakui bahwa mereka sedang menyembah berhala. Ada banyak fans sepakbola (dan olahraga lain) yang andai saja lebih jujur, juga harus menggelar lilin-lilin di hadapan klub/tokoh/olahraga favorit mereka.
Paus Mengatakan Maria “Ada di Semua Tempat di Setiap Waktu”
Berbicara dari jendela apartemen kepausan yang menghadap Lapangan St. Peter pada tanggal 23 Mei, Paus Benediktus XVI meninggikan Maria dengan sifat-sifat ilahi. Ia mengatakan bahwa “tidak ada Pentakosta tanpa Maria” dan mengklaim bahwa “dia [Maria] ada di semua tempat di setiap waktu” (“No Church without Pentecost, no Pentecost without Mary,” EWTN News, 23 Mei 2010). Pernyataan hujat ini memberikan sifat kemahahadiran kepada makhluk ciptaan.
Paus juga berdoa kepada Regina Coeli (Ratu Surga), meminta Allah untuk mengizinkan “bahwa melalui syafaat Perawan Maria kita bisa mendapatkan sukacita hidup yang kekal.” Tidak jauh dari Vatikan ada Basilica of Saint Mary Major, salah satu dari empat basilika kepausan, dan di sana ada salib setinggi 4 meter dengan Maria tergantung pada salib itu bersama Yesus. Fakta bahwa orang-orang Injili hari ini tidak mempersalahkan Gereja Roma Katolik dengan nada yang jelas untuk penghujatan-penghujatan dan kesesatan-kesesatannya, dan juga banyaknya orang kudus yang telah ia siksa dan bunuh, adalah bukti yang tidak terbantahkan akan kebutaan dan kesesatan rohani kaum Injili. Kondisi yang sangat memprihatinkan ini, antara lain, adalah buah dari filosofi penginjilian ekumene Billy Graham, dan jika Denominasi Southern Baptist memiliki kehidupan rohani dan keyakinan rohani yang sejati, mereka seharusnya sudah mempersalahkan Graham puluhan tahun yang lalu, bukannya meninggikan dia sebagai seorang hamba Tuhan yang besar. Southern Baptist hari ini adalah Sardis. Ia seolah hidup, tetapi mati. Dan banyak sekali gereja-gereja Baptis Independen yang juga mengikut dengan cepat langkah-langkah kompromi ini dengan cara mengurangi peneguran akan kesalahan, melemahkan doktrin pemisahan, dan lebih membenci orang-orang yang menegur daripada orang-orang yang berkompromi.
Dalai Lama Menarik Khalayak Ramai di Amerika
Baru-baru ini Dalai Lama, yang dijuluki “bintang rock dalam agama,” membuat Radio City Music Hall di New York City penuh sesak. Raja-allah Budha dari Tibet ini telah meningkat pesat sejak waktu ia masih seorang tokoh agama kecil di negara asalnya. Hari ini ia adalah tokoh utama dalam gerakan New Age, mempromosikan kerohanian yang sinkretistik dan mistis yang menolak dogmatisme doktrinal dan lebih suka pendekatan individualistik terhadap kebenaran. Tema tur Amerika-nya yang sedang berlangsung saat ini adalah “Toward a True Kinship of Faiths.” Ia mengatakan, “Saya seorang Budha. Menurut praktek saya sendiri, Budha adalah yang terbaik. Tetapi….setiap orang memiliki iman yang berbeda. Jadi menurut setiap orang, agamanya yang terbaik baginya” (“The Dalai Lama Packs Radio City,” FoxNews.com, 21 Mei 2010). Hal yang utama, menurut Dalai Lama, adalah bahwa semua agama dihormati dan tidak ada yang membuat klaim-klaim eksklusif. Ia memperingatkan bahwa “ekstrimisme agama” adalah berbahaya bagi perdamaian dunia. Dalam kata pengantar yang ia tulis di buku Spiritual Politics, Dalai Lama memperingatkan, “Pikiran sempit dan pikiran yang berpusat pada diri sendiri baik bagi kita di masa lampau, tetapi hari ini hanya akan memimpin kepada kehancuran.” Semua yang dikatakan Dalai Lama itu bagus yang benar hanya jika tidak ada satu Allahyang benar dan bahwa Allah itu telah menyatakan diriNya tanpa salah!
EDITOR: Nubuat Alkitab semakin jelas akan tergenapi. Di akhir zaman, akan ada persatuan agama-agama. Semua agama akan dirangkul, dengan catatan tidak boleh mengatakan bahwa ia adalah satu-satunya jalan! Kekristenan yang sesat, yang sudah dikebirikan, dalam bentuk Gereja Esa Ekumene, akan ikut agama dunia ini, dan melepaskan klaim Yesus bahwa “Akulah jalan…tidak ada seorang punyang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Kekristenan yang masih mau tunduk pada kebenaran Alkitab, dan mengklaim bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan, akan dicap sebagai “fundamentalis ekstrim” yang sama berbahayanya dengan para teroris yang melakukan bom bunuh diri. Pada saat itu, akankah imanmu goyah? Mustahil anda akan kuat saat itu, jika saat ini saja anda tidak mau berdiri untuk kebenaran dan mendukung gereja yang benar.
Imam Anglikan Mendedikasikan Tempat Pembuatan Bir
Seorang imam Anglikan baru-baru ini “memberkati” sebuah tempat pembuatan bir baru di Edmonton, Alberta, Canada. “Reverend” Neil Gordon, Dekan dari Katedral All Saints, memberkati baik itu bangunannya maupun peralatan-peralatannya (“Edmonton’s Newest Brewery Opens with a Blessing,” Edmonton Journal, 20 Mei 2010). Juru pembuat bir, Scott Harris, mengatakan bahwa tradisi pemberkatan bagi tempat-tempat pembuatan bir adalah tradisi yang sudah sangat kuno. Bahkan, ini berasal dari Gereja Roma Katolik, dan para Protestan mempertahankan kecintaan mereka minum-minum ketika mereka “meninggalkan” Roma. Gereja Roma Katolik begitu cinta akan minuman keras, ia harus mendirikan pusat-pusat rehabilitasi untuk “mengeringkan” imam-imam yang kecanduan alkohol. Saya ingat sebuah misa Katolik yang saya saksikan pada tahun 1987 di New Orleans sementara menghadiri sebuah konferensi ekumene sebagai insan pers. Para imam minum anggur berkendi-kendi. Sangatlah mengajar bagi kita bahwa gambaran Gereja Pelacur di Wahyu 17:1-6 menyinggung masalah minum-minum sampai empat kali. Setelah melakukan riset yang mendalam tentang Emerging Church pada tahun 2008, saya terkesan dengan fakta bahwa mereka juga cinta minuman keras. “Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya” (Amsal 20:1).
Para Ilmuwan (Tanpa Sadar) Membuktikan Bahwa Kehidupan Didesain Secara Intelijen
Minggu lalu, Time.com memuat sebuah artikel berjudul “Scientist Creates Life,” yang menggambarkan terobosan baru dalam bidang genetika. Sebuah tim yang dipimpin oleh J. Craig Venter “merangkaikan keseluruhan genome suatu bakteria, lalu memasukkan instruksi genetik tersebut ke dalam bekteria lainnya” dan “sel itu hidup.” Artikel itu lalu berlanjut dan membuat klaim yang sangat konyol bahwa “kehidupan telah diciptakan,” padahal faktanya tidak ada apa-apa yang diciptakan. Bukannya ingin mengecilkan tingkat kesulitan dari apa yang telah dilakukan oleh tim ilmuwan ini, tetapi faktanya adalah mereka hanyalah memanipulasi kehidupan yang sudah ada sebelumnya. Mereka tidak menciptakan satu protein atau organel pun, jangankan suatu sel yang hidup. Sebagai seorang yang mata pencahariannya adalah pengajar biologi, Kenneth Poppe mengobservasi, “Bahkan mengkonstruksi sebuah organel vital dalam sebuah sel sekalipun, misalnya sebuah mitokondria, tidak dapat dibayangkan karena kompleksitasnya sangat luar biasa” (Reclaiming Science from Darwinism, 2006, hal. 35). Sebenarnya, terobosan Venter yang mengagumkan justru membuktikan sekali lagi dan secara pasti bahwa kehidupan didesain secara intelijen. Diperlukan sebuah tim yang terdiri dari ilmuwan-ilmuwan yang brilian puluhan tahun, dengan memakai pengetahuan yang sudah ditemukan oleh ribuan ilmuwan lain sebelum mereka, untuk berhasil memanipulasi DNA bakteri ini. Jika intelijen yang sebesar ini diperlukan untuk melakukan sesuatu yang relatif sederhana ini, betapa lebih lagi diperlukan untuk mendesain dan membangun sebuah sel yang hidup dan dapat berkembang biak! Lebih lanjut lagi, Venter dan timnya menduplikasikan programming dalam DNA sel yang sangat kompleks tersebut dengan menggunakan komputer-komputer yang sangat canggih. Ini juga menunjuk kepada Intelligent Design. DNA manusia jauh lebih kompleks daripada Windows 7 atau OS X-nya Apple, dan siapa yang berani berkata bahwa kedua sistem operasi yang brilian itu berevolusi melalui suatu proses evolusi yang buta dan acak? Seperti yang dikatakan oleh mantan atheis, Anthony Flew, “Bagi saya, sepertinya penemuan-penemuan dalam bidang riset DNA selama lebih dari 50 tahun telah memberikan materi baru yang sangat kuat bagi argumen bahwa semua ini didesain.”
Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/
Salah satu ilah masyarakat modern adalah olahraga profesional, dan ini diperlihatkan dengan sangat nyata baru-baru ini oleh sebuah klub sepakbola Jerman. Sebuah ruangan eksekutif di Stadium Millerntor di Hamburg memiliki fitur jendela kaca yang berwarna, lilin-lilin, dan sebuah mezbah bagi sepakbola, juga gambaran akan para pemain sebagai santo-santo (“Worshipping the Beautiful Game,” orange.co.uk, 18 Mei 2010). Ruangan ini adalah milik perusahaan marketing Jung von Matt. Mereka patut diacungin jempol karena mau mengakui bahwa mereka sedang menyembah berhala. Ada banyak fans sepakbola (dan olahraga lain) yang andai saja lebih jujur, juga harus menggelar lilin-lilin di hadapan klub/tokoh/olahraga favorit mereka.
Paus Mengatakan Maria “Ada di Semua Tempat di Setiap Waktu”
Berbicara dari jendela apartemen kepausan yang menghadap Lapangan St. Peter pada tanggal 23 Mei, Paus Benediktus XVI meninggikan Maria dengan sifat-sifat ilahi. Ia mengatakan bahwa “tidak ada Pentakosta tanpa Maria” dan mengklaim bahwa “dia [Maria] ada di semua tempat di setiap waktu” (“No Church without Pentecost, no Pentecost without Mary,” EWTN News, 23 Mei 2010). Pernyataan hujat ini memberikan sifat kemahahadiran kepada makhluk ciptaan.
Paus juga berdoa kepada Regina Coeli (Ratu Surga), meminta Allah untuk mengizinkan “bahwa melalui syafaat Perawan Maria kita bisa mendapatkan sukacita hidup yang kekal.” Tidak jauh dari Vatikan ada Basilica of Saint Mary Major, salah satu dari empat basilika kepausan, dan di sana ada salib setinggi 4 meter dengan Maria tergantung pada salib itu bersama Yesus. Fakta bahwa orang-orang Injili hari ini tidak mempersalahkan Gereja Roma Katolik dengan nada yang jelas untuk penghujatan-penghujatan dan kesesatan-kesesatannya, dan juga banyaknya orang kudus yang telah ia siksa dan bunuh, adalah bukti yang tidak terbantahkan akan kebutaan dan kesesatan rohani kaum Injili. Kondisi yang sangat memprihatinkan ini, antara lain, adalah buah dari filosofi penginjilian ekumene Billy Graham, dan jika Denominasi Southern Baptist memiliki kehidupan rohani dan keyakinan rohani yang sejati, mereka seharusnya sudah mempersalahkan Graham puluhan tahun yang lalu, bukannya meninggikan dia sebagai seorang hamba Tuhan yang besar. Southern Baptist hari ini adalah Sardis. Ia seolah hidup, tetapi mati. Dan banyak sekali gereja-gereja Baptis Independen yang juga mengikut dengan cepat langkah-langkah kompromi ini dengan cara mengurangi peneguran akan kesalahan, melemahkan doktrin pemisahan, dan lebih membenci orang-orang yang menegur daripada orang-orang yang berkompromi.
Dalai Lama Menarik Khalayak Ramai di Amerika
Baru-baru ini Dalai Lama, yang dijuluki “bintang rock dalam agama,” membuat Radio City Music Hall di New York City penuh sesak. Raja-allah Budha dari Tibet ini telah meningkat pesat sejak waktu ia masih seorang tokoh agama kecil di negara asalnya. Hari ini ia adalah tokoh utama dalam gerakan New Age, mempromosikan kerohanian yang sinkretistik dan mistis yang menolak dogmatisme doktrinal dan lebih suka pendekatan individualistik terhadap kebenaran. Tema tur Amerika-nya yang sedang berlangsung saat ini adalah “Toward a True Kinship of Faiths.” Ia mengatakan, “Saya seorang Budha. Menurut praktek saya sendiri, Budha adalah yang terbaik. Tetapi….setiap orang memiliki iman yang berbeda. Jadi menurut setiap orang, agamanya yang terbaik baginya” (“The Dalai Lama Packs Radio City,” FoxNews.com, 21 Mei 2010). Hal yang utama, menurut Dalai Lama, adalah bahwa semua agama dihormati dan tidak ada yang membuat klaim-klaim eksklusif. Ia memperingatkan bahwa “ekstrimisme agama” adalah berbahaya bagi perdamaian dunia. Dalam kata pengantar yang ia tulis di buku Spiritual Politics, Dalai Lama memperingatkan, “Pikiran sempit dan pikiran yang berpusat pada diri sendiri baik bagi kita di masa lampau, tetapi hari ini hanya akan memimpin kepada kehancuran.” Semua yang dikatakan Dalai Lama itu bagus yang benar hanya jika tidak ada satu Allahyang benar dan bahwa Allah itu telah menyatakan diriNya tanpa salah!
EDITOR: Nubuat Alkitab semakin jelas akan tergenapi. Di akhir zaman, akan ada persatuan agama-agama. Semua agama akan dirangkul, dengan catatan tidak boleh mengatakan bahwa ia adalah satu-satunya jalan! Kekristenan yang sesat, yang sudah dikebirikan, dalam bentuk Gereja Esa Ekumene, akan ikut agama dunia ini, dan melepaskan klaim Yesus bahwa “Akulah jalan…tidak ada seorang punyang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Kekristenan yang masih mau tunduk pada kebenaran Alkitab, dan mengklaim bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan, akan dicap sebagai “fundamentalis ekstrim” yang sama berbahayanya dengan para teroris yang melakukan bom bunuh diri. Pada saat itu, akankah imanmu goyah? Mustahil anda akan kuat saat itu, jika saat ini saja anda tidak mau berdiri untuk kebenaran dan mendukung gereja yang benar.
Imam Anglikan Mendedikasikan Tempat Pembuatan Bir
Seorang imam Anglikan baru-baru ini “memberkati” sebuah tempat pembuatan bir baru di Edmonton, Alberta, Canada. “Reverend” Neil Gordon, Dekan dari Katedral All Saints, memberkati baik itu bangunannya maupun peralatan-peralatannya (“Edmonton’s Newest Brewery Opens with a Blessing,” Edmonton Journal, 20 Mei 2010). Juru pembuat bir, Scott Harris, mengatakan bahwa tradisi pemberkatan bagi tempat-tempat pembuatan bir adalah tradisi yang sudah sangat kuno. Bahkan, ini berasal dari Gereja Roma Katolik, dan para Protestan mempertahankan kecintaan mereka minum-minum ketika mereka “meninggalkan” Roma. Gereja Roma Katolik begitu cinta akan minuman keras, ia harus mendirikan pusat-pusat rehabilitasi untuk “mengeringkan” imam-imam yang kecanduan alkohol. Saya ingat sebuah misa Katolik yang saya saksikan pada tahun 1987 di New Orleans sementara menghadiri sebuah konferensi ekumene sebagai insan pers. Para imam minum anggur berkendi-kendi. Sangatlah mengajar bagi kita bahwa gambaran Gereja Pelacur di Wahyu 17:1-6 menyinggung masalah minum-minum sampai empat kali. Setelah melakukan riset yang mendalam tentang Emerging Church pada tahun 2008, saya terkesan dengan fakta bahwa mereka juga cinta minuman keras. “Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya” (Amsal 20:1).
Para Ilmuwan (Tanpa Sadar) Membuktikan Bahwa Kehidupan Didesain Secara Intelijen
Minggu lalu, Time.com memuat sebuah artikel berjudul “Scientist Creates Life,” yang menggambarkan terobosan baru dalam bidang genetika. Sebuah tim yang dipimpin oleh J. Craig Venter “merangkaikan keseluruhan genome suatu bakteria, lalu memasukkan instruksi genetik tersebut ke dalam bekteria lainnya” dan “sel itu hidup.” Artikel itu lalu berlanjut dan membuat klaim yang sangat konyol bahwa “kehidupan telah diciptakan,” padahal faktanya tidak ada apa-apa yang diciptakan. Bukannya ingin mengecilkan tingkat kesulitan dari apa yang telah dilakukan oleh tim ilmuwan ini, tetapi faktanya adalah mereka hanyalah memanipulasi kehidupan yang sudah ada sebelumnya. Mereka tidak menciptakan satu protein atau organel pun, jangankan suatu sel yang hidup. Sebagai seorang yang mata pencahariannya adalah pengajar biologi, Kenneth Poppe mengobservasi, “Bahkan mengkonstruksi sebuah organel vital dalam sebuah sel sekalipun, misalnya sebuah mitokondria, tidak dapat dibayangkan karena kompleksitasnya sangat luar biasa” (Reclaiming Science from Darwinism, 2006, hal. 35). Sebenarnya, terobosan Venter yang mengagumkan justru membuktikan sekali lagi dan secara pasti bahwa kehidupan didesain secara intelijen. Diperlukan sebuah tim yang terdiri dari ilmuwan-ilmuwan yang brilian puluhan tahun, dengan memakai pengetahuan yang sudah ditemukan oleh ribuan ilmuwan lain sebelum mereka, untuk berhasil memanipulasi DNA bakteri ini. Jika intelijen yang sebesar ini diperlukan untuk melakukan sesuatu yang relatif sederhana ini, betapa lebih lagi diperlukan untuk mendesain dan membangun sebuah sel yang hidup dan dapat berkembang biak! Lebih lanjut lagi, Venter dan timnya menduplikasikan programming dalam DNA sel yang sangat kompleks tersebut dengan menggunakan komputer-komputer yang sangat canggih. Ini juga menunjuk kepada Intelligent Design. DNA manusia jauh lebih kompleks daripada Windows 7 atau OS X-nya Apple, dan siapa yang berani berkata bahwa kedua sistem operasi yang brilian itu berevolusi melalui suatu proses evolusi yang buta dan acak? Seperti yang dikatakan oleh mantan atheis, Anthony Flew, “Bagi saya, sepertinya penemuan-penemuan dalam bidang riset DNA selama lebih dari 50 tahun telah memberikan materi baru yang sangat kuat bagi argumen bahwa semua ini didesain.”
Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar