Seturut dengan rasionalisasi yang telah dikemukakan di depan, bahwa jika seseorang percaya kejatuhan manusia yang total telah menyebabkan jiwa manusia seperti mayat yang tidak bisa memberi respon terhadap Injil maka kemungkinan sebagian manusia masuk Sorga hanya karena pilihan Allah. Dan jika kebobrokan manusia itu bersifat menyeluruh, artinya tidak ada satu manusia pun yang tidak berdosa, maka seharusnya jika Allah mampu dan penuh kasih, Ia akan memilih semua orang untuk masuk Sorga atau semua orang masuk Neraka.
Namun Calvin mungkin melihat hanya sebagaian saja yang mau mengikutinya, maka ia menyuguhkan rasionalisasi bahwa Allah hanya memilih sebagian saja untuk masuk Sorga dan sebagiannya dibiarkannya (sebenarnya dipilih) untuk masuk Neraka. Ada Calvinis yang mengatakan bahwa Allah secara aktif memilih sebagian orang untuk masuk Sorga tetapi secara PASIF membiarkan sebagiannya masuk Neraka. Jadi, tim penyelamat secara aktif berusaha menyelamatkan sejumlah orang dalam kapal yang sedang tenggelam, dan secara PASIF membiarkan sejumlah lainnya binasa, padahal menurut Calvin tim tersebut sanggup menyelamatkan semuanya. Bukankah tim penyelamat itu akan dikatakan bejat, bahkan sangat mungkin akan dituntut di pengadilan.
Apakah Unconditional Election itu menurut Calvinis? Banyak pengikut Calvin merubah pandangan Calvin sambil menciptakan kambing hitam. Kalau mereka telah terpojok, maka mereka berkata bahwa itu adalah pandangan hyphercalvinist dan lain sebagainya. Tentu jawaban yang tepat tentang predestinasi dan Unconditional Election adalah dari Calvin sendiri.
Compacted with himself what he willed to become of each man. For all are not created in equal condition; rather, eternal life is foreordained for some, eternal damnation for others. Therefore, as any man has been created to one or the other of these ends, we speak of him as predestinated to life or death. (John Calvin, Institutes of the Christian religion. Ed. By John T. Mcneil. Trans. By Ford Lewis Battles (Philadelpia:The Westminster Press, 1960), p.926 (III.xxi.5)).
(Terjemahan bebasnya) Kami menyebutnya predestinasi atas dekrit kekal Allah, dimana Ia secara kompak dengan diriNya apa yang diinginiNya atas tiap-tiap manusia. Semuanya tidak tercipta dalam kondisi yang sama; karena hidup kekal telah ditetapkan untuk sejumlah orang, penghukuman kekal untuk yang lain. Oleh sebab itu seseorang telah diciptakan untuk berakhir pada salah satunya, yang kami katakana bahwa ia telah dipredestinasikan (ditetapkan) untuk hidup atau binasa.
Jadi menurut Calvin oleh satu dekrit Allah dalam kekekalan, segala sesuatu telah ditetapkan atau dipredestinasikan untuk hidup kekal atau binasa kekal secara tanpa kondisi (unconditional). Artinya nasib setiap orang telah ditentukan oleh Allah sejak kekal untuk membunuh, atau dibunuh, jauh sebelum orang tersebut lahir. Unconditional itu artinya tanpa kondisi atau penyebab dari pihak manusia, melainkan karena Allah suka dan ingin menyelamatkan sebagian dan Ia suka membinasakan yang lain. Berikut dalam buku yang sama pada halaman 931 ia berkata,
As scripture, then, clearly shows, we say that God once established by his eternal and unchangeable plan those whom he long before determined once for all to receive into salvation, and those whom, on the other hand, he would devote to destruction. We assert that, with respect to the elect, this plan was founded upn his freely given mercy, without regard to human worth, but by his just and irreprehensible but incomprehensible judgment he has barred the door of life to those whom he has given over to damnation. (ibid, p. 931)
(Terjemahan bebasnya) Sebagaimana Alkitab, kemudian, secara jelas menunjukkan, kami katakana bahwa Allah sekali telah menetapkan oleh rencanaNya yang kekal dan tak berubah atas mereka yang jauh sebelumnya telah ditetapkan sekali untuk semuanya untuk diterima ke dalam keselamatan, dan mereka di sisi yang lain, Ia tentukan untuk kebinasaan. Kami nyatakan itu, dengan hormat kepada yang terpilih, rencana ini didasarkan atas pemberian anugerahNya yang bebas, tanpa mempertimbangkan kelayakan kemanusiaan, melainkan hanya oleh keputusanNya yang tidak bisa ditolak dan tidak bisa dipahami telah menutup pintu kehidupan untuk mereka yang telah diserahkanNya kepada penghukuman.
Jadi, menurut Calvin dalam satu dekrit, yang dilakukan dalam kekekalan, Allah telah menetapkan, sejumlah orang untuk hidup kekal dan sejumlah orang untuk kebinasaan, TANPA mempertimbangkan apapun dari pihak manusia. Tidak heran kalau Dave Hunt menulis sebuah buku yang berjudul What Love Is This? Dan menyimpulkan bahwa Allah yang dipercayai oleh kaum Calvinis itu adalah Allah yang kejam, bahkan monster. Bayangkan Ia telah menetapkan sejumlah orang untuk hidup kekal dan sejumlah orang untuk kebinasaan kekal, TANPA kondisi, atau tanpa mempertimbangkan faktor sikap hati maupun perbuatan manusia.
Apakah benar Alkitab mengajarkan demikian? Tidak mungkin! Bahkan dalam II Pet 3:9 Allah katakan bahwa Ia menghendaki agar semua orang bisa berbalik dan diselamatkan. Jelas sekali Allah Calvin berbeda dengan Allah yang mengilhamkan surat Petrus. Bahkan masih ada pernyataan Calvin yang disebut decretum horribile (dekrit kengerian),
Again, I ask: whence does it happen that Adam’s fall irremediably involved so many peoples, together woth their infants offspring, in eternal death unless because it so pleased become mute. The decree is dreadful indeed, I confess. Yet no one can deny that God foreknew what end man was to have before he created him, and consequently forknew because he ordained by his decree. (ibid, p. 955)
(Terjemahan bebasnya) Lagi, saya bertanya: darimana itu terjadi bahwa kejatuahn Adam yang tak dapat diperbaiki melibatkan begitu banyak orang, bersama bayi keturunan mereka dalam binasa kekal kecuali karena itu sangat disenangi Allah? Di sini lidah mereka yang suka berbicara harus tak berbunyi. Dekrit itu memang mengerikan, saya mengakuinya. Namun tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa Allah tahu dulu akhir seseorang sebelum Ia menciptakannya, dan secara konsekuen tahu dulu karena Ia yang menetapkannya dengan dekritNya.
Menurut Calvin, Allah demi keagungan, kesenangan, dan kemuliaanNya telah menetapkan sebagian keturunan Adam dengan bayi (infants) mereka untuk binasa. Sungguh, ini sebuah dekrit yang mengerikan. Allah bahkan lebih kejam dari Hitler, Mussolini, bahkan Dracula, karena menetapkan orang menuju kebinasaan sebelum ia dilahirkan tanpa pertimbangan atas sikap hati maupun perbuatan mereka.
Calvin tidak mengerti bahwa semua yang mati selagi masih bayi secara otomatis akan masuk Sorga karena Kristus telah dihukumkan untuk dosa dunia. Sedangkan yang bertumbuh menjadi dewasa harus mendengar berita Injil dan memberi respon terhadap tawaran kasih Allah supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).
Namun Calvin dan semua pengikutnya (Reform dan Presbyterian) mengajarkan seturut dengan Agustinus, Bapak Gereja Roma Katolik yang menyesatkan gereja, bahwa bayi harus dibaptis ke dalam gereja dan kalau tidak akan masuk ke limbus infantum (Vance, pp 54-55). Itulah sebabnya baik Reform maupun Presbyterian begitu giat membaptis bayi-bayi anggota jemaat mereka.
Kesalahan Calvin yang terbesar adalah tidak mempertimbangkan aspek manusia dan malaikat yang diciptakan Allah sebagai makhluk moral dan diberi kebebasan berpikir serta memutuskan. Oleh sebab itu Allah tidak menentukan segala sesuatu, bahkan hingga apa yang akan dimakan bahkan tiap-tiap kata manusia. Karena Calvinis percaya bahwa segala sesuatu telah Allah tetapkan, maka sulit untuk menghindar bahwa Allah sendirilah yang telah menetapkan dosa, Allah sendirilah yang telah menetapkan segala kejahatan yang terjadi di muka bumi ini. Dan kaum Muslim menyebut ini sebagai takdir. Calvinis mengakui bahwa mereka percaya Allah dalam satu dekritnya dalam kekekalan telah mendekritkan segala sesuatu, termasuk kejatuhan Adam, sebagaimana dinyatakan Calvin di atas. Tidak salah bukan kalau Laurence M. Vance menyatakan bahwa Calvinisme adalah tulah yang terdahsyat pada gereja?
Namun Calvin mungkin melihat hanya sebagaian saja yang mau mengikutinya, maka ia menyuguhkan rasionalisasi bahwa Allah hanya memilih sebagian saja untuk masuk Sorga dan sebagiannya dibiarkannya (sebenarnya dipilih) untuk masuk Neraka. Ada Calvinis yang mengatakan bahwa Allah secara aktif memilih sebagian orang untuk masuk Sorga tetapi secara PASIF membiarkan sebagiannya masuk Neraka. Jadi, tim penyelamat secara aktif berusaha menyelamatkan sejumlah orang dalam kapal yang sedang tenggelam, dan secara PASIF membiarkan sejumlah lainnya binasa, padahal menurut Calvin tim tersebut sanggup menyelamatkan semuanya. Bukankah tim penyelamat itu akan dikatakan bejat, bahkan sangat mungkin akan dituntut di pengadilan.
Apakah Unconditional Election itu menurut Calvinis? Banyak pengikut Calvin merubah pandangan Calvin sambil menciptakan kambing hitam. Kalau mereka telah terpojok, maka mereka berkata bahwa itu adalah pandangan hyphercalvinist dan lain sebagainya. Tentu jawaban yang tepat tentang predestinasi dan Unconditional Election adalah dari Calvin sendiri.
Compacted with himself what he willed to become of each man. For all are not created in equal condition; rather, eternal life is foreordained for some, eternal damnation for others. Therefore, as any man has been created to one or the other of these ends, we speak of him as predestinated to life or death. (John Calvin, Institutes of the Christian religion. Ed. By John T. Mcneil. Trans. By Ford Lewis Battles (Philadelpia:The Westminster Press, 1960), p.926 (III.xxi.5)).
(Terjemahan bebasnya) Kami menyebutnya predestinasi atas dekrit kekal Allah, dimana Ia secara kompak dengan diriNya apa yang diinginiNya atas tiap-tiap manusia. Semuanya tidak tercipta dalam kondisi yang sama; karena hidup kekal telah ditetapkan untuk sejumlah orang, penghukuman kekal untuk yang lain. Oleh sebab itu seseorang telah diciptakan untuk berakhir pada salah satunya, yang kami katakana bahwa ia telah dipredestinasikan (ditetapkan) untuk hidup atau binasa.
Jadi menurut Calvin oleh satu dekrit Allah dalam kekekalan, segala sesuatu telah ditetapkan atau dipredestinasikan untuk hidup kekal atau binasa kekal secara tanpa kondisi (unconditional). Artinya nasib setiap orang telah ditentukan oleh Allah sejak kekal untuk membunuh, atau dibunuh, jauh sebelum orang tersebut lahir. Unconditional itu artinya tanpa kondisi atau penyebab dari pihak manusia, melainkan karena Allah suka dan ingin menyelamatkan sebagian dan Ia suka membinasakan yang lain. Berikut dalam buku yang sama pada halaman 931 ia berkata,
As scripture, then, clearly shows, we say that God once established by his eternal and unchangeable plan those whom he long before determined once for all to receive into salvation, and those whom, on the other hand, he would devote to destruction. We assert that, with respect to the elect, this plan was founded upn his freely given mercy, without regard to human worth, but by his just and irreprehensible but incomprehensible judgment he has barred the door of life to those whom he has given over to damnation. (ibid, p. 931)
(Terjemahan bebasnya) Sebagaimana Alkitab, kemudian, secara jelas menunjukkan, kami katakana bahwa Allah sekali telah menetapkan oleh rencanaNya yang kekal dan tak berubah atas mereka yang jauh sebelumnya telah ditetapkan sekali untuk semuanya untuk diterima ke dalam keselamatan, dan mereka di sisi yang lain, Ia tentukan untuk kebinasaan. Kami nyatakan itu, dengan hormat kepada yang terpilih, rencana ini didasarkan atas pemberian anugerahNya yang bebas, tanpa mempertimbangkan kelayakan kemanusiaan, melainkan hanya oleh keputusanNya yang tidak bisa ditolak dan tidak bisa dipahami telah menutup pintu kehidupan untuk mereka yang telah diserahkanNya kepada penghukuman.
Jadi, menurut Calvin dalam satu dekrit, yang dilakukan dalam kekekalan, Allah telah menetapkan, sejumlah orang untuk hidup kekal dan sejumlah orang untuk kebinasaan, TANPA mempertimbangkan apapun dari pihak manusia. Tidak heran kalau Dave Hunt menulis sebuah buku yang berjudul What Love Is This? Dan menyimpulkan bahwa Allah yang dipercayai oleh kaum Calvinis itu adalah Allah yang kejam, bahkan monster. Bayangkan Ia telah menetapkan sejumlah orang untuk hidup kekal dan sejumlah orang untuk kebinasaan kekal, TANPA kondisi, atau tanpa mempertimbangkan faktor sikap hati maupun perbuatan manusia.
Apakah benar Alkitab mengajarkan demikian? Tidak mungkin! Bahkan dalam II Pet 3:9 Allah katakan bahwa Ia menghendaki agar semua orang bisa berbalik dan diselamatkan. Jelas sekali Allah Calvin berbeda dengan Allah yang mengilhamkan surat Petrus. Bahkan masih ada pernyataan Calvin yang disebut decretum horribile (dekrit kengerian),
Again, I ask: whence does it happen that Adam’s fall irremediably involved so many peoples, together woth their infants offspring, in eternal death unless because it so pleased become mute. The decree is dreadful indeed, I confess. Yet no one can deny that God foreknew what end man was to have before he created him, and consequently forknew because he ordained by his decree. (ibid, p. 955)
(Terjemahan bebasnya) Lagi, saya bertanya: darimana itu terjadi bahwa kejatuahn Adam yang tak dapat diperbaiki melibatkan begitu banyak orang, bersama bayi keturunan mereka dalam binasa kekal kecuali karena itu sangat disenangi Allah? Di sini lidah mereka yang suka berbicara harus tak berbunyi. Dekrit itu memang mengerikan, saya mengakuinya. Namun tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa Allah tahu dulu akhir seseorang sebelum Ia menciptakannya, dan secara konsekuen tahu dulu karena Ia yang menetapkannya dengan dekritNya.
Menurut Calvin, Allah demi keagungan, kesenangan, dan kemuliaanNya telah menetapkan sebagian keturunan Adam dengan bayi (infants) mereka untuk binasa. Sungguh, ini sebuah dekrit yang mengerikan. Allah bahkan lebih kejam dari Hitler, Mussolini, bahkan Dracula, karena menetapkan orang menuju kebinasaan sebelum ia dilahirkan tanpa pertimbangan atas sikap hati maupun perbuatan mereka.
Calvin tidak mengerti bahwa semua yang mati selagi masih bayi secara otomatis akan masuk Sorga karena Kristus telah dihukumkan untuk dosa dunia. Sedangkan yang bertumbuh menjadi dewasa harus mendengar berita Injil dan memberi respon terhadap tawaran kasih Allah supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).
Namun Calvin dan semua pengikutnya (Reform dan Presbyterian) mengajarkan seturut dengan Agustinus, Bapak Gereja Roma Katolik yang menyesatkan gereja, bahwa bayi harus dibaptis ke dalam gereja dan kalau tidak akan masuk ke limbus infantum (Vance, pp 54-55). Itulah sebabnya baik Reform maupun Presbyterian begitu giat membaptis bayi-bayi anggota jemaat mereka.
Kesalahan Calvin yang terbesar adalah tidak mempertimbangkan aspek manusia dan malaikat yang diciptakan Allah sebagai makhluk moral dan diberi kebebasan berpikir serta memutuskan. Oleh sebab itu Allah tidak menentukan segala sesuatu, bahkan hingga apa yang akan dimakan bahkan tiap-tiap kata manusia. Karena Calvinis percaya bahwa segala sesuatu telah Allah tetapkan, maka sulit untuk menghindar bahwa Allah sendirilah yang telah menetapkan dosa, Allah sendirilah yang telah menetapkan segala kejahatan yang terjadi di muka bumi ini. Dan kaum Muslim menyebut ini sebagai takdir. Calvinis mengakui bahwa mereka percaya Allah dalam satu dekritnya dalam kekekalan telah mendekritkan segala sesuatu, termasuk kejatuhan Adam, sebagaimana dinyatakan Calvin di atas. Tidak salah bukan kalau Laurence M. Vance menyatakan bahwa Calvinisme adalah tulah yang terdahsyat pada gereja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar