Kamis, 03 Maret 2011

ENGKAU SUAM-SUAM KUKU

Pada tanggal 13 September 2010, sekitar jam 15.00 sore, penulis istirahat dari menulis Pedang Roh duduk sejenak menonton Travel and Living Channel (TLC). Kebetulan sedang ditayangkan tentang keadaan di Turkey, menyusur satu-persatu kota-kota bersejarah di Asia Kecil. Penulis langsung membayangkan kota-kota yang pernah dikunjungi Rasul Paulus, dan menyaksikan keadaannya kini yang penuh dengan perempuan berkerudung.

Betapa sedih hati rasanya ketika membayangkan bahwa kota Efesus tadinya adalah kota dimana Sekolah Theologi pertama didirikan, dan melalui mahasiswanya seluruh Asia Kecil berhasil mendengar Injil (Kis. 19:9-10). Namun kini hampir tidak ditemukan satu pun gereja yang benar-benar alkitabiah. Mengapa bisa begitu?

Penganiayaan Pemurni Iman
Pada zaman Rasul-rasul sekalipun sudah muncul ajaran-ajaran sesat seperti kaum Gnostic dan kaum Ebionit, namun dengan tulisan para Rasul yang hari ini di tangan kita, bagi jemaat yang memegang teguh pengajaran Rasul masih tetap terjaga dari penyesatan.

Melalui penganiayaan baik secara lokal pada masa awal, maupun kemudian menyeluruh ke seluruh wilayah kekuasaan Romawi, kekristenan masih terjaga tetap murni mengikuti pengajaran Rasul-rasul. Jemaat hanya perlu tetap memegang teguh pengajaran Rasul-rasul, maka mereka pasti akan terhindar dari berbagai bentuk penyesatan.

Penyembahan Ritual Jasmaniah
Makin hari kekristenan makin terpengaruh sistem penyembahan ritual jasmaniah dan sistem penafsiran alegorikal. Pengaruh dari pihak Yudaisme yang tetap memegang teguh sistem ibadah simbolik Perjanjian Lama, dan juga dari berbagai ritual agama penyembahan berhala suku-bangsa di sekitar Timur Tengah.

Kristen Koptik Mesir dari dulu hingga sekarang penuh dengan ritual ibadah simbolik. Demikian juga dengan Kristen Orthodox Syria, semuanya terjebak dalam ibadah simbolik ritual jasmaniah.

Karena mayoritas manusia lebih suka upacara simbolik ritual jasmaniah maka yang sungguh-sungguh beribadah di dalam roh dan kebenaran semakin sedikit dan tenggelam ke bawah. Di permukaan timbul gereja-gereja yang di-backup berbagai kekuasaan pemerintahan duniawi. Di mata masyarakat yang tidak mengerti kebenaran, yang benar adalah yang besar, yang khusuk, yang penuh dengan pernak-pernik ritual jasmaniah. Kekristenan yang bagaikan pelita tanpa minyak demikianlah yang eksis di Timur Tengah sebelum kemudian Constantine menjadi Kaisar dan memulai pembangunan gereja ibadah simbolik gabungan kekristenan dengan penyembahan berhala.

Zaman Gereja Roma Raya
Constantine dengan kekuasaan politiknya, dan Agustinus dengan pengaruh theologinya, memunculkan Gereja Roma Raya yang penuh dengan ritual ibadah simbolik jasmaniah. Bahkan banyak unsur penyembahan berhala turut dimasukkan sebagai kombinasi Agama Roma Raya. Hari Penyembahan Dewa Matahari (25 Desember) dijadikan hari Misa untuk Kristus, Dewa-dewi Yunani dikristenisasi menjadi Santo dan Santa. Apa saja yang bisa menyemarakkan Agama Roma Raya akan dimasukkan ke dalam sistem ibadah ritual jasmaniahnya.

Semua kelompok yang mencoba mengritik dibabat habis. Dan kekristenan memasuki millenium gelap dari sekitar 500-an hingga 1500-an AD. Namun dalam tiap zaman ada suatu sisa (remnant) yang setia dan benar di hadapan Tuhan. Kaum Anabaptis secara tersembunyi tahu bahwa ibadah yang benar adalah yang di dalam roh dan kebenaran.

Reformasi Menghentak
Kekaisaran Romawi memudar dan muncul raja-raja wilayah di Eropa. John Wyclife pernah mengusahakan reformasi dari Inggris tetapi ketika raja Inggris digertak Paus Roma Katolik, raja Inggris ketakutan dan pengikut Wyclife dibabat habis hampir tidak ada sisa.

Martin Luther beruntung dibela raja Jerman sehingga gerakannya yang dimulai tahun 1517 bisa berhasil sukses. Kerugiannya hanyalah gereja Lutheran terpaksa harus berada di bawah ketiak pemerintahan Jerman. Jelas sekali Luther menyalahi prinsip Tuhan bahwa berikan pada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Tuhan yang menjadi hak Tuhan.

Zaman Suam-suam Kuku
Setelah api reformasi mendingin, dan negara-negara di Eropa pun terpaksa mengikuti Amerika untuk hanya mengurus urusan manusia dan tidak mencampuri urusan gereja, maka muncullah berbagai denominasi gereja. Sempat terjadi peperangan argumentasi yang sengit antara kelompok Fundamentalis dengan kelompok Liberal. Pada awal abad 20, tepatnya tahun 1909 sempat dibentuk sebuah komite di kalangan Fundamentalis yang dipimpin R.A. Torrey, menghasilkan buku 12 volume yang berjudul The Fundamentals yang berisikan jawaban kalangan Fundamentalis terhadap berbagai keraguan kaum Liberal.

Akhirnya muncul kelompok Injil yang dipimpin oleh Harold O`ckenga, yang berkata jangan menunding orang lain salah, maka kekristenan memasuki masa demam suam-suam kuku. Demam ini (fever) mewabahi hampir seluruh denominasi, termasuk Baptis. Perdebatan theologi harus dihentikan, masing-masing pada posisi status quo.

Kelihatan sekali arah gerak kekristenan memasuki zaman suam-suam kuku. Pertama didahului dengan approach jangan memakai bahasa yang kasar (keras) dan selanjutnya jangan menuding orang lain salah, kemudian kita semua sama-sama tidak ada yang seratus persen benar, dan turun lagi menjadi kita semua sama-sama tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, dan selanjutnya semua denominasi sama-sama benar dan sama-sama salah, dan akhirnya di dalam semua agama terdapat kebenaran, kemudian puncaknya pasti akan menuju satu agama dunia (One World Religion), yang akan berdampingan dengan One World Government and One World Economy, sebuah penggenapan nubuatan kitab Daniel, yaitu kerajaan kelima yang digambarkan dengan jari kaki yaitu besi campur tanah liat.

Herankah pembaca kalau Billy Graham yang memulai pelayanannya sebagai seorang theolog dan pengkhotbah fundamentalis bisa berubah hingga meyakini bahwa umat agama lain juga akan masuk Sorga? Kalau iman seseorang sudah sampai pada tahap tersebut, tidak yakin lagi bahwa keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus, masihkah yang bersangkutan akan masuk Sorga? Kiranya orang-orang yang percaya once saved always saved dan semua theolog Calvinis merenungkannya.

Semua kejatuhan ke dalam kondisi suam-suam kuku didahului sikap tidak tegas terhadap kebenaran. Keinginan Tuhan adalah seseorang menolak atau menerima kebenaran, panas atau dingin. Sekali seseorang dihadapkan pada kebenaran, Tuhan mengharapkan sikap yang tegas dari orang tersebut, apakah ia menolak kebenaran atau menerima kebenaran.

Kalau orang tersebut menerima kebenaran, Tuhan mau dia menyatakan sikapnya yang tegas memihak kepada kebenaran. Tuhan mau orang tersebut meninggalkan, posisi doktrinalnya yang salah, cara hidupnya yang keliru bahkan lingkungan serta teman-temannya yang di luar kebenaran. Dan Tuhan mau ia menarik teman-temannya dari luar bukan mendorong mereka dari dalam.

Tuhan mau kehidupan keagamaannya tidak suam-suam kuku, melainkan betul-betul militan. Ia harus menyatakan kesalahan (II Tim. 4:2), berani menegur, berani memberitakan Injil tanpa takut ancaman, dan menjunjung tinggi theologi alkitabiah tanpa kompromi.

Tuhan tidak suka dengan orang yang mangguk-mangguk ketika mendengarkan penjelasan doktrin yang benar di dalam seminar, tetapi selanjutnya tidak mengambil tindakan yang nyata memihak kebenaran. Tuhan mau seseorang dengan berani mengambil keputusan memihak kebenaran dengan segala resikonya. Kita tahu bahwa semua rasul dan orang Kristen mula-mula telah mengambil keputusan memihak kebenaran dan mereka semua telah berkorban untuk kebenaran. Seandainya mereka bersikap suam-suam kuku, atau berkompromi, maka tidak mungkin mereka sanggup membuat pengaruh yang sangat hebat hingga terhadap kekaisaran Romawi.

Sulit untuk menyangkali fakta bahwa kita sedang hidup di masa akhir menjelang hari pengangkatan (rapture). Kiranya kita semua memanfaatkan kesempatan terakhir yang Tuhan berikan kepada kita untuk sebagai generasi yang tidak mengalami kematian fisik melainkan yang di-rapture, untuk menjadi murid-muridNya yang panas, bahkan suhu kita menghangatkan hati orang Kristen yang mulai mendingin. Bersikap militan dalam iman, dalam memihak kebenaran, dan dalam usaha pemberitaan Injil.

Jangan sampai di antara kita yang suam-suam kuku, yang perlu Tuhan muntahkan dari mulutnya. Ada banyak nubuatan di dalam Alkitab yang belum di genapi. Janganlah kita menjadi penggenap nubuatan negatif, melainkan marilah kita menjadi penggenap nubuatan positif.***

Sumber: Pedang Roh Edisi LXV Tahun XVI Oktober-November-Desember 2010

Tidak ada komentar: