Sabtu, 21 November 2009

Nyatakan Apa Yang Salah

II Tim.4:1-5

Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

SIKAP TERHADAP ALKITAB

Banyak orang memperlakukan firman Tuhan secara diskriminatif. Mereka sangat memperhatikan ayat-ayat Alkitab tertentu karena ayat-ayat tersebut sangat cocok dengan keadaan mereka, atau sangat sesuai dengan keinginan hati mereka, atau memihak mereka. Sikap demikian jelas bukan sikap mematuhi firman Tuhan melainkan memanfaatkan firman Tuhan untuk kepentingan diri sendiri.

Ada juga orang Kristen yang bersikap diskriminatif terhadap firman Tuhan karena beda yang mengucapkan atau yang menuliskannya. Perintah Tuhan Yesus yang ditulis oleh Rasul Matius disebut Amanat Agung (Mat.28:19-20) dan sangat diperhatikan sementara perintah Tuhan yang disampaikan melalui Rasul Paulus sebagaimana nats kita di atas dianggap remeh.

Jika kita melihat Alkitab sebagai sebuah kitab yang sumbernya satu, yaitu Allah Pencipta langit dan bumi, siapapun yang menjadi penulisnya tidak menjadi masalah karena mereka semuanya mendapatkan ilham dari Allah, maka sepatutnya kita menyikapi semua ayat Alkitab secara sama, artinya semuanya adalah firman Allah yang perlu kita taati. Hanya dengan sikap demikianlah usaha exegesis terhadap ayat-ayat Alkitab berguna untuk dilakukan.

OTORITAS PEMBERI PESAN

Rasul Paulus mengharapkan sikap tunduk dan hormat dari Timotius atas pesan yang akan disampaikannya, sehingga Timotius dan semua murid Tuhan akan dengan sungguh-sungguh melaksanakan pesannya. Ungkapan di hadapan Allah dan Yesus Kristus adalah ungkapan yang sangat serius. Allah adalah pencipta langit dan bumi, dan Yesus Kristus adalah Juruselamat yang telah menyelamatkan kita. Mungkinkah ada murid yang berani membantah atau mengabaikan pesan yang disampaikan di hadapan Allah dan Yesus Kristus?

Bahkan Rasul Paulus memberi penekanan yang lebih hebat lagi dengan menunjukkan kuasa Allah dan Yesus Kristus yang akan menghakimi orang hidup dan orang mati. Tidak ada seorang murid pun yang boleh mengelak dari tanggung jawab atas pesan yang disampaikan karena waktu kita masih hidup kita harus melaksanakannya dan nanti pada saat kita mati kita pun masih tetap akan dimintai tanggung jawab atasnya. Jadi, tidak ada satu murid pun yang boleh mengabaikan pesan yang disampaikannya kepada Timotius dan kepada setiap murid Kristus generasi berikut.

Demi penyataanNya dan demi kerajaanNya, menambah keseriusan pesan yang akan Paulus sampaikan. “Penyataan” itu artinya penyingkapan atau wahyu. Sebagaimana Allah menyatakan banyak wahyu kepada Rasul Paulus, baik wahyu doktrinal maupun misi pemberitaan Injil hingga ke ujung bumi, termasuk kondisi pemberitaan Injil pada akhir zaman. Jadi, demi penyataan atau wahyu yang telah dinyatakan kepada Paulus tentang situasi pemberitaan Injil pada akhir zaman yang akan semakin sulit, dan demi kerajaan Yesus Kristus yang akan didirikan sesudah pemberitaan Injil berakhir, pesan berikut ini disampaikan.

ISI PESAN

(1) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya. Firman apa yang harus diberitakan dalam segala waktu itu? Jawabnya adalah: berita tentang keselamatan bagi manusia melalui penebusan yang dilakukan Yesus Kristus. Manusia berdosa yang tadinya harus dihukum ke neraka ternyata mendapatkan kasih Allah sehingga Ia telah mengutus Yesus untuk dihukumkan menggantikan manusia.

Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan manusia dari akibat dosa, yaitu mengambil alih hukuman yang harus ditanggung manusia. Yesus Kristus telah melakukan tugas tersebut dengan menerima hukuman di atas kayu salib sebagai penjahat terbesar menggantikan manusia berdosa seisi dunia (Ibr.2:9). Setiap orang yang bertobat dan percaya bahwa Yesus telah menggantikannya di hukum dan ia kini sedang menggantikan Yesus hidup, mendapatkan kepastian masuk Sorga.

Firman yang agung dan mulia inilah yang dipesankan oleh Tuhan melalui Rasul Paulus untuk diberitakan. Beserta dengan berita ini tentu termasuk semua pengajaran doktrinal yang merupakan pengajaran harmonisasi dari Injil Keselamatan. Setelah seseorang diselamatkan, tentu ia harus melanjutkan hidupnya sesuai dengan Alkitab, bukan sesuai dengan mimpi, atau nubuatan kontemporer. Firman tertulis yang telah dikanonkan dalam Alkitab telah final sehingga tidak ada nubuatan yang datang dari Tuhan lagi sesudah Wahyu 22:21.

Ketika seseorang diselamatkan Injil, ia juga diperintahkan untuk berjemaat, sehingga ia harus mengenal jemaat yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan Alkitab, karena kini sesungguhnya terdapat banyak jemaat iblis (Wah.2:9, 3:9).

Gereja yang memberitakan Injil yang benar adalah jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran (I Tim.3:15). Sebaliknya gereja yang memberitakan Injil yang salah adalah wadah penyesatan, bukan jemaat Allah melainkan jemaat iblis (Wah.2:9, 3:9). Berhubung keberadaan jemaat iblis itu sangat membahayakan manusia, karena akan menenggelamkan manusia ke neraka, maka Tuhan menghendaki murid-muridNya dengan gagah berani menyatakan apa yang salah. Kalau tidak ada orang yang berani menyatakan apa yang salah, maka kelestarian bahkan pertumbuhan jemaat iblis akan semakin pesat, dan tentu akibatkan semakin banyak orang disesatkan.

(2) Nyatakanlah apa yang salah. Orang Kristen yang diselamatkan, belum segera dibawa ke Sorga tetapi harus bersaksi kepada manusia di dunia ini tentang Injil Keselamatan yang telah menyelamatkannya. Sehubungan dengan tugas ini maka ia perlu memahami Injil bukan sekedar untuk diimani melainkan hingga tahap sanggup menjelaskannya kepada orang lain. Dan juga karena diperintahkan untuk berjemaat, maka ia harus tahu dan turut bertanggung jawab atas jemaat dimana ia menjadi bagian sehubungan dengan seluruh pengajarannya. Setiap hal negatif yang terjadi dalam jemaat akan dituntut Tuhan pada setiap anggotanya dan sebaliknya setiap hal positif yang dilakukan jemaat akan dipuji atau dihadiahi Tuhan pada setiap anggotanya.

Tuhan menghendaki murid-muridNya dengan gagah berani menyatakan kebenaran dan tentu juga menyatakan segala kesesatan atau kesalahan. Sebelum dunia mengenal kebebasan pers, Tuhan telah memprakarsai kebebasan pers melalui Rasul Paulus bahwa orang Kristen harus menjadi pelopor kebebasan pers. Siapakah dalam sebuah negara demokrasi yang menghendaki pers hanya menulis semua positif dan kebaikan aparat pemerintah namun menyembunyikan kesalahan dan keburukan mereka? Tentu para koruptor akan sangat senang dengan pembungkaman pers agar semua “boroknya” tidak terungkap kepada publik.

Ketika Tuhan berpesan agar murid-murid-Nya menyatakan apa yang salah, di dalamnya terkandung sebuah niat yang luhur sebagaimana niat kebebasan mengemukakan pendapat atau kebebasan pers di sebuah negara demokrasi yang bertujuan agar tidak ada orang yang dapat menyembunyikan keburukan.

Tuhan menghendaki agar ada kebebasan mengemukakan pendapat atau bahkan ada perdebatan doktrinal agar kebenaran berkumandang sejajar dengan kemampuan pikiran manusia beserta kecintaan hatinya akan kebenaran. Seandainya kebenaran yang kalah sebagai konsekuensi kebebasan mengemukakan pendapat, maka itu apa boleh buat, paling-paling itu menandakan mayoritas manusia zaman itu tidak berpikir dengan baik atau tidak cinta kebenaran. Artinya jika oleh kebebasan mengemukakan pendapat, ternyata kebenaran dikalahkan, maka itu adalah resiko bagipembela kebenaran.Namun kekalahan ini terhormat dan puas karena kemenangan di dunia adalah sementara sampai kita menghadap Sang Pencipta.

Sebagaimana di negara demokratis rakyat tidak menghendaki pengekangan kebebasan berpendapat, lebih lagi Tuhan, Sang Pencipta akal budi manusia, tidak menghendaki adanya pengekangan kebebasan pemakaian akal budi yang diciptakanNya.Tuhan menghendaki agar tiap-tiap orang bebas menyatakan sesuatu yang dinilainya benar dan salah.

Lalu bagaimana dengan firman yang mengatakan “jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu (Mat.7:1-2). Kalau pembaca memperhatikan ayat tersebut di atas, sama sekali tidak dilarang untuk menghakimi, melainkan yang menghakimi harus siap dihakimi dengan ukuran yang sama. Kalimatnya, “jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Ayat ini tidak bertentangan dengan perintah nyatakan apa yang salah, karena siapa yang berani menyatakan orang lain salah harus siap dikonfirmasi atau diadu berargumentasi, atau dinyatakan salah juga oleh orang lain. Ingat, dalam hal benar-salah cara mendapatkannya bukan dengan adu otot, melainkan adu argumentasi. Kalau seseorang siap diukur dengan ukuran yang sama, silakan ia melakukan pengukuran. Dan kalau tidak mau diukur orang lain, atau dihakimi orang lain, ya jangan menghakimi. Dengan kata lain, setiap orang yang berani menyatakan orang lain salah, adalah orang yang siap berargumentasi atau siap dinyatakan salah oleh orang lain.

Iblis menghembuskan konsep yang aneh dan mendorong sikap yang aneh di kalangan orang Kristen. Konsep dan sikap aneh ini dibutuhkan iblis sebelum ia mengirim para penyesatnya. Konsep bahwa tidak boleh mengatakan orang lain salah adalah pra-kondisi yang sangat dibutuhkan oleh penyesat agar pengajaran sesatnya tidak diutak-atik atau tidak dinyatakan salah oleh pengajar kebenaran. Camkanlah, dan renungkanlah! Pengajaran sesat akan sangat gampang ditekel jika konsep demikian dihilangkan dari kepala orang Kristen. Orang Kristen yang kritis tidak gampang disesatkan. Yang gampang disesatkan hanyalah mereka yang bodoh dan yang malas berpikir.

Salah menafsirkan Matius 7:1 tersebut di atas telah menciptakan kondisi subur bagi penyesatan. Padahal Tuhan dalam ayat tersebut berbicara tentang penghakiman atas perkara subyektif, misalnya menilai orang cantik atau jelek, baik hati atau jahat, kasih atau benci, bukan menghakimi hal yang bersifat doktrinal. Kita tidak bisa menilai seseorang tentang kasih, karena bagi yang seorang ia kurang kasih, tetapi yang lain ia sangat kasih. Kalau kita mencoba menilai orang atas perkara yang subyektif, maka bersiap-siaplah dinilai kembali dengan ukuran yang sama.

Bahkan terhadap kesalahan perbuatan, Tuhan memberi kita prosedur dalam menyatakan apa yang salah dalam Mat.18:15-17).

Pertama kita nyatakan secara empat mata, dan kemudian membawa beberapa teman, dan terakhir sampaikan perkara tersebut kepada jemaat, dan finalnya adalah diusir dari jemaat.

Tetapi khusus hal-hal yang bersifat doktrinal, sebagaimana kita memberitakan kebenaran kepada publik demikian juga kita harus membongkar ketidakbenaran kepada publik, tentu harus lengkap dengan alasan-alasan atau argumentasi-argumentasi, atau bukti-bukti.

Pers memiliki kebebasan di era demokrasi, tetapi tentu tidak boleh memfitnah. Ketika pers menyingkap perbuatan korupsi aparat, ia harus memiliki bukti. Kalau dalam hal doktrinal, ketika seseorang berani menyatakan gereja lain salah, dan kalau yang menjadi patokan rujukan adalah Alkitab, maka yang bersangkutan harus menunjukkan ayatnya.

Tegorlah Dan Nasehatilah Dengan Segala Kesabaran Dan Pengajaran.

Menegor orang atas kesalahannya baik doktrinal maupun tindakan bukanlah hal yang gampang dilakukan. Fakta juga memberitahukan bahwa tidak ada orang yang suka ditegor maupun dinasehati. Sama seperti tugas menyatakan apa yang salah, yang juga sulit diterima oleh orang yang dinyatakan kesalahannya, maka demikian juga dengan tugas tegor serta nasehat ini yang kalau bisa dihindari pasti akan dihindari oleh murid-murid Tuhan. Namun jika setiap murid menghindari tugas ini, maka yang bersukacita adalah iblis beserta antek-anteknya. Suasana subur bagi mereka untuk menyesatkan secara doktrinal maupun merangsang kekacauan moral di antara murid Tuhan akan semakin meningkat.

Itulah sebabnya dalam pesan yang sangat serius ini dipesankan agar ada murid yang rela dibenci, bahkan rela dimusuhi, demi menegakkan kebenaran, mau dengan penuh kesabaran menegor dan menasehati. Bahkan bukan hanya perlu penuh kesabaran, melainkan juga perlu dengan pengajaran. Ketika kita menegor kesalahan seseorang, adalah tanggung jawab penegor untuk memberikan pengajaran kebenaran. Tidak etis untuk menyatakan seseorang salah tanpa menjelaskan yang benar kepadanya.

STT GRAPHE telah menyelenggarakan seminar doktrinal lebih dari 30 kali. Dalam seminar-seminar tersebut Dr. Liauw dengan tegas menyatakan pengajaran-pengajaran yang salah dan dengan gamblang menjelaskan kebenaran alkitabiah. Setiap yang hadir diberi kesempatan untuk bertanya hingga sepuas-puasnya, bahkan sering melayani penanya lewat internet. Berani menyatakan apa yang salah, dan mampu menjelaskan apa yang benar. Harapan pencinta kebenaran ialah, dengan berbuat demikian maka kebenaran akan semakin bertumbuh dan kesesatan akan semakin layu.

Manusia Akan Mencintai Dusta

Paulus menubuatkan bahwa akan tiba saat dimana manusia tidak suka kebenaran. Mungkin karena kesesatan telah menjadi mayoritas sehingga memiliki kuasa duniawi, atau mungkin manusia telah terlalu bejat sehingga tidak nyaman dengan pemaparan kebenaran, tetapi yang jelas iblis tidak suka akan kebenaran dan akan memakai siapa saja yang tidak waspada dan dengan cara apa saja untuk membungkam kebenaran.

Manusia akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukakannya untuk dongeng. Gereja yang membiasakan tradisi tukar mimbar untuk mengakomodasi anggota jemaat tanpa lahir baru yang ingin gonta-ganti pengkhotbah dengan alasan bosan adalah fakta penggenapan nubuat Rasul Paulus. Yang diinginkan oleh orang Kristen demikian tentu bukan kebenaran melainkan cerita lucu, dongeng nenek tua, yang membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. Sementara itu orang yang mengajarkan kebenaran apalagi menegur anggota-anggota jemaat yang berdosa, akan dikritik habis-habisan. Tentu tidak mengritik khotbahnya yang keras, tetapi biasanya mencari hal-hal lainnya sebagai entry point untuk membungkam pengajarannya yang tegas.

Kuasai Diri & Beritakan Injil

Tetapi bagi pencinta kebenaran, dan pelayan-pelayan kebenaran, tentu tidak boleh goyah dan sempoyongan, melainkan harus tetap dalam kondisi menguasai diri. Menguasai diri adalah tanda kemenangan sedangkan panik dan apalagi ngamuk adalah bukti kekalahan.

Sabar menderita adalah modal untuk peperangan jangka panjang. Pengajaran kebenaran harus memiliki cukup stock kesabaran dalam penderitaan,kalau tidak akan sulit untuk bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Lakukan pekerjaan pemberita Injil karena jika orang berdosa bertobat dan lahir baru, maka ia akan mencintai kebenaran. Hanya sekedar Kristen, tanpa lahir baru, hanya akan menciptakan orang “Kristen aneh,” yaitu yang tangannya memegang Alkitab namun menentang orang yang mengajarkan Alkitab, tanpa mampu berargumentasi.

Tentu sebagai murid kita patut dengan setia menunaikan tugas pelayanan yang telah dibebankan ke pundak kita. Apapun tanggung jawab kita, atau bidang dimana kita ditempatkan, Tuhan harapkan agar kita setia menunaikan tugas pelayanan kita.***

Sumber:

PEDANG ROH Edisi 41 Tahun X Oktober-November-Desember 2004

Tidak ada komentar: