Jumat, 27 Februari 2009

BAHAYA CALVINISME–TULIP: Limited Atonement (Penebusan Yang Terbatas)

Ini adalah point yang paling bertentangan dengan Alkitab sehingga pendiri Dallas Theological Seminary, Lewis Sperry Chafer memungut empat poin yang lain namun menolak yang satu ini, karena sama sekali tidak ada ayat yang mendukung konsep ini. Penebusan Terbatas hanya merupakan nalar lanjutan dari Total Depravity dan Unconditional Election. Keran kedua konsep di atas telah kita buktikan bertentangan dengan Alkitab, maka nalar lanjutannya tentu juga salah. Poin satu ini sesungguhnya adalah poin yang dipaksakan sehubungan telah terlebih dulu ada poin Total Depravity dan Unconditional Election. Logika Calvin dan Calvinis adalah jika Allah memilih sejumlah orang masuk Sorga, maka tidak mungkin Allah menebus semua orang karena faktanya tidak semua orang masuk Sorga. Mereka selalu berargumentasi bahwa kalau Allah menebus semua manusia namun hanya sebagian yang masuk Sorga maka porsi tebusan khusus bagi mereka yang masuk Neraka itu jadi mubazir. Mereka membayangkan penebusan itu seperti seorang menebus lima anaknya yang terculik dengan sejumlah uang namun yang selamat ternyata hanya dua anak, maka porsi uang jatah tiga anak jadi sia-sia. Ini kira-kira jalan nalar mereka yang amat salah.

Padahal penebusan Kristus itu adalah sekali untuk semua dan selamanya.

I Pet 3:18 “Sebab juga Kristus telah mati SEKALI untuk SEGALA dosa kita”

Ibr 9:28 demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang.

“…yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia” (I Tim 2:5-6)

Rm 6:10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.

Penebusan kristus atas manusia yang berdosa sama sekali bukan seperti seseorang membayar UANG atas sesuatu, dan juga bukan seperti menukar orang berdosa dengan darahNya secara tetes-pertetes. Konsep yang benar adalah Kristus MENGGANTIKAN orang berdosa disalibkan. Dosa seisi dunia atau semua manusia, dari Adam hingga manusia yang lahir terakhir, ditaruh di atas diri Yesus dan ia dijatuhkan hukuman terberat. Jadi, bukan seperti yang dibayangkan oleh Calvinis bahwa orang berdosa ditukar dengan darah Kristus sehingga kalau penebusan itu mencakup semua manusia namun ternyata tidak semuanya selamat maka darah Kristus YANG DIKHUSUSKAN UNTUK mereka yang ternyata tidak masuk Sorga menjadi sia-sia.

Konsep Penebusan Terbatas tidak memiliki dasar Alkitab melainkan hanya kesimpulan dari nalar logis yang didasarkan pada dua poin terdahulu. Ia sangat bertentangan dengan Injil Yohanes 1:29, I Tim 2:5-6, Ibr 2:9 dan I Yoh 2:2 dan tentu masih banyak lagi. Akibat ngotot mempertahankan konsep Limited Atonement, para Calvinis bahkan menyangkali arti kata secara generic. Mereka berargumentasi bahwa kata “semua” dalam ayat-ayat tersebut tidak berarti SEMUA melainkan sebagian, yaitu orang-orang pilihan saja.

Kalau kata “semua” tidak berarti semua melainkan sebagian, dan kalau anjing itu tidak berarti binatang yang bisa menggonggong melainkan bisa ditafsirkan sebagai yang mengembek, kalau kucing itu tidak berarti yang berbunyi meong melainkan bisa ditafsirkan yang lain, dan kalau pergi boleh juga diartikan pulang, dan kalau dingin bis juga diartikan panas, maka kita bukan hanya tidak bisa memahami isis Alkitab, bahkan tidak bisa berkomunikasi lagi. Bayangkan, kalau teman kita berkata bahwa ia mau pulang, dan kita mengartikan bahwa dia minta minum, apakah manusia seluruh dunia tidak menjadi manusia sinting? Itulah sebabnya Lewis Sperry Chafer tidak bisa menerima poin yang satu ini, dan secara salah telah menerima empat poin yang lain.

Dua syarat utama untuk menafsirkan Alkitab secara benar dan tepat tidak diikuti oleh Calvin dan para Calvinis, yaitu ayat-ayat Alkitab tidak boleh saling bertentangan, dan semua kata harus ditafsirkan secara literal kecuali telah bertentangan dengan akal sehat. Jika sebuah kata masih bisa ditafsirkan secara literal, dan tidak bertentangan dengan akal sehat, maka TIDAK BOLEH ditafsirkan secara alegorikal. Pertimbangan untuk menafsirkan secara alegorikal adalah jika kata-kata atau kalimatnya bertentangan dengan akal sehat serta kepatutan secara umum, misalnya kata Tuhan, “biarkanlah orang mati menguburkan orang mati mereka” jelas orang mati pertama adalah mati secara rohani bukan jasmani.

Alkitab telah dengan jelas menyatakan bahwa kematian Kristus adalah menggantikan semua manusia menerima penghukuman. Ia sekali terhukum untuk menggantikan semua manusia, dari Adam hingga manusia yang lahir terakhir, bukan menggantikan satu persatu. Semua manusia menjadi orang berdosa karena hubungannya dengan Adam melalui kelahiran jasmani.

Rm 5:15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

Jadi, karena Kristus karunia Allah dilimpahkan kepada semua orang. Itulah sebabnya teologi yang benar atau doktrin yang alkitabiah haus menyimpulkan bahwa biar bayi penjahat sekalipun, jika ia mati saat masih bayi maka ia pasti masuk Sorga. Karena dosa yang dibawa masuk oleh Adam dan Hawa ke dalam dunia telah terselesaikan oleh Yesus Kristus.

Tetapi terhadap manusia yang berbuat dosa secara sadar, artinya bukan berposisi orang berdosa yang diwariskannya dari Adam, ia harus bertobat dan percaya agar ia dihitungkan sebagai orang yang telah digantikan oleh Kristus terhukum di kayu salib. Tentu ini adalah bagi mereka yang telah akil-balik, artinya yang telah melakukan dos atas kesadaran dirinya. Ia telah menjadi orang berdosa bukan karena keturunan Adam dan Hawa melainkan karena keputusannya sendiri. Ia harus bertobat, artinya mengaku diri orang berdosa dan menyesali dosanya, seseorang tidak layak menerima kasih karunia Allah. Orang yang tidak mengaku diri berdosa dan menyesali dosa adalah orang yang masih senang berbuat dosa dan menikmati posisi sebagai orang berdosa.

Bersamaan waktu dengan pertobatannya, orang tersebut harus mengaminkan penghukuman Kristus bagi dirinya. Ia harus setuju atas tindakan Kristus dalam menggantikannya dihukumkan atas semua dosanya. Ia harus memandang penyaliban Kristus sebagai peristiwa penghukuman atas dirinya, dan hidup yang sedang dijalaninya adalah hidup Yesus Kristus. Inilah yang melatarbelakangi statement Rasul Paulus bahwa hidupnya bukanlah dirinya lagi melainkan Kristus (Gal 2:19-20). Calvinis tidak akan dapat memahami mengapa hidup Rasul Paulus bisa menjadi hidup Kristus karena tidak dapat melihat konsep substitusi dalam penyaliban Kristus dan pengaminan oleh setiap orang yang bertobat dan percaya. Konsep Limited Atonement mereka telah memaksa mereka percaya bahwa Kristus hanya menebus sebagian orang saja, dan mereka tidak tahu siapa yang ditebus dan yang tidak. Tentu semua Calvinis berharap bahwa ia adalah orang yang dipilih secara unconditional dan ditebus secara terbatas (Limited Atonement).


Tidak ada komentar: