AL-QAIDA MEMBUNUH JAUH LEBIH BANYAK MUSLIM DARIPADA NON-MUSLIM
Berikut ini disadur dari "Surprising Study on Terrorism," Spiegel Online, 3 Des. 2009: "Sebuah penelitian baru oleh Combating Terrorism Center di AS telah menunjukkan bahwa mayoritas besar dari korban-korban al-Qaida adalah, justru orang-orang yang seagama dengan mereka. Dalam pertempuran melawan orang-orang tidak percaya, bolehkan seseorang membunuh sesama Muslim? Bahkan jaringan terror-nya al-Qaida pun risih dengan pertanyaan ini... Antara 2004 hingga 2008, misalnya, al-Qaida mengklaim bertanggung jawab atas 313 serangan, yang mengakibatkan kematin 3010 orang. Dan walaupun serangan-serangan ini termasuk insiden-insiden terorisme di Barat – di Madrid tahun 2004 dan di London tahun 2005 – hanya 12 persen yang mati (371 orang) adalah orang Barat....Mungkin lebih signifikan lagi adalah jika kita mencermati serangan-serangan pada tahun 2007 dan mengabaikan serangan-serangan di Iraq dan Afghanistan, maka jatah orang-orang non-Barat yang dibunuh oleh al-Qaida meningkat menjadi 99%. Di tahun 2008, angkanya adalan 96%."
HATI-HATI TERHADAP FIKSI ILMIAH (SCIENCE FICTION)
Fiksi ilmiah membawa pembaca masuk ke suatu dunia yang aneh tanpa Allah. Oh, ya, bisa saja ada semacam "ilah" atau "kekuatan," tetapi yang jelas bukanlah Allah sebagaimana dalam Alkitab, dan nama-nama besar di bidang ini adalah atheis. Ambil saja CARL SAGAN sebagai contoh. Novel fiksi ilmiahnya yang best-selling, Contact, telah dibuat menjadi film. Sagan adalah salah satu imam besar evolusi ateistik. Dalam novelnya dia menggambarkan tokoh utamanya sedang berdebat dengan dua orang pengkhotbah dan mengatakan, "Tidak ada bukti yang kuat bahwa ada Allah."
Pada tahun 1997 Sagan mengatakan, "Saya satu pandangan dengan seorang pahlawan saya, Albert Einstein: `Saya tidak dapat membayangkan seorang Allah yang memberi hadiah dan menghukum ciptaanNya atau yang memiliki kehendak seperti yang alami dalam kehidupan kita. Saya juga tidak bisa – dan tidak mau – membayangkan tentang seseorang yang masih hidup setelah kematian fisiknya. Biarlah jiwa-jiwa yang lemah, karena rasa takut atau ego yang kacau, yang menyimpan pikiran-pikiran demikian'"(Parade, 10 Maret 1997).
Pada tahun 1997 Sagan mengatakan, "Saya satu pandangan dengan seorang pahlawan saya, Albert Einstein: `Saya tidak dapat membayangkan seorang Allah yang memberi hadiah dan menghukum ciptaanNya atau yang memiliki kehendak seperti yang alami dalam kehidupan kita. Saya juga tidak bisa – dan tidak mau – membayangkan tentang seseorang yang masih hidup setelah kematian fisiknya. Biarlah jiwa-jiwa yang lemah, karena rasa takut atau ego yang kacau, yang menyimpan pikiran-pikiran demikian'"(Parade, 10 Maret 1997).
Perhatikanlah nama terkenal lainnya dalam Fiksi Ilmiah, ISAAC ASIMOV. Dalam sebuah wawancara tahun 1982, dia mengatakan, "Secara emosional saya adalah seorang atheis. Saya tidak punya bukti bahwa Allah tidak eksis, tetapi saya sedemikian mencurigai bahwa dia tidak eksis sehingga saya tidak mau menghabiskan waktu saya" (Paul Kurts, "An Interview with Isaan Asimov on Science and the Bible," Free Inquire, Spring 1982, hal. 9).
Perhatikan ROBERT HEINLEIN, yang disebut "dekan para penulis fiksi ilmiah." Ia menolak Alkitab dan mempromosikan "seks bebas." Bukunya "Stranger in a Strange Land" dianggap sebagai "Alkitab tidak resmi bagi gerakan hippie." Heinlein adalah seorang nudist (seorang yang mempromosikan ketelanjangan) dan dia mempraktekkan "poliandri" (banyak suami). Dia mempromosikan agnostikisme dalam buku-buku fiksi ilmiahnya.
Perhatikan ARTHUR CLARKE, penulis dari banyak karya fiksi ilmiah, termasuk "2001: A Space Odyssey." Clarke, yang kemungkinan adalah seorang homoseksual, mempromosikan evolusi berdasarkan pantheisme. Ia memberitahu sebuah koran di Sri Lanka, "Saya tidak percaya Allah atau kehidupan setelah kematian" ("Life Beyond 2001: Exclusive Interview with Arthur C. Clarke," The Island, 20 Des. 2000). Dalam instruksi yang dia tinggalkan untuk pengaturan penguburannya pada bulan Maret 2008, ia berkata, "sama sekali tidak boleh atas ritual keagamaan apapun, yang berhubungan dengan iman agamawi apapun, boleh dihubungkan dengan penguburan saya."
Perhatikan KURT VONNEGUT. Dia adalah seorang atheis, dan sebagai seorang presiden kehormatan dari American Humanist Association, dia taat kepada aturan "tidak boleh menerima pandangan supranatural tentang realita."
Perhatikan GENE RODDENBERRY, pencipta dari Star Trek. Dia adalah seorang agnostik dan humanis yang membayangkan suatu dunia di mana "semua orang adalah atheis dan dunia lebih baik karenanya" (Brannon Braga, "Every Religion Has a Mythology," International Atheist Conference, 24 Juni 2006). Fiksi ilmiah secara intim berhubungan dengan evolusi Darwin. Sagan dan Asimov, misalnya, adalah ilmuwan-ilmuwan evolusi yang terkenal. Fiksi ilmiah bangkit di akhir abad 19 dan awal abad 20 sebagai produk pandangan dunia yang evolusionistis yang menyangkal adanya Pencipta yang Mahakuasa. Faktanya, evolusi itu sendiri ADALAH fiksi ilmiah yang paling terkenal. Hati-hatilah!
EPISKOPAL MENGANGKAT SEORANG "USKUP" LESBIAN
Pada tanggal 5 Desember, keuskupan Los Angeles dari Gereja Episkopal Amerika memungut suara untuk memilih seorang lesbian sebagai uskup. Penunjukan Mary Glasspool, yang telah hidup bersama "partner"nya selama 19 tahun, harus dikonfirmasi lagi oleh suara terbanyak di dari 108 wilayah keuskupan denominasi tersebut. Uskup Agung Canterbury secara menyedihkan berkomentar bahwa pemilihan itu "menimbulkan pertanyaan-pertanyaan serius bukan saja bagi Gereja Episkopal dan mengenai tempatnya dalam Persekutuan Anglikan, tetapi juga bagi Persekutuan [Anglikan] secara keseluruhan" ("Los Angeles Episcopalians Elect Lesbian," CNN, 6 Des. 2009). Isu homoseksualitas sedang memecah belah Gereja Episkopal, dan banyak jemaat yang sudah meninggalkan denominasi itu.
Editor: Gereja Episkopal adalah Gereja Anglikan di Amerika. Vatikannya (pusatnya) Anglikan adalah di Canterbury. Pausnya Anglikan adalah Uskup Agung Canterbury
MANTAN MENTERI KESEHATAN BELANDA MENGAKUI KESALAHAN MELEGALKAN EUTHANASIA
Berikut ini disadur dari LifeSiteNews.com, 2 Des. 2009: "Mantan menteri kesehatan Belanda yang telah sukses mempromosikan legalisasi euthanasia (memperbolehkan seseorang yang sakit kritis untuk memilih dimatikan) kini telah mengakui bahwa keputusan pemerintah itu adalah suatu kesalahan, dan ia mengatakan bahwa mereka seharusnya berfokus pada pengobatan paliatif (meringankan rasa sakit). Els Borst, yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan untuk Belanda dari tahun 1994 hingga 2002, waktu itu mengajukan rancangan undang-undang euthanasia yang sangat terkenal itu. Ketika rancangan undang-undang itu diluluskan pada tahun 2001, Belanda menjadi negara pertama di dunia yang memperbolehkan euthanasia. Pada tahun 2008 saja, dokter-dokter Belanda melaporkan 2331 kasus euthanasia dan bunuh diri yang dibantu dokter.....Penyesalan Borst mengenai situasi di Belanda tersebut sangat penting mengingat bahwa negara tersebut telah menjadi contoh model bagi para pendukung euthanasia di negara-negara lain....[Alex] Schadenberg [dari Koalisi Pencegahan Euthanasia] menunjukkan bahwa "suatu lereng yang licin" telah tercipta di Belanda, yang disangkal oleh para politisi negara itu, dengan cara `menutup-nutupi fakta secara sistematis.' Dia bertanya, `Bagaimana mungkin kamu mengatakan bahwa tidak ada `lereng yang licin' di Belanda – sambil mengetahui bahwa kalian kini mengizinkan euthanasia bagi bayi-bayi yang baru lahir, dan bahwa kalian telah beranjak dari rencana awal euthanasia hanya bagi mereka yang menderita penyakit mematikan pada tahap akhir, [dan kini] menjadi juga bagi mereka yang sakit mental?'"
Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar