Senin, 14 Oktober 2013

Gereja Yang Tidak Jelas Posisinya

Banyak tahun yang lalu, ketika saya diundang berkhotbah di hari ulang tahun Komisi Pemuda sebuah  gereja  besar  di  Jakarta,  saya  mendapatkan hal yang  sangat  mengagetkan. Sebelum  acara kebaktian, saya  diajak ke sebuah  ruangan untuk  berdoa  bersama  sejumlah  pemuda-pemudi  yang  bertugas  melayani.  Ketua pemudanya  memimpin, dan  memerintahkan untuk buka suara berdoa sehati. Padahal  tidak  mungkin  sepuluh  orang  buka suara  bersama-sama  bisa  sehati. Setelah berdoa kami memasuki ruangan kebaktian. Si ketua pemuda memimpin nyanyi  dengan  sangat  bersemangat.

Setelah  acara  berjalan sekitar  setengah  jam,  ia menyerahkan  acara  kepada  saya  untuk menyampaikan khotbah. Sebelum  berkhotbah,  saya  bertanya, “seandainya  terjadi  gempa  bumi  dahsyat sepuluh  skala richter,  kita  semua  mati, berapa  banyak  orang  di  ruangan  ini  yang yakin pasti akan masuk Sorga?” Dari dua ratusan  orang  yang  hadir,  ternyata  hanya tujuh-delapan  orang  yang  berani  dengan mantap mengangkat  tangannya. Setelah saya  mendorong-dorong  akhirnya  tambah beberapa orang yang angkat tangan. Tetapi ketika  saya  berkata bahwa  mereka  harus memiliki  alasan  yang  tepat  jika  ditanya orang, beberapa orang segera menurunkan tangannya. Yang sangat mengherankan saya ialah pemimpin  pemuda  yang  tadi  memimpin nyanyi tidak mengangkat tangannya. Saya kaget  dan  bertanya  sambil  menunjuk kepadanya,  “mengapa  kamu  tidak  mengangkat tangan?”  Dengan  sedikit tersenyum  ia  menjawab, “kan besok-besok masih  melakukan  dosa.”

Gereja  Menyimpang  Dari  Tugasnya
Keadaan  ketua  pemuda  yang  saya ceritakan  di  atas  hanya  salah  satu  contoh dari gereja yang tidak jelas pengajarannya. Sudah  pasti  keadaan  pemuda  tersebut adalah  akibat  dari  gereja  yang  pengajaran Doktrin  Keselamatannya  tidak  jelas. Banyak gereja tidak memiliki kejelasan  pengajaran,  bahkan  pada  aspek  yang sangat  penting  yaitu  aspek  keselamatan. Pemimpin  gereja,  atau  pengkhotbah  tidak berusaha  mendalami  pengajaran  Injil Keselamatan  hingga  setuntas-tuntasnya. Mereka  lupa  bahwa  tugas  utama  gereja ialah  memberitakan  jalan  keselamatan, membawa orang ke Sorga. Jika pengajaran tentang  keselamatan  dari  sebuah  gereja tidak  jelas,  bagaimana  mungkin  gereja tersebut  bisa  berfungsi  sebagai  penunjuk jalan  ke  Sorga?  Kalau  ketua  pemudanya saja  tidak  yakin  pasti  akan  masuk  Sorga, bagaimana  mungkin ia  memberi petunjuk kepada orang lain agar orang itu pasti akan masuk  Sorga?

Daripada  memikirkan tentang  doktrin dan  belajar  tentang  doktrin,  banyak  “pendeta”  sebaliknya  belajar  tentang  cara  menarik orang datang ke gerejanya. Mereka belajar  tentang  management,  tentang  public-relation,  belajar  tentang  musik  bahkan belajar  tentang  entertaiment.  Sedangkan tentang  doktrin,  mereka  bahkan  berkata tidak  perlu  doktrin.  Aneh  bukan? Apakah  tujuan  Tuhan  mendirikan gereja?  Hanya untuk  mengumpulkan orang agar  tercipta  lapangan  pekerjaan,  atau supaya  ada  semacam  wadah  sosial  bagi orang  untuk  berkumpul?  Apakah  tugas utama gereja? Kalau gereja tidak memiliki tugas khusus, lalu untuk apakah ia dihadirkan  di  muka  bumi  ini?

Setelah  Petrus  membuat  pengakuan iman  (Mat.16:16-18),Tuhan  berkata  bahwa gerejanya  harus  berdiri  kokoh,  bahkan  kuasa  alam  maut sekalipun  tidak  akan  menguasainya.  Paulus  memberitahukan  jemaat Efesus  bahwa  oleh  jemaat,  seluruh  kebenaran  ilahi  yang  tersembunyi  berabad-abad akan  di kumandangkan  bukan  hanya kepada  manusia  di  dunia  bahkan  kepada para  malaikat.

8 Kepadaku, yang  paling  hina  di  antara segala  orang kudus, telah  dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan  kepada  orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga  itu, 9  dan  untuk  menyatakan  apa isinya  tugas  penyelenggaraan  rahasia yang  telah  berabad-abad tersembunyi dalam  Allah, yang menciptakan segala sesuatu, 10 supaya  sekarang  oleh jemaat  diberitahukan  pelbagai  ragam
hikmat  Allah  kepada  pemerintah-pemerintah  dan  penguasa-penguasa di  sorga,  11  sesuai  dengan  maksud abadi,  yang  telah  dilaksanakan-Nya dalam  Kristus  Y esus,  Tuhan  kita  (Ef. 3:8-11).

Dari  tulisan  Paulus  yang  diinspirasikan,  kita  tahu  tentang  posisi  dan  fungsi gereja  yang  sangat  penting.  Gereja adalah tiang  penopang  dan  dasar  kebenaran. 14 Semuanya  itu  kutuliskan  kepadamu,  walaupun  kuharap  segera  dapat mengunjungi  engkau. 15 Jadi  jika  aku terlambat,  sudahlah  engkau  tahu  bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga  Allah,  yakni  jemaat  dari  Allah yang  hidup,  tiang  penopang  dan dasar  kebenaran  (I  Tim.3:14-15).

Gereja, tiang penopang dan dasar kebenaran,  seharusnya  memberitakan  Injil  bukan hanya  kepada  manusia,  melainkan  juga kepada  para  malaikat. ...segala  sesuatu  yang  telah  diberitakan sekarang  kepada  kamu  dengan  perantaraan  mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita  Injil  kepada  kamu, yaitu hal-hal yang ingin di ketahui oleh malaikat-malaikat (I  Pet  1:12).

Jadi,  tujuan  utama  gereja  itu  memberitakan  Injil,  bukan hanya kepada manusia, melainkan  juga  kepada  para  malaikat. Gereja  adalah  tiang  kebenaran,  dan  dasar kebenaran.  Tiap-tiap  minggu dari  mimbar gereja harus terpancarkan  kebenaran yang bisa  menjadi  patokan  bagi  pemerintah-pemerintah di dunia, bahkan juga  bagi para malaikat  di  Sorga. 

Pembaca  yang  terkasih,  betapa  pentingnya  posisi  gereja  di  mata Allah.  Dari zaman  Adam  hingga  Musa,  ayah  adalah tiang  penopang  dan  dasar  kebenaran, kemudian  dari  Musa  sampai  Y ohanes Pembaptis bangsa  Y ahudi bertugas sebagai tiang  penopang  dan  dasar  kebenaran (Luk.16:16,  Mat.11:13).  Sedangkan  dari  Yohanes  Pembaptis  sampai   Rapture, jemaat  atau  gereja  adalah  tiang  penopang  dan  dasar  kebenaran  (I  Tim.3:15).

Gereja  Telah  Salah  Fokus
Banyak gereja lupa pada tugas utamanya.  Gereja-gereja  Liberal  telah  beralih fungsi  menjadi  wadah  sosial,  dan  dengan giat  memberitakan  injil  sosial.  Gereja-gereja  Kharismatik  dan  teman-temannya beralih menjadi pusat entertaiment bahkan acara mereka mirip acara diskotik. Gereja-gereja  Injili  makin  hari  makin  tidak  jelas tujuannya.  Ada banyak  gereja  suku  (Tionghoa,  Batak, Jawa,  Sunda  dll.)  telah  melupakan  tugas  utama  dari  Tuhan  dan  berubah menjadi  pusat  pemeliharaan  adat-istiadat.

Seandainya  sebuah  gereja  tahu  akan tugas  dan  tanggung  jawab  utama  yang diberikan Tuhan kepadanya, yaitu sebagai pemancar  kebenaran,  maka  pemimpinnya akan berusaha keras untuk memahami masalah doktrin, karena kebenaran doktrinal-lah  yang  seharusnya  dipancarkan  oleh gereja.  Kalau  gereja  salah  folus,  terjebak dalam  perlombaan  berbuat  baik  dengan orang-orang Buddha, maka apa perbedaan antara  kekristenan  dengan  agama  lain?
Tentu  orang  Kristen  harus  berbuat  baik, itulah  yang  Tuhan  ajarkan  kepada  kita. Tetapi  titik  utama  yang  membedakan kekristenan dengan Buddha, Hindu, Islam, itu  bukan  perbuatan  melainkan  pada doktrin  yang  diajarkan.  Ada  banyak  gereja  yang  berusaha mempertahankan kehadiran anggota jemaat  mereka  melalui  bezuk.  Anggota yang  tidak  datang  langsung  dibezuk  sehingga  menjadi tidak  enak  hati  dan  akhirnya  datang  lagi.  Membezuk anggota  jemaat tentu  adalah  hal  yang  baik,  bahkan  lebih baik  lagi  kalau  anggota  jemaat  saling  membezuk sehingga  mereka  saling  mengenal satu  sama  lain.  T etapi  jika  orang  Kristen tidak  lahir  baru,  melainkan kerajinannya mengikuti  acara  adalah  karena  selalu dibezuk,  maka  ini  jelas  suatu  kesalahan.

Gereja harus  memiliki Doktrin Keselamatan  yang  alkitabiah,  dan  melalui  khotbah tentang keselamatan yang alkitabiah maka setiap orang yang menjadi anggota adalah orang Kristen yang telah lahir baru. Orang Kristen lahir baru bukanlah yang jika tidak dibezuk  lalu  tidak  rajin  menghadiri  acara jemaat.  Orang  Kristen  lahir  baru  tahu bahwa  ia  harus  menjadi  anggota  jemaat yang  baik.

Seharusnya yang dikejar oleh seorang Gembala atau pengkhotbah adalah doktrin. Seorang pengkhotbah harus mengerti sampai  pasti,  bagaimana  nasib  bayi  dan  yang lahir  cacat mental jika  mereka meninggal, tentu  lengkap  dengan  ayat  dan  alasan  logisnya. Ia  sepatutnya bukan sekedar tahu  tetapi  bahkan  sanggup  berdebat  dan  berhasil mempertahankan  kebenaran  yang  dipegangnya.  Ia  harus  tahu  persis  cara  orang-orang  PL  masuk Sorga,  dan  ia  juga  harus tahu persis akibat orang-orang yang sudah lahir  baru  jatuh  ke  dalam  dosa.

Tugas  Utama  Seorang  Gembala
Gembala  domba  (yang  mengembek) membawa dombanya  mencari rumput  yang segar  dan  air  yang  jernih.  Ia  harus  tahu lokasi  rumput  dan  air  secara  pasti.  Gembala Jemaat  harus  mencari  kebenaran  untuk anggota  jemaatnya.  Apakah yang  diberikan atau  dikhotbahkan  oleh  Gembala tiap-tiap minggu? Kalau hanya khotbah devosional kehidupan  sehari-hari,  maka  sudah  pasti anggotanya  tidak  tahu  tentang  Bema Kristus,  tentang  apa  itu  kanon  tertutup. Ada berapa  banyak  orang  Kristen yang sanggup  menjawab  ketika  ditanya  umat agama lain alasannya mempercayai bahwa Alkitab adalah  firman Tuhan? Ada berapa banyak  orang  Kristen yang  dapat  menjelaskan dengan baik alasan bahwa orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan.  Ada berapa banyak orang Kristen yang tahu  mengapa LAI memberi tanda  kurung pada  Kisah  Para  Rasul  8:37,  I  Y oh.5:7-8?

Tugas utama seorang Gembala Jemaat seharusnya  memberi  makanan  rohani “rumput  hijau  dan  air  sejuk” kepada anggota jemaatnya. Ia harus memiliki pengetahuan  doktrinal  yang  cukup,  bahkan  ia  harus sanggup  berargumentasi  melawan  pengajar-pengajar  sesat  yang  mencoba-coba mengganggu  anggota  jemaatnya.

Ada  Gembala  Jemaat  yang  tidak  memiliki  pengetahuan  cukup,  dan  khotbahnya  hanya  berisikan  cerita  atau  dongeng nenek-nenek tua,  menjadi ketakutan ketika ada Penginjil muda muncul di wilayahnya untuk  memulai jemaat  baru.  Karena tidak memiliki  pengetahuan doktrinal  yang  cukup  dan  tentu  tidak  bisa  berargumentasi, maka  yang  bisa  dilakukannya  hanya  mengancam  Penginjil  muda dengan  kekerasan. Tentu  tindakan  demikian  sangat  tidak terpuji  bahkan  akan  membuktikan  bahwa  ia bukan  di  pihak Tuhan  melainkan di  pihak iblis.  Anggota  jemaatnya  dilarangnya  untuk  mendengarkan  penjelasan  Penginjil muda  bahkan  diperintahkan  untuk  tidak berbicara  atau  tegur  sapa  dengan  si  Penginjil  muda  tersebut.  Bukankah  tindakan  demikian  tidak  sesuai  Alkitab  dan  sangat memalukan?  Apakah  Tuhan  senang  dengan hambaNya  yang  berlaku  demikian?

Sesungguhnya  Dimanakah Kepala  Benangnya?
Mengapakah  keadaan  gereja  sepertinya  sedang  berputar  ke  bawah  (spiral-down)?  Kalau  kita  umpamakan  keadaan gereja  yang  berputar  ke  bawah  ini  setumpukan  benang  kusut,  dimanakah  kepala benangnya? Setelah menjadi Gembala Jemaat  lebih dari dua puluh tahun,  mengadakan seminar lebih  seratus  kali,  dan  menulis  tiga  puluh sembilan judul  buku, serta mengajar theologi  hampir  dua  puluh  tahun,  akhirnya  saya temukan  kepala  benangnya.  Kepala  benang dari keadaan gereja yang semakin berputar ke bawah    ialah  sikap mereka yang berusaha  mempertahankan  kesalahan  mereka. Sebenarnya mereka tahu persis bahwa pembaptisan  bayi  itu  salah.  Dr. Rod  Bell, teman  baik dari Dr. Timothy Tow, Pendiri Bible  Presbyterian  di  Singapore,  berkata kepada  saya  bahwa  ia  pernah  bertanya kepada  Dr. Timothy  Tow, apakah  ia  tahu bahwa  pembaptisan  bayi  itu  salah? Dr. Tow menjawabnya bahwa ia  tahu,  tetapi  ia  tidak bisa berubah lagi  karena sudah terlanjur. Ia tidak mungkin meminta dibaptis ulang dan   kemudian  membaptis  ulang  seluruh  anggota  jemaatnya.

Karena ada ajaran yang jelas-jelas  salah  di dalam banyak gereja, dan itu  menyebabkan  mereka  menjadi  menderita  fobia terhadap  pembahasan  doktrin.  Hampir semua pembaptis percik yang saya jumpai berkata,  “mengapakah  harus  berbicara tentang  baptisan  lagi?  Itu  sudah  menjadi topik  perdebatan  ratusan  tahun,  dan  tidak pernah  selesai!”  Maksud  mereka,  kita berhenti membahas hal itu,  kita simpan hal itu agar ia menjadi barang antik. Leave me alone,  jangan  mengganggu  saya,  gereja kami telah  menjalankan pembaptisan bayi dan  percik  puluhan  bahkan  ratusan  tahun.

Tetapi  sesungguhnya  hati nurani mereka sendiri  bersaksi bagi mereka bahwa mereka  salah. Akhirnya  mereka  membangun machanism-defense  dengan  memimpin anggota jemaat mereka menjauh dari pembahasan  doktrin.  Bahkan  ada  yang  menggantikan  pembahasan  doktrinal  dengan filsafat.  Jika  mereka  mengarahkan  jemaat pada  perkara  doktrinal  maka  jemaat  akan giat  menggali  dan  akan  mendapatkan bahwa  gereja  mereka  salah,  dan  bisa  ada yang  meninggalkan  gereja.  Karena  takut akan  konsekuensi  itu  mereka  memilih menghindar  dari  pembahasan  doktrinal, dan  mereka  aman.  Tetapi  sikap  ini  telah menghasilkan  gereja  yang  tidak  suka doktrin  dan anggota  jemaat  yang tidak  tahu apa-apa  tentang  doktrin.

Bagaimana dengan gereja yang selalu menggembar-gemborkan proses pewahyuan, seperti bernubuat, berbahasa lidah  dan lain  sebagainya?  Ketika ditanyakan  kepada mereka tentang pemahaman mereka terhadap  Alkitab  yang  adalah  kanon  tertutup, dan  konsep Alkitab yang  satu-satunya  firman  Allah, mereka bingung.  Ada yang berusaha  menjawab  namun  jawaban  mereka sendiri  saling  kontradiksi.  Gereja-gereja demikian,  yaitu  yang  menjunjung  tinggi kharisma,  tidak  mungkin  bisa  ada  minat terhadap  pengajaran  doktrin.  Bahkan bagi mereka pengajaran doktin akan menghambat  tujuan  mereka.  Karena  mereka  bukan ingin  agar  jemaat  mereka pintar  tetapi  ingin duit  jemaat  mereka.

Ketika pengajaran doktrin diutamakan maka  anggota  jemaat  akan  menjadi  sadar dan  pintar,  kemudian  akan  bertanya  terus. Ketika  anggota  jemaat  menjadi  pintar mereka tidak bisa dibuai dengan janji-janji berkat,  dan  dibohongi  dengan  cerita  dibawa ke Sorga bahkan ditahbiskan di Sorga.

Pembaca  yang  berhikmat,  saya  hanya mengajak  Anda melihat bahwa ada sesuatu yang salah pada kekristenan. Orang-orang Kristen  tidak  memiliki  pengetahuan  yang cukup  untuk  menunjang  iman  mereka. Orang-orang  Kristen  disuguhi  khotbah-khotbah  sejenis  “permen  dan  susu”  yang sama  sekali  tidak  mendewasakan.

Celakanya  adalah  bahwa  orang-orang Kristen  itu  sendiri  tidak  menyadarinya, persis seperti anak-anak bodoh yang tidak pernah  disekolahkan  oleh  ayah  mereka. Mereka  tidak  menyadari  bahwa  mereka bodoh,  dan  kalau  orang  berkata  bahwa mereka  bodoh,  tentu  mereka  akan  marah sekali.  Mereka  juga  tidak  bisa  bertanya, karena  mereka  tidak  tahu  mau  bertanya tentang  apa?  Dari  awal  mereka  tidak dirangsang  untuk  bertanya,  bahkan  kalau banyak  bertanya  mereka  akan  dimarahi ayah mereka. Apakah Anda salah satu dari anak-anak  itu?***

Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 76, Juli-September 2013, Suhento Liauw, Th.D

1 komentar:

Pak Eko mengatakan...

bisa tolong dijelaskan mengapa LAI memberi tanda kurung pada Kisah Para Rasul 8:37, I Y oh.5:7-8?