Selasa, 11 Agustus 2015

Berita Bulan JUNI 2015

PAUS MENGATAKAN IBLIS ADALAH BAPA DARI PERPECAHAN KRISTEN
(Berita Mingguan GITS 6 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Dalam sebuah pesan video kepada konferensi John 17 Movement yang baru-baru ini dilaksanakan di Phoenix, Paus Fransiskus mengatakan bahwa “perpecahan adalah karya dari 'Bapa Kebohongan'” dan bahwa dia (Iblis) “melakukan segala yang bisa dilakukan untuk membuat kita tetap terpecah” ("The Devil Knows Christians Are One," Catholic Herald, 25 Mei 2015). Paus mengatakan bahwa semua orang Kristen adalah satu, apakah itu “Injili, Ortodoks, Lutheran, Katolik, ataupun Apostolik.” John 17 Movement (Gerakan Yohanes 17) didasarkan pada penafsiran sesat terhadap Yohanes 17:21, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Para pemimpin gerakan ini antara lain adalah Robert Briggs dari American Bible Society, Uskup Roma Katolik Eduardo Nevares, dan gembala sidang Pantekosta Giovanni Traettino. Dalam Yohanes 17, Tuhan menekankan bahwa persatuan Kristen yang sejati adalah persatuan yang didasarkan pada keselamatan supranatural dan ketaatan kepada kebenaran yang telah disingkapkan. Ini bukanlah suatu “kesatuan dalam keragaman” yang mengabaikan perbedaan-perbedaan doktrin demi memiliki tenda yang besar dan yang mengecilkan kebenaran menjadi bagian “essensial” dan “tidak essensial.”
Kristus menekankan bahwa Dia berdoa bagi mereka yang mencintai dan menaati Firman Allah dan melakukan doktrinnya (Yohanes 17:6, 8, 14, 17, 19). Ini bukanlah doa yang membayangkan suatu khalayak ekumenis yang mengecilkan Firman Allah demi suatu “persatuan” mari-cari-kesamaan-yang-paling-mendasar yang seluas-luasnya. Ini bukanlah persatuan semua denominasi dengan banyaknya kesesatan yang berseliweran. Seperti biasa, Paus memahaminya secara terbalik. Iblis bukanlah bapa dari perpecahan doktrinal; dia adalah bapa dari ekumenisme yang sedang membangun suatu “gereja” esa-sedunia. Yesus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh. 17:17).

CHARLIE CHARLIE CHALLENGE
(Berita Mingguan GITS 6 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Disebut sebagai papan Ouija yang baru, Charlie Charlie Challenge adalah trend muda mudi yang terbaru. Caranya adalah meletakkan dua pensil dalam posisi seperti salib pada secarik kertas, yang ditulisi kata-kata “Ya” dan “Tidak.” Lalu, disebutlah kata-kata, “Charlie, Charlie, apakah kau disana?” atau “Charlie, Charlie, maukah kau keluar bermain.” Hashtag #CharlieCharlieChallenge telah di-tweet 1,8 juta kali, dan Charlie Charlie Challenge adalah salah satu istilah yang paling banyak di-search di Internet pada waktu perayaan Memorial Day di Amerika. Sumber-sumber sekuler seperti NBC, BBC, dan Fox News, menyepelekan aktivitas ini sebagai main-main biasa yang tak berbahaya, tetapi Alkitab berkata bahwa roh-roh jahat itu benar ada, dan bermain-main dengan okultisme dilarang oleh Allah dan bisa membawa konsekuensi berat.

KATAKANLAH KEPADA KAMI HAL-HAL YANG MANIS
(Berita Mingguan GITS 6 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
“Yang mengatakan kepada para tukang tilik: "Jangan menilik," dan kepada para pelihat: "Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel” (Yesaya 30:10-11). Pada zaman Yesaya, Israel menolak Firman Allah dan mencoba untuk mengkorupkan para nabi. Umat itu mengaku mencintai Allah dan mereka ikut serta dalam berbagai ritual Bait Suci, tetapi mereka membenci hukum-hukum Allah yang kudus. Mereka ingin hidup semau mereka. Mereka ingin mendengar khotbah, tetapi bukan khotbah yang benar. Mereka tidak ingin mendengar teguran atas dosa ataupun doktrin yang benar. Mereka mau mendengar “hal-hal yang manis” yang menghibur mereka tidak peduli bagaimana cara mereka hidup, dan yang tidak akan mengganggu rencana-rencana mereka. Mereka menginginkan allah, tetapi bukan “Yang Mahakudus Allah Israel.” Mereka lebih suka mendengar hal-hal yang “semu” daripada kebenaran. Israel terus berada dalam kondisi seperti ini hingga hari ini. Mereka telah menolak Nabi dan Pengkhotbah terbesar, yaitu Yesus, Mesias mereka sendiri. Perikop Yesaya pasal 30 ini juga adalah gambaran yang sangat cocok akan kondisi kekristenan yang sesat yang dinubuatkan oleh Paulus dalam 2 Timotius 4:3-4. Mereka mengaku mencintai Kristus dan Alkitab, tetapi pada kenyataannya mereka mencintai hawa nafsu mereka sendiri. Mereka berbondong-bondong untuk mendengar para guru yang mengecilkan pertobatan dan perubahan dan kehidupan yang kudus, yang mengkhotbahkan hal-hal yang manis dan menciptakan dongeng-dongeng seperti bahasa komat-kamit, membunuh dalam roh, kebangkitan rohani tertawa, filosofi tidak boleh menghakimi, gerakan self-esteem, gerakan pengakuan positif, penyembahan Maria, doa kontemplatif, penyembahan rock & roll, evolusi theistik, ekumenisme, paham bahwa sebagian doktrin tidak penting, dan universalisme. “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng” (2 Timotius 4:3-4).

MASYARAKAT “JANGAN MENGHAKIMI”
(Berita Mingguan GITS 13 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Sebuah laporan di koran New York Post Sabtu lalu mendokumentasikan filosofi “jangan menghakimi” yang telah masuk ke sumsum masyarakat Amerika. Berjudul “A massive, silent cultural revolution has changed America,” laporan tersebut menggambarkan suatu “pergeseran masal penghakiman moral dari kehidupan publik.” Penulisnya mengobservasi bahwa “kita tidak mau menghakimi orang lain tentang hal apapun, walaupun apa yang mereka lakukan sebenarnya bersifat destruktif.” Dia menawarkan statistik untuk membuktikan bahwa kontras dengan satu dekade yang lalu, mayoritas orang Amerika tidak lagi menganggap salah penggunaan marijuana, melahirkan anak di luar nikah, homoseksualitas, dan “pernikahan” homoseksual. Tetapi artikel itu salah mengenai kapan ini mulai terjadi dan mengapa terjadi. Artikel itu bermula dengan kata-kata, “Ini terjadi tanpa suatu Musim Panas Cinta...” Pada kenyataannya, benih-benih masyarakat hari ini memiliki moral relatif dan tidak mau menghakimi sudah ditaburkan sejak tahun 1960an dan bahkan lebih awal, dan diperlukan satu generasi barulah buahnya terlihat jelas. Kesalahan besar terletak pada gereja-gereja Amerika. Bukannya menjadi garam dan terang dunia, kebanyakan gereja justru berjalan seiring dengan budaya pop dunia. Berapa banyak gereja yang dengan tegas berkhotbah melawan musik-musik dunia, dansa-dansa yang sensual, pakaian yang tidak sopan, budaya pacara yang korup, dan kejijikan yang dihasilkan oleh Hollywood dan Nashville? Bahkan jika kita kembali lagi ke tahun 1950an, jumlah gereja yang menaati perintah Alkitab seperti Efesus 5:11 dan 1 Yoh. 2:15-17 dengan cara yang jelas dan tegas sangatlah sedikit. Ketaatan seperti itu tidak nampak dalam gereja-gereja Southern Baptist tempat saya tumbuh besar, dan pada waktu itu Southern Baptist adalah gereja-gereja yang paling konservatif. Gerakan Baptis independen pada tahun 1960an dan 1970an memang menghasilkan suatu gerakan separatisme alkitabiah, tetapi seringkali tercemarkan oleh kedangkalan doktrin, sikap berpusat pada manusia, dan legalisme, dan hari ini rata-rata gereja Baptis independen tidak berbeda dengan gereja Southern Baptist dalam hal sifat rohani dan praktek separasi. Ini biasanya terlihat jelas jika kita mengamati komisi atau persekutuan remaja pemuda mereka. Orang-orang Kristen yang tidak memperingatkan akan bahaya Beatles atau Beyonce, tidak akan juga memperingatkan akan bahaya DeGeneres (Editor: seorang tokoh pembicara Lesbian yang terkenal di Amerika) atau Jenner (Editor: seorang laki-laki yang baru-baru ini mengganti kelamin menjadi wanita). American Idol (Editor: atau Indonesian Idol), dengan segala kesia-siaannya dan sensualitas moralnya, sama saja dinikmati dan didukung oleh orang-orang yang katanya dari gereja-gereja alkitabiah dibandingkan dengan “dunia.”

KOTA-KOTA PINTAR AKAN “MELACAK SEGALA SESUATU”
(Berita Mingguan GITS 13 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Hudson Yards di sebelah barat Manhattan akan menjadi komunitas pintar Amerika pertama yang secara penuh terintegrasi. Saat ini sedang dalam Pengembangan tahap 1, proyek seluar 17 juta kaki persegi itu “akan melacak data kualitas udara, ramai tidaknya pejalan kaki, produksi dan konsumsi energi, dan tingkat kesehatan maupun aktivitas dari para pekerja dan residen” (“In New York City and Chicago, the smart city is here,” Business Insider, 3 Juni 2015). Komunitas tersebut dijadwalkan akan selesai pada pertengahan tahun 2020an. Sementara, di Chicago, proyek Array of Things (AoT) “telah 'membuat pintar' kota tersebut dengan menaruh sensor-sensor di mana-mana.” Di Songdo, Korea Utara, “sensor-sensor melacak kondisi jalan, air, limbah, dan listrik, dan bangunan-bangunan semuanya memiliki akses yang terkomputerisasi dan pengaturan iklim otomatis.” Dan kota Lavasa, di India, menjanjikan “sistem penghitungan meter yang pintar, parkir yang efisien, dan manajemen lalu lintas, pengalaman belanja yang tanpa tunai, dan sistem transportasi yang disokong teknologi.” Pergerakan yang terus menerus ke arah globalisasi dan integrasi elektronik adalah salah satu tanda besar akhir zaman. Nubuat Alkitab menggambarkan kerajaan antikristus sebagai kerajaan yang mampu mengendalikan keuangan global sampai ke level tiap individu dan dapat menonton peristiwa di Timur Tengah dari seluruh dunia (Wahyu 11:9; 13:16-17). “Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan” (Wahyu 11:9).

RATU HAWAII YANG MELAWAN “DEWA GUNUNG BERAPI”
(Berita Mingguan GITS 13 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Christian Missionaries in Hawaii,” Bill Federer, TheMoralLiberal.com: “Hiram Bingham dan Asa Thurston dikirim ke Hawaii oleh American Board of Missions di kapal Thaddeus, mendarat di Kailua pada tanggal 31 Maret 1820. Para misionari tersebut bukan hanya menyebarkan kekristenan, tetapi juga melawan mabuk-mabukan dan berbagai keburukan lainnya yang telah diperkenalkan ke pulau itu oleh para pelaut, penangkap paus, dan narapidana dari Botany Bay. Para misionari itu menciptakan 12 huruf alfabet Hawaii, dan memperkenalkan sistem tulisan untuk bahasa Hawaii. Mereka menerjemahkan Alkitab, memulai koran, mendirikan sekolah-sekolah dan gereja-gereja, dan meyakinkan para wanita Hawaii untuk mengenakan pakaian. Penyembahan berhala dan pengorbanan manusia telah sebelumnya dihentikan oleh Raja Kamehameha II dan Ibu Surinya Ka'ahumanu. Ratu Ka'ahumanu dan enam pemimpin tinggi meminta diri dibaptis pada tahun 1823. Dia lalu melarang prostitusi dan kemabukan, sehingga para pelaut membenci pengaruh misionari-misionari tersebut. Ratu Ka'ahumanu membantu penyebaran Injil di pulau-pulau, memicu suatu “Kebangkitan Besar.” Dia dihadiahi sebuah Perjanjian Baru dalam bahasa Hawaii yang baru saja selesai, tidak lama sebelum dia meninggal. Kata-kata terakhirnya adalah, 'Saya pergi ke tempat istana telah siap.' Pemimpin wanita Kapiolani, sepupu dari Raja Kamehameha I, pada tahun 1824, melawan dewi gunung berapi Pele dengan cara mengucapkan doa Kristen, memanjat turun ke liang lava dan kembali lagi tanpa celaka, lalu memakan buah Ohelo yang terlarang. Pemimpin wanita Kapiolani memuji 'satu-satunya Allah sejati,' dan menyatakan, 'Yehovah adalah Allahku. Dialah yang menyalakan api ini. Saya tidak takut Pele. Semua dewa dewi Hawaii adalah sia-sia.' Keberanian ini menginspirasikan banyak orang Hawaii menjadi misionari ke pulau-pulau lain, seperti Samuel Kauwealoha, yang berlayar pada tahun 1853 ke Kepulauan Marquesas.” Kepada laporan ini kami menambahkan informasi berikut dari buku Our Fascinating Earth oleh Philip dan Nancy Seff: “Imam-imam, teman-teman, dan suaminya sendiri menubuatkan kematian dalam api bagi sang pemimpin wanita, Kapiolani. ...Khalayak ramai yang berkumpul terkejut ketika dia melemparkan bebatuan dan sebuah sendal dan menuangkan baskom cucinya ke liang kudus itu. ...Alfred, Tuan Tennyson, belakangan memuji ratu yang berani itu dan mengabadikan dia dalam sebuah puisi, berjudul 'Kapiolani.' Dia menulis, 'Hebat dan lebih hebat, dan paling hebat di antara wanita, pahlawan wanita di pulau, Kapiolani, memanjat gunung, melemparkan buah-buah itu, dan menantang sang Dewi, dan membebaskan rakyat Hawaii!'”

TONY CAMPOLO DAN MANTAN EDITOR CHRISTIANITY TODAY MENYATAKAN DIRI MENDUKUNG KRISTEN HOMOSEKSUAL
(Berita Mingguan GITS 27 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Semakin banyak “injili” yang baru-baru ini menyatakan mendukung kesesatan berupa kekristenan homoseksual. Guru dan penulis terkenal, Tony Campolo, mengeluarkan pernyataan bahwa “Saya akhirnya siap untuk menyerukan penerimaan penuh terhadap pasangan Kristen yang gay ke dalam Gereja.” Walaupun hal ini dibungkus sebagai suatu perubahan posisi yang besar, Campolo sebenarnya sejak awal sangat plin-plan mengenai isu homoseksualitas, dan sebagai seorang pemimpin gerakan emerging church yang baik, dia sangat fasih dalam ilmu menyenangkan dua pihak sekaligus. Bertahun-tahun dia menyatakan bahwa homoseksualitas adalah suatu kondisi sejak lahir dan bukanlah masalah “kehendak.”

Ketika saya mewawancara Campolo pada tahun 2008 di New Baptist Covenant Celebration di Atlanta, dia sedang memakai syal berwarna pelangi untuk mendukung hak-hak homoseksual. Istri Campolo, Peggy, adalah pemimpin nasional dari Association of Welcoming and Affirming Baptists (AWAB), yang mendorong gereja-gereja Baptis untuk menerima kaum homoseksual ke dalam hak keanggotaan jemaat penuh. Pada acara New Baptist Covenant Celebration itu, saya mewawancara seorang anggota dewan AWAB bernama Kathy Stayton yang mengatakan bahwa dia menolak tiga pasal pertama kitab Kejadian sebagai sejarah yang benar-benar terjadi, tidak percaya bahwa pernikahan adalah institusi yang diciptakan oleh Tuhan atau bahwa tindakan homoseksual, sekalipun yang dilakukan di luar “hubungan yang berkomitmen” adalah dosa. Butik AWAB menyebarkan sebuah artikel yang ditulis oleh Peggy Campolo berjudul “Beberapa Jawaban terhadap Pertanyaan-Pertanyaan Paling Lazim mengenai Anak-Anak Allah yang GLBT [gay, lesbian, biseksual, transgender].”

Setuju dengan pernyataan Campolo tentang homoseksualitas adalah David Neff, mantan editor Christianity Today yang sudah pensiun. Dia mengatakan dalam Facebook, “Tuhan memberkati Tony Campolo. Dia bertindak dengan iman yang baik, dan saya pikir, berada dalam alur yang benar.” Neff memberitahu Christianity Today: “Saya pikir hal etis dan bertanggung jawab yang patut dilakukan oleh orang-orang Kristen gay dan lesbian adalah membentuk kemitraan yang bertahan lama dan didasarkan janji. Saya juga percaya bahwa gereja harus membantu mereka dalam kemitraan mereka itu sama seperti gereja harus memperkuat pernikahan tradisional” (“Does Campolo Announcement Signal Move,” Christian Newswire, 12 Juni 2015).

Senior editor Christianity Today yang sedang menjabat, Mark Galli, dengan cepat mempertegas posisi resmi majalah itu bahwa mereka menentang “pernikahan” sama jenis, walaupun sebagaimana dapat diduga dari seorang Injili, Galli juga menyatakan bahwa mereka tidak akan menghakimi atau menjauhkan diri dari orang-orang yang berbeda pendapat. Posisi Neff tidak mungkin dapat direkonsiliasikan dengan dua pengajaran Kitab Suci yang terang. Pertama, semua tindakan seksual di luar pernikahan kudus adalah berdosa, dan berada di bawah penghakiman Allah (Ibrani 13:4). Kedua, pernikahan kudus terbatas kepada suatu perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Kejadian 2:18-24). Ini ditegaskan ulang oleh Tuhan Yesus dalam Matius 19:4-6. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah” (Ibr. 13:4). Masalah homoseksualitas menyingkapkan kesesatan sejumlah besar “Injili.”

BERBAGAI UNIVERSITAS MENGATAKAN BUMI MEMASUKI SUATU PERIODE KEPUNAHAN YANG BARU
(Berita Mingguan GITS 27 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Para profesor di beberapa universitas AS sedang memperingatkan bahwa bumi sedang memasuki suatu masa kepunahan yang baru. Mereka mengatakan bahwa berbagai makhluk sedang punah dengan laju yang mengkhawatirkan. Gerardo Ceballos, penulis utama dari sebuah studi yang dilakukan Stanford, Princeton, dan Berkeley, mengatakan, “Kita sekarang sedang memasuki peristiwa kepunahan massal keenam. Jika ini dibiarkan berlanjuta, kehidupan akan memerlukan jutaan tahun untuk pulih kembali dan spesies kita sendiri kemungkinan akan lenyap lebih cepat” (“Earth ‘entering new extinction phrase,’” BBC News, 20 Juni 2015).

Para ilmuwan menyerukan tindakan “konservasi yang intensif,” tetapi hal seperti ini sangat konyol dari berbagai segi. Pertama, jika kehidupan adalah produk dari evolusi buta, maka ia tidak memiliki arti ataupun tujuan. Manusia tidak memiliki lebih banyak nilai dan arti daripada keong, jadi untuk apa harus dipelihara. Kedua, peristiwa-peristiwa kepunahan yang ditenggarai terjadi sebelumnya, tidak terjadi karena manusia, sebab manusia belum ada menurut skala waktu evolusi, jadi tidak bisa dicegah. Jika evolusi benar, ada peristiwa yang akan menghancurkan dunia, apakah itu pemanasan, pendinginan, kekeringan atau banjir. Ketiga, manusia telah memperlihatkan bahwa ia tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah besar dunia, seperti perang, kejahatan, kemiskinan, penyakit, dan kematian. Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi bumi. (Yang disebut-sebut tiga Kepunahan Massal pertama – Ordovician-Sirurian, Late Devonian, Permian – kemungkinan terjadi sekaligus pada saat banjir global Nuh. Ketika sistem penanggalan evolusi yang palsu ditolak dan disadari sebagai “ilmu pengetahuan” yang kacau, maka berbagai “kepunahan massal” ini, yang terlihat dari banyak kumpulan fossil, adalah bukti yang kuat akan Air Bah sebagaimana dalam Alkitab.)

BERAPA BANYAK MACAM BAU YANG DAPAT ANDA CIUM
(Berita Mingguan GITS 27 Juni 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini dari CreationMoments.com, 31 Mar. 2015: “Mazmur 45:9: 'Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau.' Sampai baru-baru ini secara luas diperkirakan bahwa manusia dapat mencium kira-kira 10.000 bau yang berbeda. Tetapi kini ini dianggap tidak akurat. Jadi, berapa banyak macam bau yang dapat dideteksi oleh hidung anda? Para ilmuwan di Rockefeller University di New York menguji teori tentang 10.000 macam bau ini. Angka itu didapat dari tahun 1927, tetapi tidak pernah dites secara ilmiah. Jadi, mereka meminta 26 orang untuk mengidentifikasi bau tertentu dari tiga sampel yang mengandung 128 molekul – dua sampel sama dan yang ketiga berbeda. 

Dari sini, mereka dapat mengetahui berapa banyak bau yang berbeda yang dapat dideteksi oleh rata-rata manusia, jika mereka disuguhkan dengan semua kemungkinan campuran yang dapat dibuat dari 128 molekul itu. Jadi, berapakah jumlah resminya? Satu trilyun bau yang berbeda – dan bahkan ini, menurut mereka, bisa jadi masih angka yang terlalu rendah! Jadi, mengapakah Pencipta kita memberikan kita kemampuan mencium yang begitu luar biasa? Apakah itu caranya Dia menunjukkan betapa Dia mengasihi kita? Bagaimanapun juga, indra penciumanlah yang memungkinkan kita untuk menikmati berbagai aroma menyenangkan dari bunga dan makanan. Bahkan, kita tidak bisa menikmati makan yang kita makan jika bukan karena indra penciuman kita. Penciuman kita adalah salah satu contoh dari apa yang disebut kasih karunia umum Allah. Dia telah memberikan karunia ini kepada semua orang, baik orang percaya maupun tidak percaya. Tetapi hanya orang percaya yang dapat mengapresiasi hal ini sebagai karunia dari Allah dan bukan suatu kecelakaan evolusi.

Editor: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
(Didistribusikan dengan gratis, dengan mencantumkan informasi sumber di atas)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/ dan ikuti petunjuk selanjutnya di layar komputer

Tidak ada komentar: