HEAVEN IS FOR REAL: SEBUAH BUKU YANG BERBAHAYA BAGI ZAMAN YANG SESAT
(Berita Mingguan GITS 06 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Heaven Is For Real (Surga Itu Nyata), sebuah buku tentang seorang anak lelaki berusia empat tahun yang katanya mengunjungi Surga, telah terjual 1,5 juta eksemplar dan saat ini sedang menduduki peringkat #6 di daftar bestseller Amazon. Buku ini juga telah memecahkan rekor penjualan penerbit Thomas Nelson dan sangat populer bahkan di kalangan Baptis Independen. Seorang gembala sidang memberitahu saya bahwa buku ini “sedang beredar di banyak kelompok Baptis Independen; banyak yang merekomendasikannya.” Buku ini ditenggarai sebagai kisah nyata dari Colton Burpo, putra dari seorang gembala sidang Metodis yang katanya mengunjungi Surga saat menjalani sebuah operasi darurat. Di sana dia bertemu dengan seorang saudari perempuannya yang telah meninggal dan kakek buyutnya, melihat Yesus dan Allah Bapa dan Roh Kudus dan Setan, dan mempelajari berbagai hal yang tidak dinyatakan dalam Kitab Suci. Kita tidak meragukan bahwa anak kecil itu benar-benar merasa yakin bahwa dia mengunjungi Surga, tetapi kita tidak percaya sedikitpun bahwa itu benar-benar terjadi. Pertama, buku ini bertentangan dengan kesaksian Rasul Paulus, yang mengatakan bahwa dia adalah yang terakhir untuk melihat Kristus yang telah bangkit (1 Korintus 15:8). Pengalaman Paulus ini digambarkan di Kisah Para Rasul dan tidak ada insiden lain lagi Kristus menampakkan diri kepada orang lain [Editor: Rasul Yohanes melihat Yesus dalam kitab Wahyu, tetapi rasul Yohanes sudah pernah menyaksikan kebangkitan Yesus sebelum Paulus, jadi Paulus tetap adalah orang yang terakhir menjadi saksi kebangkitan Yesus]. Paulus memberikan kesaksian ini dalam konteks sedang memberikan bukti saksi-saksi mata akan kebangkitan Kristus. Semua bukti yang kita perlukan sudah terdapat dalam kesaksian Kitab Suci dan saksi-saksi mata ini. Lebih lanjut lagi, Paulus mengatakan bahwa ketika dia mengunjungi Surga, dia mendengar hal-hal yang dia tidak boleh ceritakan (2 Kor. 12:4). Jadi jelas bahwa seseorang tidak dapat mengunjungi Surga lalu menggambarkan semua yang dia lihat dan dia dengar di sana.
Kedua, buku Heaven Is For Real bertentangan dengan penekanan Allah terhadap prioritas dan kecukupan iman dan Kitab Suci. Buku ini mengandung kesaksian-kesaksian tentang bagaimana orang telah menjadi percaya kepada Allah dan Surga karena kunjungan Colton ini, tetapi Alkitab mengatakan bahwa tanpa iman, tidak mungkin berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6), dan iman timbul dari pendengaran akan Firman Allah, bukan oleh tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban (Roma 10:17). Ketika memberitahukan tentang orang kaya dan Lazarus, Yesus mengajarkan bahwa jika seseorang tidak mendengarkan Kitab Suci, ia “tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati” (Luk. 16:31). Semua tanda dan pewahyuan yang kita perlukan sudah terdapat dalam kanon Kitab Suci yang telah komplit (Yoh. 20:30-31). Alkitab cukup untuk membuat manusia Allah “diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim. 3:16-17). Allah telah memberitahu kita segala sesuatu yang Ia ingin kita tahu tentang Surga pada saat ini. Ketiga, buku Heaven Is For Real bertentangan dengan pengajaran langsung Alkitab. Sebagai contoh, Colton mengatakan bahwa kuda Yesus berwarna pelangi (hal. 63), sementara Alkitab mengatakan bahwa warnanya adalah putih (Wah. 19:11). Colton mengatakan bahwa Roh Kudus menembakkan kuasa dari Surga (hal. 125), sementara Alkitab mengatakan bahwa Roh Kudus turun dari Surga pada hari Pentakosta [Editor: dan bahkan sebelum itu (Yoh. 20:22)] dan Dia adalah kuasa tersebut (Kis. 1:8). Colton mengatakan bahwa semua orang memiliki sayap di Surga kecuali Yesus (hal. 72), bahwa malaikat Gabriel duduk di sebelah kiri takhta Allah (hal. 101), bahwa Roh Kudus berwarna biru dan duduk di sebuah kursi dekat takhta Allah (hal. 102), dan “untuk teman-teman Katolik kita,” buku tersebut dengan senang mengatakan bahwa Maria berdiri di Surga di samping Yesus (hal. 152). Mungkin sebagian orang akan bertanya, bagaimanakah Colton dapat tahu berbagai rahasia tentang saudari perempuannya yang telah meninggal sejak dalam kandungan dan juga berbagai fakta tentang kakek buyutnya yang tidak pernah diberitahukan kepadanya. Jawabannya adalah setan-setan. Paulus memperingatkan bahwa Iblis mengubah dirinya menjadi malaikat terang dan para pelayannya menyamar sebagai pelayan kebenaran (2 Kor. 11:14-15). Buku Heaven Is For Real juga mempromosikan penglihatan-penglihatan anak jagoan, Akiane Kramarik, yang mulai “melihat Surga” sejak umur empat (hal. 141-144). Colton mengklaim bahwa “Yesus” yang dia lihat di Surga sama dengan “Yesus” yang Akiane gambarkan dari penglihatan-penglihatannya pada waktu usia sembilan tahun. Tetapi iman Akiane adalah tipe New Age yang percaya “Allah” yang samar-samar tidak jelas. Ini adalah mistikisme agama, bukan iman pada Wahyu yang tidak dapat salah dari Allah dan darah pengorbanan Kristus. Bahkan jika kita tahu bagaimana rupa Yesus, kita dilarang oleh hukum Allah untuk membuat patung atau gambar itu (Kel. 20:4).
DAFTAR “HAL-HAL YANG ALLAH AJARKAN PADAKU” MILIK TOZER
Berikut ini dari almarhum A.W. Tozer, yaitu daftar hal-hal penting yang Allah telah ajarkan padanya. Kebenaran-kebenaran ini perlu diproklamirkan di gereja-gereja yang percaya Alkitab terlebih-lebih pada zaman ini. “(1) Keseluruhan hidup orang yang beriman haruslah penuh pertobatan. (2) Pertobatan itu kosong jika tidak menghasilkan pematian terhadap daging (pertobatan yang harus terlihat dari luar). (3) Untuk diampuni, dosa harus ditinggalkan. (4) Tidak ada mengakui Juruselamat tanpa mengakui Dia Tuhan. (5) Metode Roh dan metode manusia bertolak belakang. Gereja-gereja sering memakai metode manusia. (6) Kristus telah menyelamatkan kita untuk menjadikan kita penyembah, bukan pengerja. Sembahlah dulu, lalu bekerja. (7) Orang-orang Kristen banyak menyalahi Kitab Suci dalam hubungan dengan sesama mereka, dunia, dan daging, tanpa malu-malu atau pertobatan. Kita telah menjadi cuek terhadap perintah Kristus dan kebenaran-kebenaran Firman Allah yang sederhana! (8) Kelemahlembutan, kesopanan, dan kerendahan hati membuat seseorang disayang Allah. (9) Kita tidak dapat menyembuhkan sakit rohani dengan banyaknya aktivitas. Ketika kekristenan yang sakit pergi menginjil, justru mereka memperluas daerah infeksi.”
LAKUKAN YANG BENAR WALAUPUN LANGIT RUNTUH
Berikut ini adalah pernyataan oleh Charles Haddon Spurgeon dari The Forgotten Spurgeon oleh Iain Murray: “Ah, saudara-saudaraku! Ada banyak yang tertipu oleh jalan pikir ini. Mereka menetap di tempat yang tidak diperbolehkan oleh hati nurani mereka, karena, kata mereka, mereka akan lebih berguna di sana daripada jika mereka pergi ‘ke luar perkemahan.’ Ini sama saja melakukan yang jahat agar yang baik timbul daripadanya, dan ini tidak dapat ditoleransi oleh hati nurani yang telah diterangi. Jika sebuah tindakan dosa akan meningkatkan kegunaan saya sepuluh kali lipat, saya tetap tidak punya hak untuk melakukannya; dan jika sebuah tindakan benar sepertinya akan menghancurkan semua efektivitas saya, saya toh harus melakukannya. Adalah tugas kamu dan saya untuk melakukan yang benar walaupun langit runtuh, dan mengikuti perintah Kristus apapun konsekuensinya. ‘Itu makanan keras,’ katamu? Jadilah orang-orang dewasa kalau begitu, dan kunyahlah makanan ini….Karena benar itu adalah benar, karena Allah adalah Allah / dan yang benar pasti akan menang / meragukan ini berarti tidak setia / tersandung adalah dosa.”
EVOLUSI ADALAH IMAN YANG LUAR BIASA
Duane Gish, Ph.D dalam bidang biokimia dari Universitas California, Berkeley, mengatakan, “Evolusionis terpaksa mempercayai bahwa apapun yang diperlukan, tidak peduli betapa kompleks dan tidak lazim, kesalahan genetik yang acak dapat menghasilkan struktur-strukturnya dengan koordinasi yang sempurna…..Diperlukan iman yang luar biasa akan mujizat, sesuatu yang justru tidak diperbolehkan oleh filosofi materialistik, untuk percaya bahwa mamalia yang berbulu dan berkaki empat tertentu, lalu merangkak masuk ke air dan secara perlahan, melalui jutaan tahun, akhirnya menjadi ikan paus, lumba-lumba, dugong, anjing laut, walrus, dan mamalia laut lainnya melalui ribuan dan ribuan kesalahan genetika acak. Metode asal-asalan ini katanya dapat menghasilkan banyak organ-organ dan struktur-struktur kompleks yang sangat terspesialisasi, yang tanpa mereka ikan paus tidak dapat hidup, struktur-struktur kompleks yang dalam tahap setengah jadi akan sama sekali tidak berguna dan bahkan membahayakan. Teori evolusi sungguh adalah iman yang sangat luar biasa” (Gish, The Fossils Still Say No, hal. 206-208).
TIDAK CUKUP MENJADI SEORANG FUNDAMENTALIS
(Berita Mingguan GITS 13 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari buku David Cloud, New Evangelicalism: Its History, Characteristics, and Fruit, yang pertama diterbitkan tahun 1995. “Mari saya tekankan keyakinan saya bahwa injili konservatif kuno dan fundamentalisme, pada saat terbaik sekali pun, masih belum cukup. Saya seorang fundamentalis sejauh bahwa saya percaya dogmatisme alkitabiah dan militansi untuk kebenaran dan separasi dari kesalahan, teapi saya lebih dari sekedar seorang fundamentalis. Tujuan dari kehidupan dan pelayanan Kristiani saya bukanlah untuk menjadi seorang fundamentalis yang baik (atau bahkan seorang Baptis yang baik). Tujuan saya adalah setia kepada Firman Allah dalam semua seginya. Berikut adalah dua kelemahan dalam fundamentalisme sebagai suatu gerakan: Kelemahan pertama adalah sifatnya trans-denominasi yang telah menjadi ciri fundamentalisme. Saya tidak percaya bahwa kita hanya perlu berjuang untuk suatu daftar doktrin-doktrin “penting” seperti ketiadasalahan Alkitab dan keilahian Kristus. Memang Alkitab mengindikasikan bahwa ada doktrin yang lebih penting dari doktrin lainnya (mis. Mat. 23:23), tetapi semua pengajaran Alkitab itu penting dan harus dianggap serius. Timotius diinstruksikan untuk tidak membiarkan doktrin lain apapun selain yang Paulus telah ajarkan kepadanya (1 Tim. 1:3; 6:13, 20; 2 Tim. 2:2). Paulus peduli dengan “seluruh maksud Allah” (Kis. 20:27). Posisi tentang doktrin yang demikian tidak membiarkan saya untuk menutup mata terhadap perbedaan-perbedaan denominasi seperti cara baptisan, peran wanita, eskatologi, dll. Saya bisa saja menerima orang-orang Kristen yang berbeda pendapat dengan saya dalam hal-hal di atas sebagai orang-orang yang diselamatkan karena isu-isu ini bukanlah “pengajaran sesat yang membinasakan” (2 Pet. 2:1), tetapi saya tidak dapat melayani bersama dengan mereka, karena saya tidak percaya Alkitab memperbolehkan hal itu. Kesalahan kedua dalam gerakan historis fundamentalisme adalah mentalitas “gereja universal.” Ada pandangan umum untuk melihat “gereja” sebagai terdiri dari semua orang Kristen di segala denominasi. Menyebut semua denominasi dengan sebutan “gereja,” secara alami menghasilkan mentalitas ekumenisme dan membuat usaha memurnikan gereja menjadi tidak mungkin dilakukan. Harold J. Ockenga menggunakan banyaknya kelompok dalam Injili dan fundamentalisme sebagai alasan untuk mengusung mentalitas non-separasi dan memperingatkan tentang “sibbolet tentang memiliki gereja yang murni” (Ockenga, “From Fundamentalism, Through New Evangelicalism, to Evangelicalism,” Evangelical Roots, diedit oleh Kenneth Kantzer, hal. 42). Ini adalah pemikiran yang berbahaya dan tidak alkitabiah. Firman Allah memang menyerukan gereja yang murni, tetapi bukanlah suatu gereja universal yang harus kita murnikan; melainkan jemaat lokal Perjanjian Baru (1 Kor. 5:6-8). Memurnikan gereja universal adalah sesuatu yang tidak pernah disebut oleh Perjanjian Baru, karena memang Perjanjian Baru tidak mengandung suatu jemaat yang universal. Allah telah memberikan umatNya instruksi yang jelas tentang disiplin terhadap dosa dan kesesatan, dan semua itu dalam konteks jemaat lokal (mis. 1 Korintus 5; Titus 3). Mempraktekkan disiplin jemaat hanyalah bisa dalam konteks jemaat lokal.”
ALLAH PERCAYA SEPARASI “TINGKAT KEDUA”
(Berita Mingguan GITS 13 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Tidak terhitung banyaknya kali selama bertahun-tahun saya mendengar separasi “tingkat kedua” dicemooh sebagai sesuatu yang tidak alkitabiah dan ekstrim. Sebagai contoh, melakukan separasi dari Billy Graham karena dia berasosiasi dengan kaum modernis dan Roma Katolik, atau melakukan separasi dari Jerry Falwell atau Ed Stetzer, atau siapapun juga karena asosiasi seperti itu, dijuluki “separasi tingkat kedua.” Selama orang itu sendiri memegang doktrin yang benar, kita dikatakan tidak perlu menegur dia karena asosiasinya, tetapi tidak demikian kita baca dalam Kitab Suci. Seorang nabi Allah diutus untuk menegur raja Yosafat yang saleh, hanya karena asosiasinya yang salah. Yosafat mengikuti Allah yang benar dan hidup dan bahkan memiliki cukup semangat rohani untuk menghancurkan sebagian berhala-berhala, tetapi karena ia berjabat tangan dengan musuh kebenaran, Ahab, dia ditegur dengan keras dan dihukum. “Ketika itu Yehu bin Hanani, pelihat itu, pergi menemuinya dan berkata kepada raja Yosafat: “Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau. Namun masih terdapat hal-hal yang baik padamu, karena engkau menghapuskan tiang-tiang berhala dari negeri ini dan mencari Allah dengan tekun.”" Jika Yehu, anak Hanani menjalankan pelayanan peneguran dia hari ini, dia akan dilabel sebagai seorang ekstrimis yang berbahaya, seorang pembuat masalah. Kubu Yosafat akan berkata, “Apakah Yehu tidak tahu bahwa Yosafat adalah seorang yang baik yang mengasihi Tuhan dan melakukan banyak pekerjaan besar? Dia pikir dia itu siapa, semacam nabi-kah? Berapa orang yang telah dimenangkan oleh Yehu ini kepada Kristus? Mungkin dia iri dengan pelayanan raja.”
PENTINGNYA BERKHOTBAH TENTANG NERAKA
(Berita Mingguan GITS 20 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini dari James Wigton, Lee Roberson: Always about His Father’s Business, hal. 272, 273: ‘Dalam khotbahnya, Apakah Kita Memerlukan Injil yang Baru? Dr. Roberson menyatakan bahwa dia tidak menikmati berkhotbah tentang neraka bahwa dia lebih senang berkhotbah tentang kasih Allah dan surga. ‘Tetapi satu hari saya akan memberikan pertanggungan jawab atas diri saya sendiri dan pelayanan saya di hadapan Allah,’ dia berkata. ‘Pada hari itu saya tidak mau tangan saya berlumuran darah orang-orang lain. Jadi, saya harus dengan setia memproklamirkan kebenaran tentang murka Allah atas semua yang menolak sang Juruselamat.’ Roberson mengingat suatu hari saat dia berkhotbah dengan keras tentang neraka dalam suatu seri kebaktian kebangkitan rohani yang berlangsung satu minggu di gereja Woodlawn Baptist Church di Birmingham, Alabama. Banyak orang yang diselamatkan pada pertemuan itu. Gereja tersebut adalah gereja kedua terbesar di Birmingham pada saat itu….Roberson menceritakan kisah tersebut dalam khotbahnya, Tujuh Satu Tahun Fundamentalisme. ‘[Gembala Sidang itu] memanggil saya ke dalam kantornya satu malam menjelang akhir dari minggu tersbut,’ Roberson mengingat. ‘Dia mengatakan, saya berjanji kepada para diaken ketika saya datang ke gereja ini bahwa saya tidak berkhotbah tentang neraka. Jadi, saya tidak berkhotbah tentang neraka satu kali pun selama lima tahun ini! Sekarang saya sungguh-sungguh menyesalinya ketika saya melihat apa yang Allah telah lakukan di sini dalam waktu hanya satu minggu. Gereja saya selama ini mati karena saya menyimpan dari mereka Firman Allah!’”
TUHAN ATAS LUBANG JALAN
(Berita Mingguan GITS 20 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini diadaptasi dari artikel Buddy Smith yang berjudul Heads Up, 12 Agustus 2011: “Kami memiliki masalah di gereja kami. Di lapangan parkir kami sering timbul lubang. Jika kami menimbun lubang-lubang itu, satu atau dua minggu kemudian akan muncul lagi. Saya juga memiliki masalah yang sama dalam hidup kekristenan saya. Dalam jalan saya ke Surga sering timbul lubang-lubang di jalan. Saya menimbun mereka dan dalam satu dua hari mereka kembali lagi….Saya kira jalan yang lurus dan sempit itu mestinya tanpa lubang, bukankah demikian? Tetapi saya terus menerus menemui lubang, bahkan yang besar-besar. Ada yang seukuran ngarai. Di mana-mana kita memandang, umat Tuhan kesakitan. Jika bukan sakit fisik, ada yang sakit secara emosional, rohani, finansial, domestik, ataupun dalam gereja. Dalam Alkitab kita membaca, “manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi” (Ayub 5:7), dan kita diberitahu bahwa, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim. 3:12)…..Apakah belakangan ini engkau ada membaca daftar rasul Paulus di 2 Korintus 11:23-28, yang adalah suatu daftar panjang lubang yang dia temui di jalan kehidupan? Pesan tentang kesehatan, kekayaan, dan kemakmuran yang didengungkan oleh Joel Osteen dan teman-teman pengajarnya terdengar sangat aneh bagi mereka yang memiliki mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar…..Wajah mereka yang tersenyum dan tak berkerut mengindikasikan bahwa mereka tidak kenal Tuhan sebagai Tuhan atas lubang jalan. Dialah yang menempatkan kita di Jalan Berlubang dan lalu menutupi semua lubang itu dengan diriNya sendiri. Dia memuluskan goncangan-goncangan dengan kehadiran dan penghiburanNya. Dia memberikan kasih karunia, kasih karunia yang cukup, kasih karunia yang terus menerus, untuk menghadapi semua tempat-tempat yang kasar itu. Tetapi Dia hanya melakukannya bagi mereka yang tahu tentang realita lubang-lubang di jalan tersebut. Kesesatan pengajaran tentang kemakmuran yang terus menerus membuat para pengkhotbahnya tidak dapat melihat bahwa Allah yang berkuasa atas lubang jalan menutupi lubang-lubang itu dengan diriNya sendiri. Betapa menyedihkan! Segala penekanan mereka terhadap kemakmuran materi, rumah istana, mobil mewah dan pelesir di atas kapal, telah membuat mereka kehilangan harta yang sesungguhnya yang hanya dapat ditemukan dalam “persekutuan dalam penderitaanNya” (Fil. 3:10). Bagaimanakah kita dapat menjelaskan tentang berkat dalam lubang-lubang jalan yang disertai Allah? Mereka tidak berisikan emas atau berlian. Mereka berisikan sukacita yang hanya dapat ditemukan dalam sifat Allah. Sepasang petani yang pernah tinggal bersama kami pernah bercerita tentang sebuah lubang di jalan di pertanian mereka, dan di lubang itu seekor burung bertelur. Sang istri menyaksikan anak-anak burung menetas di sana dan dia memberi mereka makan hingga semuanya meninggalkan sarang. Semua orang-orang lokal yang tinggal di sana menelpon sanak saudara agar menghindari lubang itu, dan semua orang melakukannya, dan semua yang lewat di sana lewat dengan pelan-pelan sambil menjinjitkan leher untuk melihat sarang burung di lubang tersebut. Ah ya, ini sama dengan Bapa di Surga! Kehidupan justru muncul di lubang, tempat yang tidak diduga-duga! Kisah tentang anak-anakNya dan gereja-gerejaNya dalam mikroskop. Sambil saya merenungkan hal-hal ini dan membaca Alkitab saya, saya temukan bahwa Allah atas lubang jalan juga memiliki sekop. Bukan untuk menimbuni lubang-lubang itu, tetapi untuk membuat lubang agar saya dapat belajar bahwa Dia rela menutupinya dengan diriNya sendiri. Sungguh benar bahwa kita “menderita untuk mencapai hikmat.”
LABA-LABA PALSU
(Berita Mingguan GITS 20 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini dari Creation Moments, 31 Mei 2011: “Laba-laba pelompat mengintai mangsanya, hingga, seperti seekor harimau kecil, ia cukup dekat untuk melancarkan serangan….Ketika seekor laba-laba pelompat bertemu dengan laba-laba pelompat lain, mereka menggoyangkan kaki mereka satu sama lain, memperingatkan agar yang lainnya itu mundur. Di sinilah terletak kisah bagaimana satu jenis lalat buah dapat mengakali sang laba-laba. Tidak seperti kebanyakan lalat buah, jenis yang satu ini memiliki garis-garis di sayapnya. Ketika ia menggoyangkan sayapnya di atas kepalanya, ia terlihat seperti laba-laba peloncat yang sedang mendeklarasikan daerah kekuasaannya. Para peneliti telah menemukan mengapa trik ini dapat bekerja walaupun lalat tersebut tidak mirip seekor laba-laba. Respons sang laba-laba terhadap pola tersebut sudah terprogram mati ke otaknya dan dipicu oleh sel-sel tertentu di matanya. Sel-sel ini hanya teraktivasi oleh pola tertentu tersebut. Laba-laba lalu secara otomatis bereaksi terhadap pola. Yang lalat itu harus lakukan hanyalah memalsukan pola dan ia sudah aman! Strategi lalat buat memerlukan pengetahuan yang kompleks tentang sistem saraf sang laba-laba dan juga tingkah lakunya. Kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada lalat buah yang dapat menciptakan strategi ini dengan sendirinya. Hal ini hanya mungkin dibuat oleh Tuhan yang menciptakan keduanya.”
KEKOTORAN TELEVISI MENINGKAT
(Berita Mingguan GITS 27 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Industri hiburan modern, yang telah mendorong budaya pop Barat selama ini, sudah berada pada jalur menurun sejak awal mulanya. Setiap dekade telah menghantarkan kepada level baru degradasi moral. Perhatikan kutipan berikut dari artikel “Children Sink into Adult Swim,” CNSNews, 19 Agus. 2011: “Setelah malam, Cartoon Network berubah bagaikan Jekyll menjadi Hyde menjadi Adult Swim Channel. Tetapi ini tidak terjadi di tengah malam, tetapi kini pindah ke jam tayang prima, yaitu 9 PM untuk waktu Eastern (Amerika) dan jam 8 PM waktu Central. Bahkan sebelum itupun, Nielsen melaporkan pada tahun 2008 bahwa jaringan-jaringan TV top di Amerika untuk remaja adalah Fox, Nickelodeon, Disney dan Adult Swim. [Satu tayangan, Robert Chicken, mempelihatkan Yesus memukuli orang dan memakai nama Allah dengan sembarangan.] Dalam sebuah survei baru terhadap 20 film animasi kabel yang paling top, Parents Television Council memberikan nilai F kepada Cartoon Networks dan blok ‘Adult Swim’-nya karena banyaknya seks, kekerasan, kata-kata kotor, dan penggunaan obat-obatan. Menonton hanya 123 program dalam jangka waktu studi empat minggu, PTC mendokumentasikan seribu empat ratus delapan puluh tujuh contoh material yang ofensif….dalam kartun. Rata-ratanya, para penonton muda terpapar kepada kotoran-kotoran ini setiap dua menit dan sembilan belas detik…..Ada 680 referensi atau penggambaran seksual….Kartun-kartun ini terisi penuh dengan 565 insiden bahasa kotor….banyak yang harus disensor, bahkan oleh standar hari ini yang sangat rendah….Ada 242 referensi kepada pemakaian obat terlarang….Jika anda meragukan bahwa ini adalah usaha untuk menyuguhkan materi dewasa kepada anak-anak, perhatikan bahwa jaringan TV sering memberi rating PG, atau dengan kata lain baik untuk anak di bawah 14 jika didampingi orang tua.”
BEKERJA SAMA DENGAN KESALAHAN MENGHANCURKAN KEKUATAN UNTUK MELAWAN KESALAHAN TERSEBUT
(Berita Mingguan GITS 27 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Beberapa orang bertanya kepad saya, mengapa “si itu” dan “si dia” tidak berbicara lantang melawan kesalahan dan kompromi yang sudah sedemikian jelas. Saya rasa Charles Spurgeon, gembala sidan dari Metropolitan Tabernacle di London, Inggris, telah dengan tepat mengenai inti dari masalahnya 100 tahun yang lalu. Walaupun dia salah dimengerti dan salah digambarkan oleh bahkan saudaranya sendiri dan banyak mantan muridnya, Spurgeon tidak berbalik dari keputusannya untuk separasi dari Baptist Union di Inggris karena doktrin-doktrin sesat yang diperbolehkan di organisasi itu. Dia mengatakan: “IKUT SERTA DALAM KESALAHAN AKAN MEMBUAT ORANG YANG PALING BAIK SEKALIPUN MENJADI TIDAK BERKUASA UNTUK MEMPROTES KESALAHAN ITU. Adalah keyakinan kami yang mendalam bahwa di mana tidak bisa ada persekutuan rohani yang sejati, maka janganlah ada persekutuan apapun. Persekutuan dengan kesalahan vital yang sudah jelas diketahui adalah berpartisipasi dalam dosa. Sesegara mungkin setelah saya melihat, atau mengira saya melihat, bahwa kesalahan telah dengan kuat tercacak, saya tidak lagi menimbang-nimbang, tetapi meninggalkan badan itu seketika. Sejak saat itu, nasihat saya adalah ‘keluarlah dari antara mereka.’ Saya merasa bahwa tidak ada protes yang dapat menyamai kuasa separasi yang jelas dari kesalahan yang nyata. Agar saya tidak menodai kesaksian saya, SAYA TELAH MEMUTUSKAN DIRI SAYA TERPISAH DARI MEREKA YANG MENYIMPANG DARI IMAN, BAHKAN DARI ORANG-ORANG YANG BERASOSIASI DENGAN MEREKA.” Posisi ini hari ini dicemooh sebagai “separasi tingkat kedua,” tetapi sebenarnya ini adalah ketaatan kepada Firman Allah (2 Tes. 3:6) dan ini adalah jalur hikmat, karena “pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33).
APAKAH ALLAH PERJANJIAN LAMA KEJAM DAN TIDAK ADIL?
(Berita Mingguan GITS 27 Agustus 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Orang-orang yang tidak percaya sudah sejak lama menggunakan fakta bahwa Israel menghancurkan bangsa-bangsa penyembah berhala di Kanaan sebagai bukti bahwa Allah Perjanjian Lama tidaklah adil dan kejam (Ul. 7:2). Tetapi mereka telah menolak untuk memperhatikan beberapa fakta berikut: Pertama, Allah menanti selama 400 tahun sebelum menghakimi bangsa-bangsa yang jahat ini, yang mengingatkan kita bahwa Dia sangatlah panjang sabar terhadap manusia (Kejadian 15:13-16). Kedua, bangsa-bangsa yang dimaksudkan ini sepenuhnya mempraktekkan segala jenis penyimpangan moral, termasuk inces dan pembakaran anak-anak mereka sendiri. Tidaklah salah secara moral bagi Allah yang kudus, sang pemberi Hukum, untuk menghukum mereka yang dengan sengaja, dan dengan sikap menantang tanpa pertobatan, melanggar hukum-hukumNya. Mereka yang mau menuduh Allah melakukan ketidakadilan atau kekejaman karena Ia menghukum bangsa-bangsa yang jahat sebenarnya bertindak sangat munafik, karena mereka sendiri percaya kepada hukum dan keteraturan, dan mereka mendukung bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan seperti pemerkosaan dan penganiayaan seksual terhadap anak dan pembunuhan, pantas untuk dihukum. Ketiga, Allah memberikan belas kasihan kepada orang-orang seperti Rahab yang percaya (Yosua 2). Seluruh Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah sangat menyukai belas kasihan lebih daripada penghukuman. Dia “sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Pet. 3:9). Dia ingin semua manusia diselamatkan (1 Tim. 2:4). Keempat, adalah perlu bahwa bangsa-bangsa itu dihancurkan agar Israel dapat berdiri di tanah itu sebagai terang bagi dunia. Kalau bangsa-bangsa itu dibiarkan, Israel akan menjadi korup secara moral dan rohani dalam waktu yang sangat dekat (Ul. 7:2-6). Penghancuran bangsa-bangsa itu sebenarnya adalah tindakan Allah yang penuh belas kasihan. Bangsa-bangsa kafir yang hancur mendapatkan apa yang mereka pantas dapatkan, dan dengan melaksanakan penghakimanNya yang adil atas mereka pada waktu itu, Allah memberikan berkat kepada seluruh dunia. Melalui Israel Allah memberikan kepada dunia wahyuNya yang ilahi dalam Alkitab, dan melalui Israel Dia membawa Juruselamat ke dalam dunia untuk menyediakan keselamatan. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Mereka yang menuduh Allah tidak adil dan kejam, mengabaikan fakta bahwa Allah sendiri membayar harga yang dituntut oleh HukumNya yang tegas agar manusia bisa diselamatkan. Hati Allah nyata dalam kata-kata luar biasa yang Yesus ucapkan dari kayu salib mengenai orang-orang yang secara sangat tidak adil menyiksa Dia: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34). Allah yang dinyatakan dalam Alkitab adalah Pribadi yang paling penuh kasih di alam semesta ini. Faktanya, Dia adalah sumber segala kasih dan belas kasih, tetapi Dia juga adalah Allah yang kudus, kudus, kudus, pemberi Hukum, dan Dia tidak dapat dihakimi oleh standar manusia yang inkonsisten dan tidak berarti.
Editor: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
(Didistribusikan dengan gratis, dengan mencantumkan informasi sumber di atas)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/ dan ikuti petunjuk selanjutnya di layar komputer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar