Gerakan Karismatik telah mempopulerkan bahasa roh di banyak gereja. Beberapa gereja menyatakan bahwa bahasa roh telah membangkitkan kembali gereja sementara yang lain mengamati bahwa bahasa roh sebaliknya telah menyebabkan kekacauan. Apakah orang Kristen harus berbahasa roh saat ini? Apakah yang diajarkan Alkitab mengenai bahasa roh?
Karunia Supernatural dari Roh Kudus
Roh Kudus adalah Pribadi yang memungkinkan seseorang untuk dapat berbahasa roh (I Kor 12:4, 8-10). Dialah yang memutuskan karunia-karunia mana yang perlu dimiliki seorang Kristen (I Kor 12:11). Jika bukan kehendak Roh Kudus bahwa seseorang harus memiliki karunia bahasa roh, ia tidak dapat memilikinya bahkan jika orang tersebut mencarinya melalui banyak berdoa dan berpuasa. Paulus telah menjelaskan bahwa tidak semua orang dapat mempunyai karunia yang sama: “Apakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Apakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?” (I Kor 12:29-30). Pertanyaan retorik ini mengharapkan jawaban “Tidak”. Tidak semua mempunyai karunia bahasa roh, dan dapat berkata-kata dalam bahasa roh.
Juga penting untuk diperhatikan bahwa saat karunia bahasa roh diberikan pada seseorang, Roh Kudus secara supernatural memungkinkan orang tersebut untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Seseorang tidak perlu menjalani pelatihan bahasa apapun supaya dapat mempraktekkan karunia ini. Berbahasa roh bukanlah membiarkan lidah seseorang untuk “berputar” dalam haleluyah yang sangat cepat sampai orang tersebut bergumam. Bahasa roh yang dipelajari sendiri dan diinduksikan sendiri seperti itu bukanlah bahasa roh yang alkitabiah. Kemampuan berbicara dalam bahasa roh adalah pemberian Allah, bukan buatan manusia!
Bahasa Asing atau Ocehan yang ‘indah’”?
Contoh pertama dari berbahasa roh adalah pada saat Pentakosta, ketika Roh Kudus memenuhi murid-murid Kristus, dan mereka mulai berkata-kata “dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kis 2:4). Dalam bahasa Yunani glossai (bahasa roh) berarti “bahasa-bahasa”. Rasul-rasul pada Pentakosta secara supernatural diperkuat untuk berkata-kata dalam bahasa-bahasa asing yang belum pernah dipelajari mereka. Ini dibuktikan oleh fakta bahwa ketika mereka berbicara dalam bahasa roh, orang-orang keheranan karena “mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri (secara literal, “dialek”),” dan bertanya-tanya di antara mereka sendiri. “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri?” (Kis 2:6, 8). Siapakah orang-orang yang mendengar Rasul-rasul berbicara ini? Mereka adalah “Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libiah yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis 2:9-11). Lukas, sejarawan yang diinspirasikan Roh Kudus itu, menginginkan kita tahu bahwa ketika Rasul-rasul berbicara bahasa roh, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa asing atau dialek-dialek etnis. Berkata-kata dalam bahasa roh bukanlah ocehan yang ‘indah’ atau gumaman. Karunia bahasa roh adalah karunia bahasa-bahasa.
Sudah diakui oleh banyak orang yang berbicara bahasa roh bahwa bahasa roh yang digunakan mereka bukanlah bahasa manusia (yaitu bahasa asing) tetapi bahasa malaikat (yaitu ocehan yang ‘indah’, 1 Kor 13:1). Sepanjang yang kita tahu dari Firman Tuhan, setiap saat malaikat berbicara, mereka melakukannya dalam bahasa manusia, yaitu, bahasa Ibrani, Aramais, atau Yunani. Kita haruslah mengerti bahwa Paulus menggunakan bahasa hiperbolis disini. Hiperbolis dimaksudkan untuk melebih-lebihkan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Paulus tidak berkata bahwa ia dapat berbicara dalam bahasa malaikat (atau ada sesuatu yang disebut bahasa malaikat), atau mengerti segala rahasia, memiliki seluruh pengetahuan, atau memindahkan gunung. Ia berkata bahwa bahkan jika ia dapat melakukan semua hal ini, tetapi tidak mempunyai kasih, ia sama sekali tidak berguna. Pengertian 1 Kor 13:1-2 yang lain dari ini berarti salah pengertian bahwa ini adakah perkataan Paulus.
Kekacauan mengenai berkata-kata bahasa roh bukanlah sesuatu hal yang baru. Paulus menemukan kekacauan mutlak mengenai penggunaan karunia roh di gereja Korintus (1 Kor 12-14). Karunia bahasa roh disalahgunakan oleh orang Kristen di sana. Setiap anggota gereja menginginkan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Jelas sekali, beberapa tidak mempunyai karunia tersebut, tetapi berpura-pura mempunyai dengan berbicara secara ekstatik.
Perlu dijernihkan bahwa “bahasa yang tidak dikenal” (Alkitab bahasa Indonesia –bahwa Roh; KJV – unknown tongue) yang dibicarakan Paulus bukanlah ocehan yang ‘indah’ tetapi bahasa asing (1 Kor 14:2). “Tidak dikenal” dalam pengertian bahwa orang yang dikaruniai dapat berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah ia pelajari atau dengar sebelumnya, dan bahasa itu tidak dapat dimengerti oleh pendengar yang tidak tahu bahasa yang digunakan tersebut. Di dalam keadaan biasa, ketika seseorang berbicara dalam bahasa roh di dalam gereja asalnya sendiri, tidak seseorangpun mengerti; hanya Allah mengerti karena Ia mengerti semua bahasa (1 Kor 14:2). Jadi seseorang yang berkata-kata dalam bahasa roh hanya membangun dirinya sendiri, karena jika tanpa seorang penterjemah, hanya dia sendirilah yang dapat mengerti apa yang dikatakannya (1 Kor 14:4). Paulus menekankan pentingnya pengertian, “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh” (1 Kor 14:19).
Konsep utama yang dicoba diutarakan Paulus adalah bahwa membangun (1 Kor 14:3, 4, 5, 12, 17, 26) datang melalui pengertian (1 Kor 14:2, 7, 9, 14, 15, 16, 19). Paulus berkata bahwa bernubuat adalah lebih berharga daripada berbahasa roh. Karunia bernubuat adalah karunia untuk dapat meramalkan dan memberitahukan kehendak dan Firman Tuhan. Ketika seorang nabi berbicara, ia berbicara kepada orang-orangnya dengan bahasa mereka sendiri. Anggota-anggota gereja memperoleh berkat dari firman yang disampaikan, karena mereka dapat mengerti berita yang disampaikan. Sang Rasul memperjelas dengan menggunakan ilustrasi musik (1 Kor 14:7-8). Musik adalah baru benar-benar musik hanya jika ada lagu atau melodi. Bagaimana seseorang dapat diharapkan memberikan apresiasinya terhadap musik jika pianis hanya memainkan satu not saja, atau suatu urutan not yang acak yang tidak membentuk suatu lagu? Jadi kecuali seseorang berbicara dalam sebuah bahasa yang orang lain dapat mengerti, orang tersebut hanya menyia-nyiakan napasnya saja (1 Kor 14:9). Sebuah bahasa mempunyai tata bahasa dan struktur sintaks bahasa yang terdiri dari kata benda, kata kerja, kata sambung, kata depan, kata sifat dsb. Seperti Paulus berkata, “Ada banyak, . . . macam bahasa di dunia, sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti” (1 Kor 14:10). Ketika seseorang berdoa dalam bahasa roh, ia berdoa dengan seluruh hatinya dan dengan akal bunyi (1 Kor 14:15). Dengan perkataan lain, ia tahu bahwa ia berkata dan dapat mengenali bahasa roh yang sesungguhnya dapat menganalisa bahasa yang dipergunakannya dengan mengenali kata-kata berlainan yang digunakannya serta artinya masing-masing. Roh Kudus adalah sempurna. Karunia yang datang dariNya jugalah sempurna. Ketika pembicara bahasa roh yang sesungguhnya diberikan kemampuan supernatural untuk berbicara dalam bahasa asing, ia akan dapat menggunakan bahsa itu dengan sempurna. Ia dapat berbicara. Ia dapat menuliskan isi dari pembicaraannya, mendaftarkan perbendaharaan katanya, dan mendemonstrasikan hubungan tata bahasa dan sintaks kata-kata tersebut. Apakah pembicara bahasa roh di zaman modern ini dapat melakukan hal tersebut?
Karunia sebagai tanda
“Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman” (1 Kor 14:22). Apakah yang dimaksudkan Paulus ketika ia berbicara bahwa “bahasa roh adalah tanda?” Di dalam ayat 20, Paulus memperingati orang Korintus, “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” Dengan perkataan lain, Paulus memberitahukan mereka, “Ketahuilah Alkitabmu! Tidakkah kau tahu tujuan dari bahasa roh?” Paulus kemudian menarik perhatian mereka kepada Perjanjian Lama. Dalam ayat 21, sang Rasul mengutip Yes 28:11-12b. Konteks Yesaya 28 adalah penghakiman. Orang-orang Israel telah berulang-ulang berkeras kepala menolak peringatan Tuhan melalui nabiNya. Karena mereka tidak dengar-dengaran akan Firman Tuhan yang dikatakan kepada mereka dalam bahasa merek sendiri, yaitu, bahasa Ibrani, mereka akan mendengarnya dalam bahasa lain, yaitu, Asyur. “Maka mereka akan mendengarkan firman Tuhan yang begini: ‘Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!’ supaya dalam berjalan mereka telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan” (Yes 28:13). Itu adalah perkataan penghukuman terhadap orang Israel yang tidak percaya.
Oleh karena itu, bahasa roh adalah tanda bagi orang Yahudi yang tidak percaya. Orang Yahudi berpikir bahwa mereka adalah bangsa satu-satunya yang diberikan keselamatan oleh Allah. Ini adalah kesalahan konsep berpikir. Karunia bahasa roh dimaksudkan untuk mengoreksi konsep yang salah ini. Di dalam Kisah Rasul-rasul 10, Tuhan menginginkan Petrus untuk mengabarkan Injil kepada Kornelius, seorang bangsa lain. Sebagai seorang berdarah Yahudi Petrus tidak akan mempunyai hubungan dengan bangsa lain. Tetapi Tuhan berfirman kepada Petrus di dalam penglihatannya memerintahkan dia tiga kali untuk memakan makanan yang diklasifikasikan orang Yahudi sebagai haram (Kis 10:11-16). Hal ini untuk mempersiapkan Petrus untuk melayani Kornelius, seorang yang haram di mata orang Yahudi. Ketika Kornelius memanggil Petrus, dengan patuh pada Tuhan, Petrus pergi melihatnya, dan Alkitab berkata “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkta-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis 10:44-46). Ketika Petrus kembali ke Yerusalem, ia dipanggil oleh Dewan untuk mempertanggungjawabkan kunjunganny ke bangsa lain. Rasul-rasul dan Penatua-penatua sekerjanya marah kepadanya karena ia memberitakan ini kepada Kornelius. Bagaimana bisa Petrus mempertahankan dirinya? Petrus menceritakan pda mereka seluruh kejadiannya, bagaimana Allah berkata kepadanya, dan bagaimana Roh Kudus memimpinnya ke rumah Kornelius. Petrus bersaksi, “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita (Kis 11:15). Petrus melihat Kornelius dan seisi rumahtangganya secara luar biasa diselamatkan, dibuktikan dengan berbicaranya mereka dalam bahasa roh seperti yang ia lakukan dalam Pentakosta. Petrus terus berkata, “Jadi jika Allah memberikan karuniaNya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia? (Kis 11:17). Apakah tanggapan Dewan Yerusalem yang menanyai Petrus? “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis 11:18). Jadi inilah tujuan dari karunia bahasa roh – sebuah tanda kepada orang Yahudi yang tidak percaya. Untuk Petrus dan orang-orang suci Yerusalem, bahsa roh adalah tanda konfirmasi, tetapi bagi orang yang menolak untuk percaya, itu adalah tanda penghakiman.
Apakah masih perlu bagi Allah untuk meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Injil juga diberikan kepada bangsa lain? Tidak perlu . Sekarang orang Yahudi sudah tidak lagi mengabarkan Injil kepada bangsa lain, tetapi bangsa lain kepada orang Yahudi! Jadi apakah tujuan dari bahasa roh sekarang? Karena bahasa roh telah menyelesaikan tujuannya, apakah ia telah ditiadakan?
Apakah Bahasa Roh Sudah Berakhir?
Rasul Paulus dalam abad pertama, memberitahukan orang Korintus bahwa karunia pengwahyuan seperti nubuat, bahasa roh dan pengetahuan, akan berakhir: “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap” (1 Kor 13:8).
Sebelum kita mendiskusikan berakhirnya bahasa roh, marilah kita mempelajari berakhirnya nubuat dan pengetahuan dahulu. Paulus berkata bahwa nubuat “akan berakhir,” dan pengetahuan “akan lenyap.” Perkataan “berakhir,” dan “akan lenyap” adalah kata yang sama di dalam bahasa Yunani, katargeo, yang merupakan kata “berakhir” yang sangat kuat. Pada dasarnya kata itu berarti “menghancurkan” (membinasakan – 1 Kor 15:24, 26). Kata katargeo (menghancurkan) ditulis di dalam kata pasif Yunani. Ini mengindikasikan bahwa akan ada oknum eksternal yang akan menyebabkan nubuat dan pengetahuan berakhir. Apakah itu elemen eksternal tersebut? Ayat 9-10 memberikan jawaban: yaitu, “yang sempurna” (to teleion). Apakah yang dimaksud “yang sempurna” ini? Yang dimaksud adalah penyelesaikan kanon (yaitu 66 buku dalam Alkitab). Ketika Paulus menulis suratnya kepada orang Korintus, Perjanjian Baru masih di dalam proses penulisan. Seketika Alkitab selesai – buku terakhir ditulis – pengwahyuan berakhir. Semua yang Allah inginkan manusia untuk tahu mengenaiNya dan kita dapat ditemukan dalam Alkitab. Alkitab mempunyai kecukupan dan otoritas. Alkitab adalah wahyu Allah kepada manusia yang lengkap dan telah selesai (2 Tim 3:16-17, Wahyu 22:18-19).
Bagaimana dengan bahasa roh? Paulus menuliskan bahwa bahasa roh “akan berakhir.” Perkataan “berakhir” disini adalah bahasa Yunani pauo yang berarti “berhenti”. Tidak seperti karunia nubuat, dan pengetahuan, yang memerlukan kekuatan eksternal untuk mengakhirinya, karena bahasa roh akan berhenti dengan sendirinya (kata pertengahan bahasa Yunani). Bahasa roh akan menghilang secara otomatis dalam jangka waktu tertentu ketika telah mencapai tujuannya. G.F. Rendal, seorang bekas Karismatik, memberikan komentar, “Tujuan ini telah dicapai sepenuhnya ketika telah diakui bahwa semua bangsa, dan juga ‘bangsa ini’ (orang Yahudi), memperoleh berkata dari penyelamatan Yahweh. Ketika fakta ini dipercaya, diterima dan tidak dilawan secara universal, karunia ini tidak lagi diperlukan . . . Bintang-bintang, seperti semua orang tahu, terlihat dan berguna hanya pada malam hari. Ketika matahari terbit mereka segera menghilang. Seperti itu pula karunia bahasa roh. Berguna hanya selama kegelapan orang Israel yang tidak percaya yang melawan penyelamatan bangsa-bangsa. Karunia ini menghilang pada saat panggilan kepada bangsa-bangsa lain menjadi nyata. Inilah yang mengakhiri pertahanan saya yang terakhir” (Dari buku ‘I Speak in Tangues More Than You All’, 80-1).
Apakah sejarah memberikan konfirmasi akan pengakhiran bahasa roh pada permulaan gereja? Bapa Gereja yang sangat terkenal, Agustinus, menuliskan dalam abad ke-empat, “Dalam waktu sangat awal, Roh Kudus turun atas mereka yang percaya: dan mereka berbicara dengan bahasa roh, yang tidak pernah mereka pelajari, ‘karena Roh Kudus memberikan mereka kemampuan untuk mengucapkan.’ Ini adalah tanda-tanda yang berlaku waktu itu. Karena harus ada tanda dari Roh Kudus di dalam semua bahasa, untuk menunjukkan bahwa Injil Allah harus dikabarkan melalui semua bahasa ke seluruh bumi. Hal itu terjadi sebagai tanda dan hal itu telah berlalu” (Dari buku ‘Ten Homilies on the First Epistle of John,’ vol VII, The Nicene and Post-Nicene Fathers, VI, 10). Kebangkitan besar Gereja setelah Pentakosta, yaitu, Reformasi Protestan abad ke-16, tidak dikarakteristikkan dengan berbahasa roh, tetapi penginjilan yang sangat berpengaruh. Luther, Calvin dan Knox tidak berbicara dalam bahasa roh.
Rasul Paulus mencoba untuk menempatkan hal ini ke posisi sebenarnya: karunia-karunia milik para Rasul yang merupakan tanda (2 Kor 12:12) akan berlalu. Mereka hanyalah karunia-karunia sementara. Gereja tidak perlu mengejar akan hal-hal ini, malah sebaliknyha orang Kristen harus mengejar ketiga kasih karunia Kristen tersebut: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Kor 13:13). Kesementaraan karunia-karunia nubuat, bahasa roh, dan pengetahuan dikontraskan dengan kepermanenan nilai-nilai baik iman, pengharapan dan kasih. Penting sekali untuk memperhatikan tiga-rangkaian argumen Paulus: (1) Nubuat, bahasa roh, dan pengetahuan akan berakhir pada saat selesainya Alkitab, dan meninggalnya para Rasul; (2) Iman, pengharapan dan kasih adalah kebenaran yang akan tetap ada sepanjang Zaman Gereja; (3) Iman dan pengharapan akan direalisasikan saat Kristus kembali. Tetapi yang terbesar dari ketiga ini adalah kasih karena kasih akan tetap selama-lamanya karena itu adalah kebenaran surgawi.
Dapat terlihat jelas, dalam terang Alkitab, bahwa bahasa roh dari Gerakan Karismatik tidaklah sama dengan bahasa roh Perjanjian Baru. Mereka bukan dari Roh Kudus yang sama. Allah tidak akan mengacaukan GerejaNya karena Dia “tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera” (1 Kor 14:33). Apakah penyelesaian dari kekacauan Karismatik? Kuncinya adalah kasih, karena kasih “tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi kebenaran” (1 Kor 13:6).
Sumber: http://teologia.mystudylight.com/pengujian-bahasa-lidah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar