Senin, 30 Mei 2011

MENGAPA SAYA MENJADI ORANG BAPTIS

“Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:18-20).
Petrus menjelaskan kepada kita, “Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” (1Ptr. 3:15). Ini adalah alasan yang baik mengapa setiap or­ang Baptis harus dapat menjelaskan mengapa ia menjadi orang Baptis. Setiap orang Baptis harus dapat memberikan alasan mengapa ia menjadi orang Baptis: dan sebaliknya, karena Sang Guru tidak pernah mendirikan jemaat lain, setiap orang, yang bukan Baptis, harus dapat memberikan alasan yang baik dan cukup memuaskan Tuhan Yesus pada hari penghakiman, mengapa ia tidak menjadi orang Baptis. Jika jemaat yang Yesus bangun adalah jemaat Baptis, maka tidak ada jemaat lain, selain jemaat Baptis yang adalah gereja Kristus dan setiap orang harus menghadap Tuhan Yesus pada hari penghakiman dan menjelaskan kepada-Nya mengapa ia bergabung dengan gereja-gereja yang didirikan oleh manusia, dan tidak bergabung dengan satu-satunya jemaat yang didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri.

Ada banyak yang bisa dibicarakan sekarang tentang komunitas gereja. Mengapa jemaat-jemaat Baptis tidak mau bergabung dengan gereja-gereja lain atau berkomunitas dengan organisasi gereja tertentu? Jika kita tidak menyerahkan apa pun dari diri kita, itu mungkin akan lebih dapat kita terima. Kita senang mendukung dan berhubungan dengan orang lain. Namun, janganlah kita menyerahkan diri kita dan hati nurani kita. Rancangan yang diperintahkan Sang Guru Agung kepada jemaat mula-mula adalah “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”
Dasar dan kekhususan doktrin Baptis dan semua yang lain yang didasarkan pada doktrin-dokrin Baptis adalah bahwa: “Alkitab cukup, Alkitab saja, yang merupakan satu-satunya dasar dari semua iman dan praktik.” Jika Anda tidak dapat menemukanya dalam Alkitab, berarti itu bukan doktrin Baptis; jika itu adalah doktrin Baptis, maka Anda dapat menemukannya dalam Alkitab. Ini adalah semboyan pemberitaan kita. Otoritas kita untuk membuat kekhususan pengajaran kita ini adalah amanat, yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita, sebagai Kepala dan Pendiri jemaat Baptis pertama.
Hamba Allah diutus untuk mempersiapkan orang-orang yang akan Yesus bentuk menjadi jemaat-Nya telah dipanggil Allah sendiri sebagai the Baptist. “Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis (John the Baptist) di padang gurun Yudea” (Mat. 3:1). Mengapa dia disebut John the Baptist? Ia tidak disebut the Baptist karena ia telah membaptis. Ia disebut the Baptist oleh Tuhan sebelum ia membaptis orang, sebelum ia memberitakan Injil. Ia disebut the Baptist karena pekerjaan Allah yang mengutus dia untuk melakukan pekerjaan-Nya. “Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes” (Yoh. 4:1). Misinya sama dengan misi yang selalu dimiliki oleh orang Baptis. Yohanes disebut the Baptist karena misinya untuk memuridkan dan membaptiskan murid tersebut. Orang-orang Baptis adalah sekelompok kecil jemaat yang masih bekerja sesuai dengan misi ini – yaitu orang yang menjadikan murid, dan kemudian membaptiskan mereka dan tidak membaptis seorang pun kecuali orang itu telah menjadi murid atau orang Kristen sejati.
Yohanes Pembaptis membaptis Kristus dan kedua belas rasul; dan jemaat Kistus di bangun di atas mereka, “dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20). Karena material jemaat yang dibangun Yesus telah dipersiapkan oleh pengkhotbah Baptis, maka itu pulalah yang menjadi materi organisme jemaat dan menjadi asal-usul gereja Baptis. Oleh sebab itu, jemaat yang Yesus sebut “jemaat-Ku” adalah jemaat Baptis. Kepada jemaat ini, Dia memberikan Amanat Agung-Nya: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:18-20).
Amanat Agung-Nya adalah program jemaat ini dan untuk setiap jemaat Baptis sampai Dia datang kembali. Amanat Agung-Nya sangat jelas. Jemaat Baptis diperintahkan untuk mengajarkan segala sesuatu yang Tuhan telah perintahkan. Mereka tidak diperintahkan untuk mengajarkan apa pun yang belum Dia perintahkan. Itulah sebabnya Doktrin Baptis adalah segala sesuatu yang telah diperintahkan dan diajarkan oleh Kristus dan rasul-rasul-Nya dan tidak ada yang lainnya. Jika suatu ajaran tidak ada dalam Alkitab, itu bukan doktrin Baptis; dan jika suatu ajaran adalah doktrin Baptis, maka Anda dapat menemukannya dalam Alkitab. Amanat Agung menjelaskan agar kita pergi dan memberitakan Injil kepada segala makhluk. Itulah sebabnya mengapa kita adalah para misionaris Baptis. Anggota jemaat ini atau jemaat Baptis lainnya yang tidak percaya dalam misi ini atau yang tidak melakukan sesuatu untuk misi ini adalah orang-orang munafik dan tidak taat kepada pesan terakhir Sang Kepala jemaat dan warisan sejarah jemaat Baptis.
Alkitab menegaskan bahwa perintah-Nya kepada kita adalah, “pergi, menjadikan murid” dan membaptis mereka. “Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kis. 11:26). Murid adalah orang Kristen. The Oxford Bible dalam Matius 28:19 menerjemahkan kata-kata ini demikian, “teach­ing all nations, or making Christians of all nations.” Yesus tidak membaptis seorang pun, kecuali para murid atau orang Kristen. Karena alasan inilah, orang Baptis tidak membaptiskan bayi, tidak membaptiskan orang yang masih terhilang, tidak membaptis orang berdosa, para pencemooh, tidak seorang pun, kecuali mereka yang telah menyatakan dirinya menjadi orang Kristen lahir baru; karena Yesus, pendiri jemaat Baptis, tidak membaptiskan seorang pun, selain para murid atau orang-orang Kristen. Dia meninggalkan teladan kepada kita dan menjelaskan kepada kita untuk hidup di jalan-Nya. Itulah sebabnya mengapa orang Baptis beranggapan bahwa anggota jemaat haruslah orang yang telah lahir baru. Yesus menegaskan ini kepada kita “lakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Yesus berjalan sekitar tujuh puluh lima kilometer untuk dibaptis di Sungai Yordan oleh pengkhotbah Baptis pertama. Ini membuat jelas mengapa orang Baptis begitu mempertahankan baptisan selam. Mereka melakukannya seperti yang diajarkan dan dilakukan oleh Guru Agung. Alkitab, buku penuntun kita, menjelaskan masalah baptisan dengan begitu jelas dan terang dan siapa pun dapat membacanya dari Buku ini, jika mereka mau. Itulah sebabnya mengapa banyak orang pada umumnya adalah orang Baptis.
Ketika tidak ada orang Baptis di Jerman, John G. Oncken, yang menjadi Baptis karena membaca Perjanjian Baru, pergi ke Inggris dan menemui pengkhotbah Baptis untuk membaptiskan dia. I.N. Yohannon, seorang Persia, bertobat di bawah bimbingan misionaris Presbyterian, membaca Perjanjian Baru dan pergi dari Persia ke New York untuk memperoleh baptisan dari jemaat Baptis. Di kepulauan Cuba, Diaz menjadi orang Baptis dengan membaca Perjanjian Baru. Itulah sebabnya mengapa negara Parihyba, Brazil, orang-orang yang bertobat di bawah pelayanan para misionaris Presbyterian dan menjadi Baptis melalui membaca Perjanjian Baru, meminta pengkhotbah Baptis di Pernambuco untuk datang membaptiskan mereka.
Alkitab berkata, “Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan or­ang-orang datang ke situ untuk dibaptis” (Yoh. 3:23). Orang-orang Baptis percaya apa yang Alkitab katakan dan mencari tempat yang “banyak airnya” ketika mereka pergi untuk membaptis. Alkitab berkata, “Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya” (Mat. 3:13). Itulah sebabnya mengapa orang Baptis pergi ke tempat yang banyak airnya dan tidak membawa air kepada calon orang yang akan dibaptis. Alkitab berkata bahwa Yesus dibaptis di sungai Yordan: “Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes” (Mrk. 1:9). Itulah sebabnya mengapa orang Baptis membaptis ke dalam air, alih-alih mencurahkan air ke atas calon orang yang akan dibaptis. Beberapa tahun yang lalu, A. J. Preston berjumpa dengan seorang hakim Presbyterian terkemuka di kota di mana ia menggembalakan jemaat pada waktu itu, orang itu berkata kepadanya, “Sudahkah Anda membaca koran pagi Birming­ham? Apakah Anda membaca di mana De Witt Talmage dibaptis oleh seseorang di sungai Yordan?” Preston menjawab, “Pak Hakim, saya ingin bertanya kepada kepada Anda satu pertanyaan, 'Bagaimana perasaan Anda ketika Anda membaca koran harian pagi bahwa seorang Pengkhotbah Presbyterian di abad ke-19 ini dibaptis seseorang di Sungai Yordan, Anda berkata bahwa orang itu menyelamkannya: dan kemudian ketika Anda membaca dalam Alkitab tentang pengkhotbah Baptis abad pertama yang membaptiskan Tuhan Yesus di Sungai Yordan, Anda mengingkari bahwa Ia diselamkan?'” Hakim Presbyterian itu tidak pernah menjawabnya. Alkitab berkata bahwa Filipus dan sida-sida pergi ke tempat yang banyak airnya: “Lalu or­ang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida­sida itu, dan Filipus membaptis dia” (Kis. 8:38). Itulah sebabnya mengapa cara inilah yang harus dilakukan saat ini.
Alkitab juga menjelaskan bahwa baptisan itu menggambarkan penguburan dan kebangkitan: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm. 6:3-4). Itulah sebabnya mengapa orang Baptis mempertahankan selam sebagai satu-satunya cara baptisan. Alkitab berkata bahwa Yesus setelah pembaptisan-Nya keluar dari air: “Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya” (Mrk. 1:10). Mencari yang “banyak airnya”, “turun ke air”, “masuk ke dalam air,” penguburan dan kebangkitan", dan “keluar dari air” seperti itulah seharusnya pembaptisan dilaksanakan. Itulah sebabnya mengapa orang Baptis tidak akan menerima doktrin yang bersumber dari perintah manusia. “Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Mat. 15:9).
Alkitab berkata, “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (Rm. 14:12). Karena alasan inilah, or­ang Baptis tidak memiliki bapak atau ibu atau sponsor dan tidak percaya mengenai perantara dalam ibadah. Kita tidak membaptiskan bayi atau tidak percaya akan keanggotaan bayi dalam jemaat, karena itu berarti menempatkan para pengkhotbah atau imam atau ordinansi atau sakramen lain antara jiwa dan Allah. Alkitab berkata: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1Tim. 2:5).
Orang Baptis percaya bahwa baptisan bayi adalah dosa menentang Allah dan menentang anak-anak kecil; karena itu mengambil hak anak untuk memutuskan bagi dirinya sendiri untuk menaati Yesus dalam hal baptisan, setelah ia dapat bertobat dan percaya Tuhan Yesus Kristus untuk hidup dan keselamatannya. Karena jemaat-jemaat Baptis menjadikan Alkitab sebagai satu-­satunya dasar iman dan praktik, mereka adalah satu­-satunya jemaat di sepanjang sejarah yang tidak pernah menghubungkan antara keselamatan dan baptisan, juga bagi bayi atau orang dewasa; tetapi selalu mempertahankan bahwa keselamatan adalah esensial untuk baptisan dan bukan baptisan esensial untuk keselamatan. Perintah Allah selalu pertama, keselamatan dan kemudian, baptisan. "Sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-­tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis. 2:47).
Petrus memberikan alasan tentang baptisan seisi keluarga Kornelius bahwa mereka semua telah menerima Roh Kudus. Itu berarti bahwa saat mereka dibaptiskan, mereka telah percaya Tuhan Yesus Kristus. “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya.” Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus: “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-or­ang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (Kis. 10:43-47).

“LEBIH MENAATI ALLAH DARIPADA MANUSIA"
Karena Alkitab berkata, “Sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Mat. 15:9), orang Baptis tidak percaya bahwa satu jemaat sama baiknya dengan jemaat lain dan tidak berpikir untuk menghilangkan perbedaan jemaat Anda. Karena semua jemaat lain selain jemaat-jemaat Baptis didirikan oleh manusia – bergabung dengan mereka berarti menaati perintah-perintah manusia, dan Alkitab berkata, “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis. 5:29). Orang Baptis tidak percaya bahwa istri harus bergabung menjadi anggota jemaat di mana suami berjemaat kecuali jika jemaat suaminya mengajarkan apa yang Alkitab ajarkan, karena Alkitab berkata, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk. 14:26). Loyalitas dan kesetiaan pertama yang harus ditunjukkan oleh setiap jiwa yang telah dibeli dengan darah Yesus Kristus adalah bahwa ia harus meninggalkan ayah dan ibu dan istri dan anak-anaknya dan semua sanak keluarga yang memiliki hubungan darah demi mengikut Kristus. Paulus berbicara tentang hal mengikut Kristus, “ia tidak mengenal orang menurut daging.” Baik laki-­laki maupun perempuan harus mengikut Kristus dalam hal bergabung menjadi anggota jemaat mana, bahkan jika seisi rumahnya menentang dia, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya” (Mat. 10:34-36).
Orang-orang Baptis menolak semua baptisan yang lain selain baptisan jemaat Baptis karena tidak ada yang lain dalam Alkitab. Yesus dan kedua belas rasul dibaptis dengan baptisan Baptis. Karena alasan inilah, kita tidak menerima semua baptisan selain baptisan Baptis. Orang yang menolak baptisan Baptis berarti mengikuti orang Farisi daripada mengikuti Yesus. “Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes” (Luk. 7:30). Oleh sebab itu, semua yang menolak baptisan Baptis adalah para pengikut Farisi dan “penghina Jemaat Allah”, yang telah dibangun oleh Yesus, dibaptis oleh pengkhotbah Baptis pertama: "Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa­apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji” (1Kor. 11:22). Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh” (1Kor. 12:28). Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya” (Kis. 1:21-22).

MENGAPA ORANG BAPTIS MENGAMBIL VOT­ING UNTUK MENERIMA SESESORANG MENJADI ANGGOTA JEMAAT?
Orang-orang Baptis adalah orang-orang yang menjunjung demokrasi. “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara” (Mat. 23:8). Orang Baptis tidak memiliki bos atau tuan. Karena itu, Thomas Jefferson memperoleh ide demokrasi dari gereja Baptis kecil di Virginia, ketika ia menghadiri Saturday business meetings. Saat pemerintahan tidak murni demokrasi, tetapi republik, jemaat-jemaat Baptis tetap murni demokratis. Pemerintahannya adalah “pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat dan untuk rakyat.” Mereka memilih pejabat-pejabat mereka sendiri. Petrus bukanlah Paus ataupun Bishop. Ia menyebut dirinya sendiri penatua begitu juga pengkhotbah-pengkhotbah Baptis lainnya: “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak” (1Ptr. 5:1). Ia tidak menetapkan pengganti Yudas Iskariot, tetapi 120 anggota jemaat Yerusalem yang mencalonkan dua saudara dan kemudian mereka berdoa dan mengundi mereka dan akhirnya undian jatuh pada Matias: “Pada hari-hari itu berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata: “Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.” —Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar. Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri “Hakal-Dama”, artinya Tanah Darah—. “Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain.Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. Mereka semua berdoa dan berkata: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.” Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu (Kis. 1:15-26). Petrus tidak menetapkan tujuh diaken; begitu juga para rasul bukanlah yang memilih para penatua dan penilik, melainkan kedua belas rasul memanggil murid-murid untuk berkumpul dan merekalah yang memilih tujuh diaken. “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari­hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Al­lah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka” (Kis. 6:1-6). Orang-orang Baptis tidak hanya mengikuti Alkitab dalam hal memilih pejabat-pejabat gereja mereka sendiri; tetapi mereka juga mengikuti Alkitab dalam hal menerima atau mengeluarkan keanggotaan gereja mereka sendiri. “Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid” (Kisah 9:26). Paulus mencoba untuk menggabungkan diri dengan gereja di Yerusalem, tetapi mereka menolaknya karena mereka tidak yakin akan pertobatannya. Paulus menjelaskan kepada jemaat di Roma “Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya” (Rm. 14:1), yang menunjukkan tentang bagaimana jemaat menerima seseorang menjadi anggotanya. Dalam 1 Korintus 5, Paulus menjelaskan kepada jemaat di Korintus untuk mengeluarkan anggota jemaat yang tidak layak dari keanggotaan dan kepada jemaat di Tesalonika, “Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami” (2Tes. 3:6). Jika tidak ada dalam Alkitab, maka itu bukan jemaat Baptis; jika itu adalah doktrin Baptis, maka ini pasti ada dalam Alkitab.
Karena alasan ini, orang-orang Baptis, percaya Perjamuan Tuhan tertutup. Yesus sendiri penganut Perjamuan secara tertutup. Dia tidak mengundang ibu-Nya, atau orang yang ada di rumah-Nya ketika Dia mengadakan Perjamuan Malam. Perintah bagi kita adalah menempatkan keselamatan dan baptisan sebelum Perjamuan Tuhan. Gereja di Yerusalem melaksanakan amanat pertama yaitu keselamatan, semua “orang yang menerima perkataannya itu,” dibaptis, dan kemudian menjadi anggota jemaat, tekun di bawah pengajaran para rasul, dan tekun dalam persekutuan jemaat sebelum mereka memecah-mecahkan roti. “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kis. 2:41-42). Paulus menjelaskan kepada jemaat di Korintus, “Sebab pertama-­tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai Jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan hal itu sedikit banyak aku percaya. Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji. Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan” (1Kor. 11:18-20). Oleh sebab itu, Perjamuan secara terbuka tidak mungkin. Perjamuan terbuka adalah perjamuan yang diikuti oleh berbagai macam sekte berbeda dan pengajaran berbeda dan doktrin-doktrin berbeda pula. Semua doktrin yang berbeda dengan Alkitab adalah sesat, dan Paulus berkata harus ada pemisahan atau seorang bidat tidak mungkin makan bersama dalam Perjamuan Tuhan. Jadi, Perjamuan harus bersifat tertutup atau tidak dapat disebut sebagai Perjamuan Tuhan.
Akhirnya, orang-orang Baptis, percaya bahwa jika seseorang telah diselamatkan, keselamatannya tidak dapat hilang. Sekali selamat, tetap selamat. Di antara doktrin yang kita pertahankan, tidak ada yang lebih banyak dukungan Alkitabnya selain doktrin ini. Yesus berkata tentang sekali seseorang diselamatkan “ia tidak akan pernah binasa”; bahwa ia “tidak akan pernah haus” dan oleh sebab itu tidak akan pernah pergi ke neraka karena di dalam neraka mereka kehausan. “Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini” (Luk. 16:24); bahwa ia “tidak akan ada yang dapat merebutnya”; bahwa “seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak­ Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Rm. 8:30). Paulus menunjukkan kepada kita bahwa semua yang Allah tentukan akan dipanggil, dibenarkan, dan dimuliakan. Melalui pra-pengetahuan Allah yang melampaui segala waktu sampai pemuliaan akhir, Paulus dengan jelas mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang Allah telah tentukan untuk diselamatkan, dapat terhilang sampai pemuliaan akhir. Oleh sebab itu, tidak mungkin seseorang tersesat. “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:38-39).
Ia menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dengan kasih Allah baik “maut maupun hidup,” sorga atau pun neraka, “baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah,” tidak dalam waktu, “baik yang ada sekarang maupun yang akan datang,” tidak ada batas “baik yang di atas, maupun yang di bawah” dan ia menambahkan “ataupun sesuatu makhluk lain” yang termasuk orang percaya itu sendiri “tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Orang-orang Baptis percaya bahwa sekali orang itu diselamatkan, ia akan tetap selamat, karena Alkitab mengatakan demikian.
Orang Baptis hanya menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya prinsip iman dan praktik hidup mereka. Itulah sebabnya mengapa saya menjadi orang Baptis. Jika Anda tidak dapat membaca ini dalam Alkitab berarti ini bukan doktrin Baptis; jika ini adalah doktrin Baptis maka Anda pasti dapat menemukannya dalam Alkitab.

Tidak ada komentar: