Banyak tahun yang lalu, ketika saya diundang berkhotbah di hari ulang tahun Komisi Pemuda sebuah gereja besar di Jakarta, saya mendapatkan hal yang sangat mengagetkan. Sebelum acara kebaktian, saya diajak ke sebuah ruangan untuk berdoa bersama sejumlah pemuda-pemudi yang bertugas melayani. Ketua pemudanya memimpin, dan memerintahkan untuk buka suara berdoa sehati. Padahal tidak mungkin sepuluh orang buka suara bersama-sama bisa sehati. Setelah berdoa kami memasuki ruangan kebaktian. Si ketua pemuda memimpin nyanyi dengan sangat bersemangat.
Setelah acara berjalan sekitar setengah jam, ia menyerahkan acara kepada saya untuk menyampaikan khotbah. Sebelum berkhotbah, saya bertanya, “seandainya terjadi gempa bumi dahsyat sepuluh skala richter, kita semua mati, berapa banyak orang di ruangan ini yang yakin pasti akan masuk Sorga?” Dari dua ratusan orang yang hadir, ternyata hanya tujuh-delapan orang yang berani dengan mantap mengangkat tangannya. Setelah saya mendorong-dorong akhirnya tambah beberapa orang yang angkat tangan. Tetapi ketika saya berkata bahwa mereka harus memiliki alasan yang tepat jika ditanya orang, beberapa orang segera menurunkan tangannya. Yang sangat mengherankan saya ialah pemimpin pemuda yang tadi memimpin nyanyi tidak mengangkat tangannya. Saya kaget dan bertanya sambil menunjuk kepadanya, “mengapa kamu tidak mengangkat tangan?” Dengan sedikit tersenyum ia menjawab, “kan besok-besok masih melakukan dosa.”
Gereja Menyimpang Dari Tugasnya
Keadaan ketua pemuda yang saya ceritakan di atas hanya salah satu contoh dari gereja yang tidak jelas pengajarannya. Sudah pasti keadaan pemuda tersebut adalah akibat dari gereja yang pengajaran Doktrin Keselamatannya tidak jelas. Banyak gereja tidak memiliki kejelasan pengajaran, bahkan pada aspek yang sangat penting yaitu aspek keselamatan. Pemimpin gereja, atau pengkhotbah tidak berusaha mendalami pengajaran Injil Keselamatan hingga setuntas-tuntasnya. Mereka lupa bahwa tugas utama gereja ialah memberitakan jalan keselamatan, membawa orang ke Sorga. Jika pengajaran tentang keselamatan dari sebuah gereja tidak jelas, bagaimana mungkin gereja tersebut bisa berfungsi sebagai penunjuk jalan ke Sorga? Kalau ketua pemudanya saja tidak yakin pasti akan masuk Sorga, bagaimana mungkin ia memberi petunjuk kepada orang lain agar orang itu pasti akan masuk Sorga?
Daripada memikirkan tentang doktrin dan belajar tentang doktrin, banyak “pendeta” sebaliknya belajar tentang cara menarik orang datang ke gerejanya. Mereka belajar tentang management, tentang public-relation, belajar tentang musik bahkan belajar tentang entertaiment. Sedangkan tentang doktrin, mereka bahkan berkata tidak perlu doktrin. Aneh bukan? Apakah tujuan Tuhan mendirikan gereja? Hanya untuk mengumpulkan orang agar tercipta lapangan pekerjaan, atau supaya ada semacam wadah sosial bagi orang untuk berkumpul? Apakah tugas utama gereja? Kalau gereja tidak memiliki tugas khusus, lalu untuk apakah ia dihadirkan di muka bumi ini?
Setelah Petrus membuat pengakuan iman (Mat.16:16-18),Tuhan berkata bahwa gerejanya harus berdiri kokoh, bahkan kuasa alam maut sekalipun tidak akan menguasainya. Paulus memberitahukan jemaat Efesus bahwa oleh jemaat, seluruh kebenaran ilahi yang tersembunyi berabad-abad akan di kumandangkan bukan hanya kepada manusia di dunia bahkan kepada para malaikat.
8 Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, 9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, 10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam
hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, 11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Y esus, Tuhan kita (Ef. 3:8-11).
Dari tulisan Paulus yang diinspirasikan, kita tahu tentang posisi dan fungsi gereja yang sangat penting. Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran. 14 Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. 15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran (I Tim.3:14-15).
Gereja, tiang penopang dan dasar kebenaran, seharusnya memberitakan Injil bukan hanya kepada manusia, melainkan juga kepada para malaikat. ...segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin di ketahui oleh malaikat-malaikat (I Pet 1:12).
Jadi, tujuan utama gereja itu memberitakan Injil, bukan hanya kepada manusia, melainkan juga kepada para malaikat. Gereja adalah tiang kebenaran, dan dasar kebenaran. Tiap-tiap minggu dari mimbar gereja harus terpancarkan kebenaran yang bisa menjadi patokan bagi pemerintah-pemerintah di dunia, bahkan juga bagi para malaikat di Sorga.
Setelah acara berjalan sekitar setengah jam, ia menyerahkan acara kepada saya untuk menyampaikan khotbah. Sebelum berkhotbah, saya bertanya, “seandainya terjadi gempa bumi dahsyat sepuluh skala richter, kita semua mati, berapa banyak orang di ruangan ini yang yakin pasti akan masuk Sorga?” Dari dua ratusan orang yang hadir, ternyata hanya tujuh-delapan orang yang berani dengan mantap mengangkat tangannya. Setelah saya mendorong-dorong akhirnya tambah beberapa orang yang angkat tangan. Tetapi ketika saya berkata bahwa mereka harus memiliki alasan yang tepat jika ditanya orang, beberapa orang segera menurunkan tangannya. Yang sangat mengherankan saya ialah pemimpin pemuda yang tadi memimpin nyanyi tidak mengangkat tangannya. Saya kaget dan bertanya sambil menunjuk kepadanya, “mengapa kamu tidak mengangkat tangan?” Dengan sedikit tersenyum ia menjawab, “kan besok-besok masih melakukan dosa.”
Gereja Menyimpang Dari Tugasnya
Keadaan ketua pemuda yang saya ceritakan di atas hanya salah satu contoh dari gereja yang tidak jelas pengajarannya. Sudah pasti keadaan pemuda tersebut adalah akibat dari gereja yang pengajaran Doktrin Keselamatannya tidak jelas. Banyak gereja tidak memiliki kejelasan pengajaran, bahkan pada aspek yang sangat penting yaitu aspek keselamatan. Pemimpin gereja, atau pengkhotbah tidak berusaha mendalami pengajaran Injil Keselamatan hingga setuntas-tuntasnya. Mereka lupa bahwa tugas utama gereja ialah memberitakan jalan keselamatan, membawa orang ke Sorga. Jika pengajaran tentang keselamatan dari sebuah gereja tidak jelas, bagaimana mungkin gereja tersebut bisa berfungsi sebagai penunjuk jalan ke Sorga? Kalau ketua pemudanya saja tidak yakin pasti akan masuk Sorga, bagaimana mungkin ia memberi petunjuk kepada orang lain agar orang itu pasti akan masuk Sorga?
Daripada memikirkan tentang doktrin dan belajar tentang doktrin, banyak “pendeta” sebaliknya belajar tentang cara menarik orang datang ke gerejanya. Mereka belajar tentang management, tentang public-relation, belajar tentang musik bahkan belajar tentang entertaiment. Sedangkan tentang doktrin, mereka bahkan berkata tidak perlu doktrin. Aneh bukan? Apakah tujuan Tuhan mendirikan gereja? Hanya untuk mengumpulkan orang agar tercipta lapangan pekerjaan, atau supaya ada semacam wadah sosial bagi orang untuk berkumpul? Apakah tugas utama gereja? Kalau gereja tidak memiliki tugas khusus, lalu untuk apakah ia dihadirkan di muka bumi ini?
Setelah Petrus membuat pengakuan iman (Mat.16:16-18),Tuhan berkata bahwa gerejanya harus berdiri kokoh, bahkan kuasa alam maut sekalipun tidak akan menguasainya. Paulus memberitahukan jemaat Efesus bahwa oleh jemaat, seluruh kebenaran ilahi yang tersembunyi berabad-abad akan di kumandangkan bukan hanya kepada manusia di dunia bahkan kepada para malaikat.
8 Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, 9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, 10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam
hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, 11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Y esus, Tuhan kita (Ef. 3:8-11).
Dari tulisan Paulus yang diinspirasikan, kita tahu tentang posisi dan fungsi gereja yang sangat penting. Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran. 14 Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. 15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran (I Tim.3:14-15).
Gereja, tiang penopang dan dasar kebenaran, seharusnya memberitakan Injil bukan hanya kepada manusia, melainkan juga kepada para malaikat. ...segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin di ketahui oleh malaikat-malaikat (I Pet 1:12).
Jadi, tujuan utama gereja itu memberitakan Injil, bukan hanya kepada manusia, melainkan juga kepada para malaikat. Gereja adalah tiang kebenaran, dan dasar kebenaran. Tiap-tiap minggu dari mimbar gereja harus terpancarkan kebenaran yang bisa menjadi patokan bagi pemerintah-pemerintah di dunia, bahkan juga bagi para malaikat di Sorga.
Pembaca yang terkasih, betapa pentingnya posisi gereja di mata Allah. Dari zaman Adam hingga Musa, ayah adalah tiang penopang dan dasar kebenaran, kemudian dari Musa sampai Y ohanes Pembaptis bangsa Y ahudi bertugas sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran (Luk.16:16, Mat.11:13). Sedangkan dari Yohanes Pembaptis sampai Rapture, jemaat atau gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran (I Tim.3:15).
Gereja Telah Salah Fokus
Banyak gereja lupa pada tugas utamanya. Gereja-gereja Liberal telah beralih fungsi menjadi wadah sosial, dan dengan giat memberitakan injil sosial. Gereja-gereja Kharismatik dan teman-temannya beralih menjadi pusat entertaiment bahkan acara mereka mirip acara diskotik. Gereja-gereja Injili makin hari makin tidak jelas tujuannya. Ada banyak gereja suku (Tionghoa, Batak, Jawa, Sunda dll.) telah melupakan tugas utama dari Tuhan dan berubah menjadi pusat pemeliharaan adat-istiadat.
Seandainya sebuah gereja tahu akan tugas dan tanggung jawab utama yang diberikan Tuhan kepadanya, yaitu sebagai pemancar kebenaran, maka pemimpinnya akan berusaha keras untuk memahami masalah doktrin, karena kebenaran doktrinal-lah yang seharusnya dipancarkan oleh gereja. Kalau gereja salah folus, terjebak dalam perlombaan berbuat baik dengan orang-orang Buddha, maka apa perbedaan antara kekristenan dengan agama lain?
Gereja Telah Salah Fokus
Banyak gereja lupa pada tugas utamanya. Gereja-gereja Liberal telah beralih fungsi menjadi wadah sosial, dan dengan giat memberitakan injil sosial. Gereja-gereja Kharismatik dan teman-temannya beralih menjadi pusat entertaiment bahkan acara mereka mirip acara diskotik. Gereja-gereja Injili makin hari makin tidak jelas tujuannya. Ada banyak gereja suku (Tionghoa, Batak, Jawa, Sunda dll.) telah melupakan tugas utama dari Tuhan dan berubah menjadi pusat pemeliharaan adat-istiadat.
Seandainya sebuah gereja tahu akan tugas dan tanggung jawab utama yang diberikan Tuhan kepadanya, yaitu sebagai pemancar kebenaran, maka pemimpinnya akan berusaha keras untuk memahami masalah doktrin, karena kebenaran doktrinal-lah yang seharusnya dipancarkan oleh gereja. Kalau gereja salah folus, terjebak dalam perlombaan berbuat baik dengan orang-orang Buddha, maka apa perbedaan antara kekristenan dengan agama lain?
Tentu orang Kristen harus berbuat baik, itulah yang Tuhan ajarkan kepada kita. Tetapi titik utama yang membedakan kekristenan dengan Buddha, Hindu, Islam, itu bukan perbuatan melainkan pada doktrin yang diajarkan. Ada banyak gereja yang berusaha mempertahankan kehadiran anggota jemaat mereka melalui bezuk. Anggota yang tidak datang langsung dibezuk sehingga menjadi tidak enak hati dan akhirnya datang lagi. Membezuk anggota jemaat tentu adalah hal yang baik, bahkan lebih baik lagi kalau anggota jemaat saling membezuk sehingga mereka saling mengenal satu sama lain. T etapi jika orang Kristen tidak lahir baru, melainkan kerajinannya mengikuti acara adalah karena selalu dibezuk, maka ini jelas suatu kesalahan.
Gereja harus memiliki Doktrin Keselamatan yang alkitabiah, dan melalui khotbah tentang keselamatan yang alkitabiah maka setiap orang yang menjadi anggota adalah orang Kristen yang telah lahir baru. Orang Kristen lahir baru bukanlah yang jika tidak dibezuk lalu tidak rajin menghadiri acara jemaat. Orang Kristen lahir baru tahu bahwa ia harus menjadi anggota jemaat yang baik.
Seharusnya yang dikejar oleh seorang Gembala atau pengkhotbah adalah doktrin. Seorang pengkhotbah harus mengerti sampai pasti, bagaimana nasib bayi dan yang lahir cacat mental jika mereka meninggal, tentu lengkap dengan ayat dan alasan logisnya. Ia sepatutnya bukan sekedar tahu tetapi bahkan sanggup berdebat dan berhasil mempertahankan kebenaran yang dipegangnya. Ia harus tahu persis cara orang-orang PL masuk Sorga, dan ia juga harus tahu persis akibat orang-orang yang sudah lahir baru jatuh ke dalam dosa.
Tugas Utama Seorang Gembala
Gembala domba (yang mengembek) membawa dombanya mencari rumput yang segar dan air yang jernih. Ia harus tahu lokasi rumput dan air secara pasti. Gembala Jemaat harus mencari kebenaran untuk anggota jemaatnya. Apakah yang diberikan atau dikhotbahkan oleh Gembala tiap-tiap minggu? Kalau hanya khotbah devosional kehidupan sehari-hari, maka sudah pasti anggotanya tidak tahu tentang Bema Kristus, tentang apa itu kanon tertutup. Ada berapa banyak orang Kristen yang sanggup menjawab ketika ditanya umat agama lain alasannya mempercayai bahwa Alkitab adalah firman Tuhan? Ada berapa banyak orang Kristen yang dapat menjelaskan dengan baik alasan bahwa orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan. Ada berapa banyak orang Kristen yang tahu mengapa LAI memberi tanda kurung pada Kisah Para Rasul 8:37, I Y oh.5:7-8?
Tugas utama seorang Gembala Jemaat seharusnya memberi makanan rohani “rumput hijau dan air sejuk” kepada anggota jemaatnya. Ia harus memiliki pengetahuan doktrinal yang cukup, bahkan ia harus sanggup berargumentasi melawan pengajar-pengajar sesat yang mencoba-coba mengganggu anggota jemaatnya.
Ada Gembala Jemaat yang tidak memiliki pengetahuan cukup, dan khotbahnya hanya berisikan cerita atau dongeng nenek-nenek tua, menjadi ketakutan ketika ada Penginjil muda muncul di wilayahnya untuk memulai jemaat baru. Karena tidak memiliki pengetahuan doktrinal yang cukup dan tentu tidak bisa berargumentasi, maka yang bisa dilakukannya hanya mengancam Penginjil muda dengan kekerasan. Tentu tindakan demikian sangat tidak terpuji bahkan akan membuktikan bahwa ia bukan di pihak Tuhan melainkan di pihak iblis. Anggota jemaatnya dilarangnya untuk mendengarkan penjelasan Penginjil muda bahkan diperintahkan untuk tidak berbicara atau tegur sapa dengan si Penginjil muda tersebut. Bukankah tindakan demikian tidak sesuai Alkitab dan sangat memalukan? Apakah Tuhan senang dengan hambaNya yang berlaku demikian?
Sesungguhnya Dimanakah Kepala Benangnya?
Mengapakah keadaan gereja sepertinya sedang berputar ke bawah (spiral-down)? Kalau kita umpamakan keadaan gereja yang berputar ke bawah ini setumpukan benang kusut, dimanakah kepala benangnya? Setelah menjadi Gembala Jemaat lebih dari dua puluh tahun, mengadakan seminar lebih seratus kali, dan menulis tiga puluh sembilan judul buku, serta mengajar theologi hampir dua puluh tahun, akhirnya saya temukan kepala benangnya. Kepala benang dari keadaan gereja yang semakin berputar ke bawah ialah sikap mereka yang berusaha mempertahankan kesalahan mereka. Sebenarnya mereka tahu persis bahwa pembaptisan bayi itu salah. Dr. Rod Bell, teman baik dari Dr. Timothy Tow, Pendiri Bible Presbyterian di Singapore, berkata kepada saya bahwa ia pernah bertanya kepada Dr. Timothy Tow, apakah ia tahu bahwa pembaptisan bayi itu salah? Dr. Tow menjawabnya bahwa ia tahu, tetapi ia tidak bisa berubah lagi karena sudah terlanjur. Ia tidak mungkin meminta dibaptis ulang dan kemudian membaptis ulang seluruh anggota jemaatnya.
Karena ada ajaran yang jelas-jelas salah di dalam banyak gereja, dan itu menyebabkan mereka menjadi menderita fobia terhadap pembahasan doktrin. Hampir semua pembaptis percik yang saya jumpai berkata, “mengapakah harus berbicara tentang baptisan lagi? Itu sudah menjadi topik perdebatan ratusan tahun, dan tidak pernah selesai!” Maksud mereka, kita berhenti membahas hal itu, kita simpan hal itu agar ia menjadi barang antik. Leave me alone, jangan mengganggu saya, gereja kami telah menjalankan pembaptisan bayi dan percik puluhan bahkan ratusan tahun.
Tetapi sesungguhnya hati nurani mereka sendiri bersaksi bagi mereka bahwa mereka salah. Akhirnya mereka membangun machanism-defense dengan memimpin anggota jemaat mereka menjauh dari pembahasan doktrin. Bahkan ada yang menggantikan pembahasan doktrinal dengan filsafat. Jika mereka mengarahkan jemaat pada perkara doktrinal maka jemaat akan giat menggali dan akan mendapatkan bahwa gereja mereka salah, dan bisa ada yang meninggalkan gereja. Karena takut akan konsekuensi itu mereka memilih menghindar dari pembahasan doktrinal, dan mereka aman. Tetapi sikap ini telah menghasilkan gereja yang tidak suka doktrin dan anggota jemaat yang tidak tahu apa-apa tentang doktrin.
Bagaimana dengan gereja yang selalu menggembar-gemborkan proses pewahyuan, seperti bernubuat, berbahasa lidah dan lain sebagainya? Ketika ditanyakan kepada mereka tentang pemahaman mereka terhadap Alkitab yang adalah kanon tertutup, dan konsep Alkitab yang satu-satunya firman Allah, mereka bingung. Ada yang berusaha menjawab namun jawaban mereka sendiri saling kontradiksi. Gereja-gereja demikian, yaitu yang menjunjung tinggi kharisma, tidak mungkin bisa ada minat terhadap pengajaran doktrin. Bahkan bagi mereka pengajaran doktin akan menghambat tujuan mereka. Karena mereka bukan ingin agar jemaat mereka pintar tetapi ingin duit jemaat mereka.
Ketika pengajaran doktrin diutamakan maka anggota jemaat akan menjadi sadar dan pintar, kemudian akan bertanya terus. Ketika anggota jemaat menjadi pintar mereka tidak bisa dibuai dengan janji-janji berkat, dan dibohongi dengan cerita dibawa ke Sorga bahkan ditahbiskan di Sorga.
Pembaca yang berhikmat, saya hanya mengajak Anda melihat bahwa ada sesuatu yang salah pada kekristenan. Orang-orang Kristen tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menunjang iman mereka. Orang-orang Kristen disuguhi khotbah-khotbah sejenis “permen dan susu” yang sama sekali tidak mendewasakan.
Celakanya adalah bahwa orang-orang Kristen itu sendiri tidak menyadarinya, persis seperti anak-anak bodoh yang tidak pernah disekolahkan oleh ayah mereka. Mereka tidak menyadari bahwa mereka bodoh, dan kalau orang berkata bahwa mereka bodoh, tentu mereka akan marah sekali. Mereka juga tidak bisa bertanya, karena mereka tidak tahu mau bertanya tentang apa? Dari awal mereka tidak dirangsang untuk bertanya, bahkan kalau banyak bertanya mereka akan dimarahi ayah mereka. Apakah Anda salah satu dari anak-anak itu?***
Gereja harus memiliki Doktrin Keselamatan yang alkitabiah, dan melalui khotbah tentang keselamatan yang alkitabiah maka setiap orang yang menjadi anggota adalah orang Kristen yang telah lahir baru. Orang Kristen lahir baru bukanlah yang jika tidak dibezuk lalu tidak rajin menghadiri acara jemaat. Orang Kristen lahir baru tahu bahwa ia harus menjadi anggota jemaat yang baik.
Seharusnya yang dikejar oleh seorang Gembala atau pengkhotbah adalah doktrin. Seorang pengkhotbah harus mengerti sampai pasti, bagaimana nasib bayi dan yang lahir cacat mental jika mereka meninggal, tentu lengkap dengan ayat dan alasan logisnya. Ia sepatutnya bukan sekedar tahu tetapi bahkan sanggup berdebat dan berhasil mempertahankan kebenaran yang dipegangnya. Ia harus tahu persis cara orang-orang PL masuk Sorga, dan ia juga harus tahu persis akibat orang-orang yang sudah lahir baru jatuh ke dalam dosa.
Tugas Utama Seorang Gembala
Gembala domba (yang mengembek) membawa dombanya mencari rumput yang segar dan air yang jernih. Ia harus tahu lokasi rumput dan air secara pasti. Gembala Jemaat harus mencari kebenaran untuk anggota jemaatnya. Apakah yang diberikan atau dikhotbahkan oleh Gembala tiap-tiap minggu? Kalau hanya khotbah devosional kehidupan sehari-hari, maka sudah pasti anggotanya tidak tahu tentang Bema Kristus, tentang apa itu kanon tertutup. Ada berapa banyak orang Kristen yang sanggup menjawab ketika ditanya umat agama lain alasannya mempercayai bahwa Alkitab adalah firman Tuhan? Ada berapa banyak orang Kristen yang dapat menjelaskan dengan baik alasan bahwa orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan. Ada berapa banyak orang Kristen yang tahu mengapa LAI memberi tanda kurung pada Kisah Para Rasul 8:37, I Y oh.5:7-8?
Tugas utama seorang Gembala Jemaat seharusnya memberi makanan rohani “rumput hijau dan air sejuk” kepada anggota jemaatnya. Ia harus memiliki pengetahuan doktrinal yang cukup, bahkan ia harus sanggup berargumentasi melawan pengajar-pengajar sesat yang mencoba-coba mengganggu anggota jemaatnya.
Ada Gembala Jemaat yang tidak memiliki pengetahuan cukup, dan khotbahnya hanya berisikan cerita atau dongeng nenek-nenek tua, menjadi ketakutan ketika ada Penginjil muda muncul di wilayahnya untuk memulai jemaat baru. Karena tidak memiliki pengetahuan doktrinal yang cukup dan tentu tidak bisa berargumentasi, maka yang bisa dilakukannya hanya mengancam Penginjil muda dengan kekerasan. Tentu tindakan demikian sangat tidak terpuji bahkan akan membuktikan bahwa ia bukan di pihak Tuhan melainkan di pihak iblis. Anggota jemaatnya dilarangnya untuk mendengarkan penjelasan Penginjil muda bahkan diperintahkan untuk tidak berbicara atau tegur sapa dengan si Penginjil muda tersebut. Bukankah tindakan demikian tidak sesuai Alkitab dan sangat memalukan? Apakah Tuhan senang dengan hambaNya yang berlaku demikian?
Sesungguhnya Dimanakah Kepala Benangnya?
Mengapakah keadaan gereja sepertinya sedang berputar ke bawah (spiral-down)? Kalau kita umpamakan keadaan gereja yang berputar ke bawah ini setumpukan benang kusut, dimanakah kepala benangnya? Setelah menjadi Gembala Jemaat lebih dari dua puluh tahun, mengadakan seminar lebih seratus kali, dan menulis tiga puluh sembilan judul buku, serta mengajar theologi hampir dua puluh tahun, akhirnya saya temukan kepala benangnya. Kepala benang dari keadaan gereja yang semakin berputar ke bawah ialah sikap mereka yang berusaha mempertahankan kesalahan mereka. Sebenarnya mereka tahu persis bahwa pembaptisan bayi itu salah. Dr. Rod Bell, teman baik dari Dr. Timothy Tow, Pendiri Bible Presbyterian di Singapore, berkata kepada saya bahwa ia pernah bertanya kepada Dr. Timothy Tow, apakah ia tahu bahwa pembaptisan bayi itu salah? Dr. Tow menjawabnya bahwa ia tahu, tetapi ia tidak bisa berubah lagi karena sudah terlanjur. Ia tidak mungkin meminta dibaptis ulang dan kemudian membaptis ulang seluruh anggota jemaatnya.
Karena ada ajaran yang jelas-jelas salah di dalam banyak gereja, dan itu menyebabkan mereka menjadi menderita fobia terhadap pembahasan doktrin. Hampir semua pembaptis percik yang saya jumpai berkata, “mengapakah harus berbicara tentang baptisan lagi? Itu sudah menjadi topik perdebatan ratusan tahun, dan tidak pernah selesai!” Maksud mereka, kita berhenti membahas hal itu, kita simpan hal itu agar ia menjadi barang antik. Leave me alone, jangan mengganggu saya, gereja kami telah menjalankan pembaptisan bayi dan percik puluhan bahkan ratusan tahun.
Tetapi sesungguhnya hati nurani mereka sendiri bersaksi bagi mereka bahwa mereka salah. Akhirnya mereka membangun machanism-defense dengan memimpin anggota jemaat mereka menjauh dari pembahasan doktrin. Bahkan ada yang menggantikan pembahasan doktrinal dengan filsafat. Jika mereka mengarahkan jemaat pada perkara doktrinal maka jemaat akan giat menggali dan akan mendapatkan bahwa gereja mereka salah, dan bisa ada yang meninggalkan gereja. Karena takut akan konsekuensi itu mereka memilih menghindar dari pembahasan doktrinal, dan mereka aman. Tetapi sikap ini telah menghasilkan gereja yang tidak suka doktrin dan anggota jemaat yang tidak tahu apa-apa tentang doktrin.
Bagaimana dengan gereja yang selalu menggembar-gemborkan proses pewahyuan, seperti bernubuat, berbahasa lidah dan lain sebagainya? Ketika ditanyakan kepada mereka tentang pemahaman mereka terhadap Alkitab yang adalah kanon tertutup, dan konsep Alkitab yang satu-satunya firman Allah, mereka bingung. Ada yang berusaha menjawab namun jawaban mereka sendiri saling kontradiksi. Gereja-gereja demikian, yaitu yang menjunjung tinggi kharisma, tidak mungkin bisa ada minat terhadap pengajaran doktrin. Bahkan bagi mereka pengajaran doktin akan menghambat tujuan mereka. Karena mereka bukan ingin agar jemaat mereka pintar tetapi ingin duit jemaat mereka.
Ketika pengajaran doktrin diutamakan maka anggota jemaat akan menjadi sadar dan pintar, kemudian akan bertanya terus. Ketika anggota jemaat menjadi pintar mereka tidak bisa dibuai dengan janji-janji berkat, dan dibohongi dengan cerita dibawa ke Sorga bahkan ditahbiskan di Sorga.
Pembaca yang berhikmat, saya hanya mengajak Anda melihat bahwa ada sesuatu yang salah pada kekristenan. Orang-orang Kristen tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menunjang iman mereka. Orang-orang Kristen disuguhi khotbah-khotbah sejenis “permen dan susu” yang sama sekali tidak mendewasakan.
Celakanya adalah bahwa orang-orang Kristen itu sendiri tidak menyadarinya, persis seperti anak-anak bodoh yang tidak pernah disekolahkan oleh ayah mereka. Mereka tidak menyadari bahwa mereka bodoh, dan kalau orang berkata bahwa mereka bodoh, tentu mereka akan marah sekali. Mereka juga tidak bisa bertanya, karena mereka tidak tahu mau bertanya tentang apa? Dari awal mereka tidak dirangsang untuk bertanya, bahkan kalau banyak bertanya mereka akan dimarahi ayah mereka. Apakah Anda salah satu dari anak-anak itu?***
Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 76, Juli-September 2013, Suhento Liauw, Th.D
1 komentar:
bisa tolong dijelaskan mengapa LAI memberi tanda kurung pada Kisah Para Rasul 8:37, I Y oh.5:7-8?
Posting Komentar