Dilahirkan di tahun 1783, Gottlob Bruckner menjadi seorang missionary Baptis yang luar biasa. Kisah ini akan memberikan pelajaran bagi siapapun yang membacanya. Gottlob dilahirkan diwilayah pertanian di selatan kota Berlin, Jerman. Gottlob dibesarkan di keluarga yang rajin membaca Alkitab dan setiap hari renungan harian menjadi aktivitas keluarga. Pada usia 20 tahun anak muda ini meninggalkan rumah untuk mencari nafkah ke kota Berlin. Di kota Jerman ini ia bertemu dengan seorang pengkhotbah dan membawanya kepada hal-hal yang ingin Allah lakukan dalam hidupnya. Di kota inilah akhirnya ia bertobat dan percaya pada Juruslamat.
Gottlob akhirnya mengetahui pelayanan William Carey di India dan berpikir bahwa Allah mnghendakinya menjadi missionary. Kebetulan temanya seorang gembala membuka sekolah pelatihan missionary dan Gottlob pun mendaftarkan diri dan belajar selama 18 bulan lalu dikirim ke Belanda untuk mengikuti pelatihan lanjutan. Dan ia belajar di sana selama tiga tahun termasuk mempelajari bahasa Belanda.
Tahun 1811 sebuah kelompok misi di bentuk di Belanda, namun kondisi politik di bawah pemerintahan kaisar Napoleon tidak memungkinkan orang-orang untuk keluar negeri. Namun gottlob kembali ke Jerman dan belajar selama setahun di sana. Akhirnya Gottlob bersama dua orang temanya dikirim ke Inggris hanya dengan membawa satu tas kecil pakaian. Selama kurang lebih satu tahun belajar Gottlob pun ditahbiskan di Inggris.
Perang hampir berakhir, oleh karena Inggris mengambil alih Indonesia dari Belanda di masa perang Napoleon dan peti pakaian Gottlob dikirim melalui kapal untuk menuju Indonesia, namun kapal yang membawa pakaian Gottlob terbakar dan ia pun kehilangan barang-barang duniawinya. Tahun 1814 bulan Januari, Gottlob dan temanya beralayar menuju Indonesia, kapal mereka nyaris tengelam oleh karena badai yang dahsyat. Setelah sampai di Jakarta, Gottlob seorang diri langsung berangkat menuju sebelah utara Jawa. Dua kali kapal mereka diserang bajak laut sehingga membuatnya sedikit letih menghadapi semua itu. Setelah kapal berlabuh, Gottlob harus mendaki gunung yang penuh Harimau dan menuju kota Semarang. Tibalah ia disebuah gereja Belanda yang telah disiapkan sejak zaman dulu. Jemaat gereja tersebut adalah orang Belanda dan Indonesia yang hanya sekedar formalitas datang ke gereja namun tidak disertai pertobatan. Gottlob pun akhirnya berkenalan dengan seorang anak perempuan gembala Belanda dan mereka akhirnya menikah dan dikaruniai 8 orang anak.
Ketika Rev. Gottlob sedang mengunjungi kota-kota lain, ia bertemu sebuah keluarga misionari dari gereja Baptist Inggris mereka adalah Rev. Thomas Trowt. Rev. Gottlob akhirnya berteman baik dengan Rev. Thomas. Suatu saat mereka berdiskusi sangat panjang tentang baptisan yang benar. Namun pada tanggal 31 Maret 1816 Rev. Gottlob mengumumkan pada jemaatnya; “Saya berencana untuk dibaptis, sekarang saya percaya bahwa Alkitab mengajarkan baptisan secara selam dan dilakukan pada orang yang sudah bertobat dan percaya bukan sebelum.” Pada hari minggu setelah pengumuman itu ia pun segera dibaptis selam dan jemaatnya pun memecatnya menjadi gembala mereka. Keputusan yang sulit diterima bagi Rev. Gottlob mengingat ia sudah berkeluarga dan memiliki 8 orang anak. Namun kebenaran tetaplah kebenaran yang harus dijunjung tingi.
Enam bulan kemudian Rev. Thomas Trowt meninggal dunia karena demam dan Belanda mengambil alih Indonesia dari Inggris, hal ini mengakibatkan tidak ada missionary Inggris yang bias masuk Indonesia. Namun karena Rev. Gottlob adalah keturunan Jerman, ia pun dapat tetap tinggal di Indonesia. Rev. Thomas Trowt meninggalkan pekerjaanya yaitu terjemahan kitab PB ke bahasa Jawa dan Rev. Gottlob yang melanjutkanya. Suatu hari ia menerima sepucuk surat dari William Carey yang mengundangnya membawa hasil terjemahanya untuk dikaji ulang. William Word, di tunjuk oleh British Mission Society untuk mencetak Alkitab. Tahun 1828 bersama dengan 2 anak laki-lakinya ia berangkat ke India dan kurang lebih 3 tahun ia berada di India dan satu anaknya meninggal dunia karena demam.
Ketika tugasnya selesai ia pun naik kapal dengan membawa 2000 Alkitab PB dalam bahasa Jawa, 20.000 traktat, kertas-kertas dalam jumlah yang banyak untuk dicetak dan satu set huruf cetak jawa. Kapal mereka hamper tengelam karena badai dan topan, namun mereka terus berdoa dan Tuhan mendengar doa mereka. Setibanya dirumah ia harus menerima kenyataan semua Alkitab dan traktatnya ditahan, hanya disisakan beberapa kitab saja. Namun ia tidak putus asa melainkan berusaha mencetaknya lagi dan mengirimkan sebuah cetakan PB pada raja-raja di Belanda dan Prusia. Hasil yang ia lakukan membuat pemerintah Belanda di Indonesia menyetujui kebebasan beragama.
Hingga akhir hayatnya Rev. Gottlob melihat sedikit saja hasil pelayanannya. Ia meninggal ditahun 1857 dan tidak ada seorang Baptist pun yang membantunya menyebarkan Injil di Indonesia. Namun hari ini kita melihat cukup banyak gereja Baptis tumbuh di pulau Jawa. Seorang Baptist dipakai Allah untuk menyiapkan jalan bagi penginjil-penginjil dimasa mendatang. Jangan pernah menyerah dan kecewa melihat hasil pelayanan Anda, namun tetaplah setia kerjakan sampai kelak Tuhan datang menjemput.
Hal yang paling penting untuk diperhatikan dan dikagumi dari Rev. Gottlob adalah keberaniannya untuk mengikut kebenaran. Walaupun ia harus menderita dipecat dari gerejanya demi kebenaran dan berusaha memelihara keluarganya, tentu ini bukan hal yang mudah. Banyak orang hari ini selalu kuatir akan masalah kehidupan dan tidak berani mengambil keputusan untuk ikut kebenaran. Disatu sisi mereka nampak seolah-olah hamba Tuhan yang terhormat dan memiliki banyak jemaat yang memujanya. Celakanya lagi mereka berusaha membangun gerejanya besar-besar agar kelihatan megah dan jemaatnya mampu dan kaya. Padahal mereka terus menyesatkan banyak orang dengan berkata; “manusia masuk surga kerena dipilih, membaptis bayi, membaptis orang sakit, membaptis percik dll. Sesungguhnya kata Paulus mereka melayani perut mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar