Selasa, 25 Oktober 2011

Kristen Tak Perlu IMB Tempat Ibadah

GKI Taman Yasmin, Bogor

BEDA KONSEP ISLAM DENGAN KRISTEN
Kekristenan di Indonesia, dan mungkin di seluruh negara Islam, terkontaminasi konsep Islam. Semua ini akibat dari para pemimpin Kristen yang tidak paham tentang hakekat kekristenan itu sendiri. Bahkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan Ibrani 10:25, dengan menambahkan kata "ibadah" ke dalam kalimat yang sesungguhnya tidak ada kata itu di dalam bahasa aslinya.

Orang Kristen harus tahu bahwa kita sekarang sudah berada di Zaman Ibadah Hakekat (ZIH) bukan berada di Zaman Ibadah Simbolik (ZIS) lagi. Bahwa kita berada di zaman menyembah dengan hati, bukan di zaman menyembah dengan tubuh. Bahwa kita sudah berada di dalam zaman beribadah secara rohaniah dan bersifat kebenaran, bukan beribadah secara ritual dengan berbagai upacara lahiriah.

Ibadah simbolik diperintahkan sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Orang berdosa tidak bisa masuk Sorga karena Sorga adalah tempat yang maha kudus. Orang berdosa juga tidak bisa menghampiri Allah yang maha kudus. Karena Allah maha adil, dosa tidak dapat dihilangkan begitu saja melainkan harus dihukumkan. Selanjutnya agar masalah dosa Adam dan Hawa selesai, mereka harus mengaku salah dan menyesal serta menerima penghukuman. Sifat Allah yang maha suci tidak bisa dihampiri dosa, dan sifatNya yang maha adil menuntut penghukuman. Dan sifatNya yang maha kasih mendorongNya menjadi Juruselamat untuk menyelamatkan manusia. Tentu keselamatan yang datang dari Allah tidak akan bahkan tidak boleh bertentangan dengan sifat Allah. Kalau bertentangan, maka itu pasti bukan jalan keselamatan dari Allah.

Adam harus bertobat (mengaku salah dan menyesal), dan dosa Adam harus dihukumkan. Karena kasihNya, Allah menjanjikan Juselamat yang akan dapat meremukkan kepala ular sekalipun tumitnya terpatuk. Selanjutnya penyelamat ini digambarkan melalui sebuah prosesi simbolik sederhana, yaitu menyembelih binatang korban di atas mezbah. Intinya, Juruselamat akan diutus untuk dihukumkan menanggung dosa seisi dunia.

Ibadah simbolik sederhana, yaitu menyembelih binatang korban di atas mezbah, sesungguhnya adalah sebuah upacara simbolik yang Allah perintahkan kepada manusia untuk mengingatkan manusia pada janjiNya untuk mengirim Juruselamat yang akan dihukumkan bagaikan binatang korban yang disembelihkan. Sayang sekali banyak kelompok tidak memahaminya. Sebagian besar orang Yahudi tidak memahaminya, dan orang Muslim juga tidak memahami makna kambing korban yang mereka sembelih pada hari Idul Adha. Akhirnya baik kelompok Yahudi maupun kelompok Muslim, mereka sama-sama masih terjebak dalam ibadah simbolik jasmaniah yang penuh dengan ritual upacara. Mereka gagal melihat bahwa hakekat ibadah simbolik yang Allah perintahkan sesungguhnya sudah tiba. Ketika Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus sambil berseru, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh.1:29), maka tercapailah tujuan seluruh ibadah simbolik yang Tuhan perintahkan sejak Adam. Yesus Kristus, Sang Hakekat, telah tiba menggenapi janji Allah. Dialah domba Allah yang disimbolkan oleh ribuan bahkan jutaan domba yang telah disembelih sejak Adam.

Adam, Abraham, Musa, dan semua orang PL akan dihitung selesai dosa mereka apabila mereka bertobat dan percaya kepada Juruselamat yang AKAN DATANG untuk dihukumkan menggantikan mereka. Dan setiap orang yang hidup sesudah penyalibanNya akan dihitung selesai dosanya apabila ia bertobat dan percaya kepada Juruselamat yang SUDAH DATANG dihukumkan menggantikan mereka.

Jadi, konsep Islam dan Yudaisme masih terperangkap dalam konsep ibadah simbolik, ritual, jasmaniah. Sedangkan konsep Kristen adalah ibadah Hakekat, rohaniah. Islam dan Yudaisme karena tidak menerima Yesus sebagai Sang Hakekat masih terperangkap dalam ibadah badaniah, sedangkan Kristen sudah beribadah secara rohaniah dengan hati.

IBADAH TERIKAT TEMPAT vs IBADAH DALAM ROH & KEBENARAN
Akhirnya terdapat perbedaan yang sangat besar antara ibadah jasmaniah Islam dan Yudaisme dengan ibadah kekristenan. Ibadah Islam adalah ibadah simbolik, jasmaniah, ritual, sedangkan ibadah Kristen adalah dengan hati dan rohaniah. Ibadah dengan hati dan rohaniah tidak terikat pada ruang dan waktu maupun postur tubuh. Sikap hati yang menjunjung tinggi dan memuja Allah sepanjang waktu itulah ibadah hakekat kekristenan. Ibadah hakekat tidak membutuhkan waktu yang khusus, tidak membutuhkan tempat yang khusus dan juga tidak membutuhkan sikap postur tubuh yang khusus pula. Orang Kristen maupun umat agama harus paham bahwa acara yang misalnya diadakan pada hari Minggu pagi itu sesungguhnya adalah acara BERJEMAAT, bukan acara ibadah. Ibadah Kristen sesungguhnya terjadi setiap waktu bukan hanya terjadi pada Minggu pagi saja.

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), menerjemahkan kata Ibrani ה ד ב ע (abodah) dalam kitab-kitab PL dengan kata ibadah. Kita tahu bahwa zaman PL memang ibadahnya masih simbolik dan lahiriah. Tetapi kemudian menerjemahkan
kata Yunani εὐσέβεια, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan godliness dengan kata ibadah adalah kurang tepat. Dan banyak kata lain seperti λυθείσης δὲ τῆς συναγωγῆς (Kis. 13:43), mestinya diterjemahkan "setelah selesai acara sinagoge". Namun karena LAI sangat terpengaruh konsep Islam maka menerjemahkannya menjadi, "Setelah selesai ibadah," padahal sama sekali tidak ada kata sembah-menyembah di situ. Selain contoh di atas kata λειτουργίᾳ (Fil 2:17), juga biasa diterjemahkan dengan kata ibadah.

Memang adalah hal sangat sulit, bahkan bagi Allah sendiri, untuk mengubah kebiasaan manusia yang ribuan tahun menyembah secara ritual jasmaniah menjadi menyembah secara hati dan rohaniah. Tuhan pernah berkata bahwa anggur baru tidak boleh disimpan di kirbat yang lama, adalah salah satu cara Tuhan mengajarkan bahwa Injil Kebenaran yang baru tidak boleh disimpan di dalam sistem ibadah lama yang jasmaniah dan ritual.

Karena sistem ibadah kekristenan yang bersifat hakekat dan dengan hati serta berlangsung di seluruh waktu, maka orang
Kristen tidak membutuhkan tempat khusus untuk ibadah. Orang Kristen hanya membutuhkan tempat berkumpul, sebagaimana orang berkumpul untuk acara pernikahan, berkumpul untuk olah raga dan lain-lain.

Jadi, izin membangun gedung (IMB) khusus untuk rumah ibadah tidak dibutuhkan oleh orang Kristen sebagaimana dibutuhkan oleh umat Islam, umat Hindu, atau umat Budha yang sifat ibadah mereka secara ritual dan lahiriah. Kekisruhan bahkan kekacauan sehubungan dengan IMB rumah ibadah ini sepenuhnya disebabkan karena aparat pemerintah yang tidak mengerti kekristenan ditambah dengan pemimpin Kristen yang tidak memahami kebenaran, telah menerapkan konsep agama Islam pada kekristenan. Orang Kristen cukup membangun gedung dengan IMB untuk pertemuan, karena memang sesungguhnya tidak ada acara sembah-menyembah melainkan hanya bertemu untuk bernyanyi dan belajar Alkitab. ***

Sumber: Pedang Roh Edisi 69 Edisi LXIX Tahun XVI Editor: Dr. Suhento Liauw, Oktober - November Desember 2011

Tidak ada komentar: