Minggu, 16 Oktober 2011

Negara Itu Hamba Allah?

Nimrod adalah orang pertama yang membentuk pemerintahan di muka bumi (Kej 10:8) dan sudah jelas bahwa pemerintahan Nimrod tidak berkenan kepada Allah. Buktinya ketika ia memimpin rakyatnya membangun menara Babel, Tuhan mengacaukan bahasa mereka.

Lalu dalam pengertian apakah ketika Rasul Paulus mengatakan, "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah" (Rom.13:1-6)

Pemerintahan yang Ideal di Mata Tuhan
Dari tulisan Paulus di atas tergambarkan dengan jelas tentang pemerintah yang diinginkan dan diharapkan Tuhan. Ayat-ayat tersebut memberitahukan bahwa Allah mengadakan pemerintah demi ketertiban hidup manusia. Memberitahukan bahwa tugas pemerintah ialah memberi hadiah kepada yang berbuat baik dan menghukum yang berbuat jahat. Tugas utama pemerintah ialah menjaga ketertiban antarmanusia, bukan mengurusi sikap seseorang atau iman seseorang kepada Tuhan yang diyakininya. Jadi setelah manusia semakin banyak, dan persoalan antar manusia juga semakin banyak, maka Allah sangat menghendaki adanya pemerintah yang mengatur antar manusia. Tiap-tiap kejahatan harus dihukum dan tiap-tiap kebaikan harus mendapat apresiasi dari pemerintah.

Setiap orang Kristen bahkan setiap manusia yang ingin hidup damai, setuju bahwa harus ada pemerintah. Seandainya di antara manusia yang berjumlah ratusan juta tanpa ada pemerintah, maka pasti akan terjadi kekacauan yang luar biasa. Dalam situasi demikian yang paling galak dan paling bengis itu akan menguasai yang lemah. Pada situasi itu tentu orang bukan belajar bahasa atau belajar berhitung melainkan akan belajar bela diri (Kung Fu), atau masing-masing akan beli pistol dan menggantungkannya di pinggang.

Jadi, betapa benarnya pernyataan Rasul Paulus bahwa pemerintah adalah "hamba Allah" karena tanpa pemerintah maka dunia ini akan kacau dan orang-orang baik yang mengasihi Allah tidak akan dapat melaksanakan kebaikan yang Tuhan inginkan. Dengan kehadiran pemerintah yang baik, maka orang baik dapat hidup baik, sehingga ketika dijahati dia tidak perlu membalas karena negara ada polisi yang akan menangkap orang jahat tersebut dan pengadilan akan menghukumnya. Kalau tetangganya tidak tahu diri, misalnya membangun pagar di tengah malam dengan mesin las yang ribut, orang baik tidak perlu menegurnya langsung yang mungkin bisa menimbulkan pertengkaran, melainkan yang bersangkutan akan ditegur oleh RT atau RW atau polisi.

Di dalam negara yang berstatus hamba Allah masyarakat tidak memerlukan izin untuk melakukan hal yang baik. Pengaturan perizinan sifatnya untuk keteraturan dan untuk pemungutan pajak. Sebaliknya di negara yang berstatus hamba iblis, untuk melakukan kebajikan pun memerlukan ijin. Biasanya perizinan ditambah-tambahkan oleh aparat yang korup. Dalam situasi demikian semakin banyak perizinan dibutuhkan akan semakin memberi peluang bagi aparat-aparat korup untuk mendapatkan peluang memeras orang.

Dalam Roma pasal 13 Rasul Paulus menuliskan bahwa pemerintah adalah hamba Allah, dan ia tidak berhenti pada kalimat itu. Ia memberi gambaran hal-hal yang dilakukan oleh pemerintah yang berstatus sebagai hamba Allah itu. Seharusnya tidak ada orang yang berkesimpulan bahwa pemerintahan Nimrod itu hamba Allah, atau negara Korea yang di bawah pemerintah Kim Jong Il itu hamba Allah, atau negara China ketika di bawah pemerintahan Mao Tje Tung itu hamba Allah.

NEGARA BISA JADI HAMBA IBLIS
Ketika sebuah pedang berada di tangan pahlawan yang baik hati, pedang itu akan berfungsi sebagai alat yang sangat berguna untuk membela kebenaran. Tetapi ketika pedang itu jatuh ke tangan penjahat, pedang itu bukan lagi sebagai alat untuk membela kebenaran melainkan alat yang sangat mengerikan.

Ketika sebuah negara dikuasai iblis, negara itu tidak memberi kebebasan kepada rakyatnya untuk mencari kebenaran, bahkan menghalang-halangi rakyatnya mendapatkan kebenaran, maka negara itu bukan lagi sebagai hamba Allah, melainkan telah menjadi hamba iblis.

Negara yang dikuasai iblis biasanya tidak mengijinkan rakyatnya untuk memilih obyek imannya karena iblis sesuai dengan karakternya adalah menjajah. Biasanya negara yang dikuasai iblis tidak akan menghasilkan aturan hukum yang baik karena sifat iblis yang pada dasarnya tidak menghendaki keteraturan. Dengan produk hukum yang tidak bagus otomatis juga akan berpasangan dengan aparat yang tidak baik pula. Di dalam negara demikian korupsi akan merajarela, dan tidak akan ada keadilan karena pengadilan bahkan aparat hukumnya korup.

Biasanya di negara yang dikuasai iblis rakyat yang baik justru takut kepada pemerintah dan yang jahat menjadi sahabat pemerintah. Biasanya di negera demikian rakyatnya sangat dibatasi berbagai perizinan bahkan untuk melakukan kebaikan pun memerlukan izin.

TUJUAN IBLIS MENCIPTAKAN AGAMA
Apakah tujuan iblis menguasai sebuah negara? Sudah pasti bahwa bukan karena iblis ingin memperoleh keuntungan materi Iblis telah berlimpahan materi sehingga ia bahkan pernah menawarkan materi kepada Tuhan Yesus untuk menukarkan sembah sujud kepadanya.

Tujuan utama pembangkangan Lucifer ialah menempatkan dirinya sejajar bahkan lebih dari Allah Pencipta. Ia tidak puas menjadi nomor dua melainkan menginginkan posisi nomor satu. Ia ingin disembah sebagai yang maha tinggi. Sesungguhnya atas keinginan inilah iblis melakukan segala hal. Apapun juga yang bisa dipakainya sebagai alat, termasuk negara, akan dipakainya untuk mencapai keinginannya. Bahkan negara akan berfungsi sebagai alat yang paling efektif untuk mencapai tujuannya.

Ketika sebuah negara berada di bawah kuasa Tuhan dan berfungsi sebagai hamba Allah, maka hal utama yang terjadi di negara tersebut ialah kebebasan beragama. Bahkan ciri utama agama yang berasal dari Allah Pencipta langit dan bumi ialah yang memberi kebebasan kepada umatnya untuk memilih. Kalau setelah seseorang masuk agama tersebut lantas kemudian tidak boleh bahkan tidak bisa keluar lagi, maka itu pasti bukan agama dari Allah, melainkan perangkap iblis. Allah Pencipta yang maha kuasa dan maha adil ketika menciptakan manusia telah memberikan manusia akal-budi, hati nurani dan kehendak bebas. Allah yang memberikan kehendak bebas tidak mungkin melarang penerimanya mempergunakan kehendak bebas yang diberikanNya.

Atas ketetapan ini Allah tidak pernah menyesal sekalipun ada resiko manusia akan menolakNya. Karena Allah menghendaki manusia bukan terpaksa bersikap positif kepadaNya, melainkan karena menyadari akan kasih dan kemurahanNya. Allah merindukan kasih sayang manusia yang diciptakanNya.

Sebaliknya iblis tahu persis bahwa manusia tidak mungkin bisa mengasihinya karena memang tidak ada kebaikan iblis yang patut mendapatkan kasih sayang manusia. Oleh sebab itu yang iblis lakukan ialah memasang perangkap dengan berbagai agama dan ajaran-ajaran agama, kalau tidak cukup ratusan maka dibuatkan ribuan, sehingga kalau bisa melalui alat-alat itu ia dapat menjebak sebanyak mungkin manusia. Oleh sebab itu agama atau ajaran agama yang diadakan oleh iblis berciri-khas kalau sudah masuk tidak akan dibiarkan keluar lagi. Ia akan menetapkan bahwa yang coba-coba keluar perlu dibunuh untuk menakuti siapa saja yang sudah masuk agar tidak coba-coba keluar.

Sampai sejauh ini pembaca yang bijak dan pintar pasti dapat melihat betapa efektifnya iblis dalam melaksanakan programnya jika ia bisa menguasai sebuah negara. Bahkan dalam Wahyu pasal 13:11-18 telah dinubuatkan bahwa pada akhir zaman iblis akan menguasai bukan hanya sebagian negara melainkan semua negara sehingga ia akan dengan efektif memaksakan kehendaknya.

TUJUAN IBLIS MENGUASAI NEGARA
Dengan menguasai sebuah negara iblis akan menciptakan kondisi kacau dalam negara tersebut. Caranya? Ia akan membuat undang-undang yang bertentangan dengan akal sehat. Kini baik di Eropa maupun Amerika, wanita yang hamil di luar nikah diberi tunjangan, sedangkan yang kawin baik-baik harus membayar pajak, yang tentu dipakai untuk menunjang yang hamil tanpa suami. Lama-kelamaan pasti akan semakin sulit ditemukan wanita yang akan menikah secara baik-baik melainkan lebih memilih melahirkan anak tanpa suami. Undang-undang anti korupsi dipikirkan oleh para koruptor, yang tentu hasilnya adalah undang-undang anti korupsi yang kepalang tanggung yang menyisakan banyak lubang untuk korupsi karena dibuat oleh para koruptor. Iblis akan menciptakan kekacauan demi kekacauan karena di dalam kekacauan itulah ia akan mendapatkan keuntungan.

Tetapi ini semua bukan tujuan utamanya. Tujuan utama yang sesungguhnya adalah yang bersifat keagamaan karena yang iblis paling peduli adalah urusan sembah-menyembah. Setelah iblis menguasai sebuah negara, selain menghancurkan sistem sosial yang masuk akal, iblis akan bergerak ke pelarangan orang untuk mencari kebenaran. Ibis pasti akan bergerak ke aspek kebebasan beragama karena iblis tidak rela ada orang yang karena kebebasan beragama berhasil mendapatkan kebenaran dan meninggalkannya.

Negara-negara komunis selain menghancurkan sistem sosial dengan menyangkali kebebasan pribadi dalam menyimpan hasil keringatnya, juga melarang orang mempercayai sesuatu yang diyakininya benar. Iblis tidak rela memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih sebagaimana Allah berikan, melainkan ingin menguasai manusia agar menyembah hanya kepadanya.

Pembaca yang budiman, demi mencapai tujuannya, bukankah menguasai negara adalah langkah yang strategis? Jadi, herankah pembaca kalau iblis berjuang habis-habisan untuk menguasai negara demi negara? Kalau begitu apakah semua negara tanpa peduli pada tindakan dan kondisi negara itu semuanya adalah hamba Allah? Jawabannya, tentu tidak!

Ada negara yang masih dalam kondisi baik, berfungsi dengan baik sebagai hamba Allah dalam menegakkan keadilan, menjaga hubungan baik antara manusia, dan memberi kebebasan kepada manusia untuk mencari kebenaran. Tetapi tidak sedikit negara yang telah berada di bawah cengkeraman iblis. Berhikmatlah!***

Sumber: Pedang Roh Edisi 69 Edisi LXIX Tahun XVI Editor: Dr. Suhento Liauw, Oktober - November Desember 2011

Tidak ada komentar: