Nimrod  adalah orang pertama yang membentuk pemerintahan di muka bumi (Kej  10:8) dan sudah jelas bahwa pemerintahan Nimrod tidak berkenan kepada  Allah. Buktinya ketika ia memimpin rakyatnya membangun menara Babel,  Tuhan mengacaukan bahasa mereka.Lalu dalam pengertian apakah  ketika Rasul Paulus mengatakan, "Tiap-tiap orang harus takluk kepada  pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak  berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh  Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan  Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas  dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada  pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut  terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh  pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk  kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena  tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba  Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.  Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan  Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya  maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah  pelayan-pelayan Allah" (Rom.13:1-6)
Pemerintahan yang Ideal di Mata Tuhan
Dari  tulisan Paulus di atas tergambarkan dengan jelas tentang pemerintah  yang diinginkan dan diharapkan Tuhan. Ayat-ayat tersebut memberitahukan  bahwa Allah mengadakan pemerintah demi ketertiban hidup manusia.  Memberitahukan bahwa tugas pemerintah ialah memberi hadiah kepada yang  berbuat baik dan menghukum yang berbuat jahat. Tugas utama pemerintah  ialah menjaga ketertiban antarmanusia, bukan mengurusi sikap seseorang  atau iman seseorang kepada Tuhan yang diyakininya. Jadi setelah manusia  semakin banyak, dan persoalan antar manusia juga semakin banyak, maka  Allah sangat menghendaki adanya pemerintah yang mengatur antar manusia.  Tiap-tiap kejahatan harus dihukum dan tiap-tiap kebaikan harus mendapat  apresiasi dari pemerintah.
Setiap orang Kristen bahkan setiap  manusia yang ingin hidup damai, setuju bahwa harus ada pemerintah.  Seandainya di antara manusia yang berjumlah ratusan juta tanpa ada  pemerintah, maka pasti akan terjadi kekacauan yang luar biasa. Dalam  situasi demikian yang paling galak dan paling bengis itu akan menguasai  yang lemah. Pada situasi itu tentu orang bukan belajar bahasa atau  belajar berhitung melainkan akan belajar bela diri (Kung Fu), atau  masing-masing akan beli pistol dan menggantungkannya di pinggang.
Jadi,  betapa benarnya pernyataan Rasul Paulus bahwa pemerintah adalah "hamba  Allah" karena tanpa pemerintah maka dunia ini akan kacau dan orang-orang  baik yang mengasihi Allah tidak akan dapat melaksanakan kebaikan yang  Tuhan inginkan. Dengan kehadiran pemerintah yang baik, maka orang baik  dapat hidup baik, sehingga ketika dijahati dia tidak perlu membalas  karena negara ada polisi yang akan menangkap orang jahat tersebut dan  pengadilan akan menghukumnya. Kalau tetangganya tidak tahu diri,  misalnya membangun pagar di tengah malam dengan mesin las yang ribut,  orang baik tidak perlu menegurnya langsung yang mungkin bisa menimbulkan  pertengkaran, melainkan yang bersangkutan akan ditegur oleh RT atau RW  atau polisi.
Di dalam negara yang berstatus hamba Allah  masyarakat tidak memerlukan izin untuk melakukan hal yang baik.  Pengaturan perizinan sifatnya untuk keteraturan dan untuk pemungutan  pajak. Sebaliknya di negara yang berstatus hamba iblis, untuk melakukan  kebajikan pun memerlukan ijin. Biasanya perizinan ditambah-tambahkan  oleh aparat yang korup. Dalam situasi demikian semakin banyak perizinan  dibutuhkan akan semakin memberi peluang bagi aparat-aparat korup untuk  mendapatkan peluang memeras orang.
Dalam Roma pasal 13 Rasul  Paulus menuliskan bahwa pemerintah adalah hamba Allah, dan ia tidak  berhenti pada kalimat itu. Ia memberi gambaran hal-hal yang dilakukan  oleh pemerintah yang berstatus sebagai hamba Allah itu. Seharusnya tidak  ada orang yang berkesimpulan bahwa pemerintahan Nimrod itu hamba Allah,  atau negara Korea yang di bawah pemerintah Kim Jong Il itu hamba Allah,  atau negara China ketika di bawah pemerintahan Mao Tje Tung itu hamba  Allah.
NEGARA BISA JADI HAMBA IBLIS
Ketika  sebuah pedang berada di  tangan pahlawan yang baik hati, pedang  itu  akan berfungsi sebagai alat yang sangat berguna untuk  membela   kebenaran.  Tetapi  ketika pedang  itu  jatuh ke  tangan penjahat,  pedang itu bukan lagi sebagai alat untuk membela kebenaran  melainkan   alat  yang  sangat mengerikan.
Ketika  sebuah  negara  dikuasai   iblis, negara itu tidak memberi kebebasan kepada rakyatnya untuk mencari  kebenaran, bahkan menghalang-halangi rakyatnya mendapatkan kebenaran,  maka negara  itu bukan  lagi sebagai hamba Allah, melainkan telah  menjadi hamba  iblis.
Negara  yang  dikuasai  iblis  biasanya  tidak  mengijinkan  rakyatnya  untuk memilih obyek imannya karena iblis  sesuai dengan  karakternya  adalah  menjajah. Biasanya negara yang  dikuasai  iblis  tidak akan  menghasilkan  aturan  hukum  yang baik  karena sifat iblis yang pada dasarnya tidak  menghendaki  keteraturan.   Dengan produk hukum yang  tidak bagus otomatis juga akan berpasangan  dengan aparat yang tidak baik pula. Di dalam negara demikian korupsi  akan merajarela, dan  tidak akan ada keadilan karena pengadilan bahkan  aparat hukumnya korup.
Biasanya di negara yang dikuasai iblis  rakyat yang baik justru takut kepada pemerintah  dan  yang  jahat   menjadi  sahabat pemerintah. Biasanya di negera demikian rakyatnya   sangat  dibatasi  berbagai  perizinan  bahkan  untuk melakukan  kebaikan  pun memerlukan  izin.
TUJUAN  IBLIS MENCIPTAKAN  AGAMA
Apakah  tujuan iblis menguasai sebuah negara? Sudah pasti bahwa bukan karena  iblis ingin memperoleh keuntungan materi Iblis telah berlimpahan materi  sehingga ia bahkan pernah menawarkan materi kepada Tuhan  Yesus  untuk   menukarkan  sembah sujud kepadanya.
Tujuan utama pembangkangan  Lucifer ialah menempatkan dirinya sejajar bahkan lebih  dari  Allah   Pencipta.  Ia  tidak  puas menjadi nomor dua melainkan menginginkan  posisi nomor  satu.  Ia  ingin disembah sebagai yang maha  tinggi.  Sesungguhnya  atas  keinginan  inilah iblis melakukan  segala  hal.  Apapun  juga yang bisa dipakainya  sebagai alat,  termasuk  negara,   akan  dipakainya  untuk mencapai  keinginannya.  Bahkan  negara akan   berfungsi  sebagai  alat  yang  paling efektif untuk mencapai   tujuannya.
Ketika sebuah negara berada di bawah kuasa Tuhan dan  berfungsi sebagai hamba Allah, maka  hal  utama  yang  terjadi  di  negara tersebut ialah kebebasan beragama. Bahkan ciri utama agama yang  berasal dari Allah Pencipta langit dan bumi ialah yang memberi kebebasan  kepada umatnya untuk memilih. Kalau  setelah  seseorang masuk agama   tersebut  lantas  kemudian  tidak boleh bahkan tidak bisa keluar lagi,  maka itu  pasti  bukan  agama  dari  Allah, melainkan perangkap  iblis.  Allah Pencipta yang maha kuasa dan maha  adil  ketika  menciptakan   manusia telah memberikan manusia akal-budi, hati nurani  dan  kehendak   bebas.  Allah  yang memberikan kehendak bebas  tidak mungkin melarang   penerimanya mempergunakan  kehendak  bebas  yang  diberikanNya.
Atas   ketetapan  ini  Allah  tidak  pernah menyesal  sekalipun  ada  resiko   manusia akan menolakNya. Karena Allah menghendaki  manusia  bukan   terpaksa  bersikap positif  kepadaNya,  melainkan  karena menyadari akan  kasih dan kemurahanNya. Allah  merindukan  kasih  sayang  manusia yang  diciptakanNya.
Sebaliknya  iblis  tahu  persis  bahwa manusia  tidak mungkin bisa mengasihinya karena memang  tidak  ada  kebaikan   iblis yang  patut  mendapatkan  kasih  sayang manusia. Oleh sebab itu  yang iblis lakukan ialah  memasang  perangkap  dengan berbagai agama dan  ajaran-ajaran agama, kalau tidak cukup ratusan maka dibuatkan ribuan,   sehingga  kalau  bisa melalui  alat-alat itu ia dapat menjebak sebanyak  mungkin manusia.  Oleh  sebab  itu  agama  atau ajaran  agama  yang   diadakan  oleh  iblis berciri-khas kalau sudah masuk tidak akan  dibiarkan keluar lagi. Ia akan menetapkan bahwa  yang  coba-coba   keluar  perlu dibunuh  untuk menakuti  siapa  saja  yang sudah masuk  agar  tidak coba-coba keluar.
Sampai sejauh ini pembaca yang  bijak dan  pintar  pasti  dapat  melihat  betapa efektifnya iblis   dalam  melaksanakan programnya jika ia bisa menguasai sebuah negara.  Bahkan dalam Wahyu pasal 13:11-18  telah  dinubuatkan  bahwa  pada   akhir zaman  iblis akan menguasai bukan hanya sebagian negara melainkan   semua negara sehingga  ia  akan  dengan  efektif memaksakan  kehendaknya.
TUJUAN  IBLIS MENGUASAI NEGARA
Dengan  menguasai sebuah negara  iblis akan  menciptakan  kondisi  kacau  dalam  negara  tersebut. Caranya? Ia akan membuat undang-undang yang  bertentangan dengan akal  sehat.  Kini  baik  di  Eropa  maupun Amerika,  wanita yang hamil di luar nikah diberi tunjangan,  sedangkan  yang   kawin baik-baik harus  membayar  pajak, yang tentu dipakai untuk  menunjang yang hamil tanpa  suami. Lama-kelamaan  pasti  akan semakin  sulit ditemukan wanita yang akan menikah secara baik-baik melainkan  lebih memilih melahirkan anak  tanpa  suami. Undang-undang  anti   korupsi  dipikirkan  oleh  para  koruptor,  yang  tentu  hasilnya   adalah  undang-undang  anti  korupsi yang  kepalang  tanggung  yang  menyisakan  banyak  lubang  untuk  korupsi  karena dibuat  oleh  para   koruptor.  Iblis  akan menciptakan  kekacauan  demi  kekacauan karena di  dalam kekacauan  itulah  ia akan mendapatkan keuntungan.
Tetapi  ini semua bukan tujuan utamanya. Tujuan  utama  yang  sesungguhnya  adalah  yang  bersifat  keagamaan  karena yang  iblis  paling  peduli   adalah  urusan sembah-menyembah. Setelah iblis menguasai sebuah negara,  selain menghancurkan sistem  sosial yang masuk akal, iblis akan bergerak  ke pelarangan orang untuk mencari kebenaran. Ibis pasti akan bergerak  ke aspek  kebebasan  beragama  karena  iblis tidak rela ada orang yang  karena kebebasan beragama berhasil mendapatkan kebenaran dan  meninggalkannya.
Negara-negara komunis selain menghancurkan  sistem sosial dengan menyangkali kebebasan pribadi dalam menyimpan  hasil  keringatnya,  juga  melarang  orang mempercayai  sesuatu  yang   diyakininya benar.  Iblis  tidak  rela  memberikan kebebasan kepada  manusia untuk memilih sebagaimana    Allah  berikan,  melainkan ingin  menguasai manusia agar menyembah hanya kepadanya.
Pembaca yang  budiman, demi mencapai tujuannya, bukankah menguasai negara adalah   langkah  yang  strategis?  Jadi, herankah  pembaca  kalau  iblis   berjuang habis-habisan  untuk  menguasai  negara demi negara? Kalau  begitu apakah semua negara  tanpa  peduli  pada  tindakan  dan kondisi  negara itu semuanya adalah hamba Allah?  Jawabannya,  tentu  tidak!
Ada  negara yang masih dalam kondisi baik, berfungsi dengan baik sebagai  hamba Allah  dalam  menegakkan  keadilan, menjaga  hubungan  baik   antara  manusia, dan memberi  kebebasan  kepada manusia untuk  mencari   kebenaran.  Tetapi  tidak sedikit negara yang telah berada di bawah  cengkeraman  iblis. Berhikmatlah!***
Sumber: Pedang Roh Edisi 69 Edisi LXIX Tahun XVI Editor: Dr. Suhento Liauw, Oktober - November Desember 2011 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar