Supaya tuntutan mereka didengarkan, para mahasiswa dari berbagai universitas mengumpulkan teman mereka sebanyak mungkin menuju gedung DPR. Mereka membawa berbagai spanduk, bahkan pengeras suara untuk memastikan keinginan hati mereka terdengar.
Rakyat Ukraina beramai-ramai turun ke jalan memprotes hasil pemilu yang mereka nilai curang. Hasilnya luar biasa yaitu pemilu ulang sehingga jago mereka keluar sebagai pemenang. Lawannya tidak berani berbuat banyak, mau tidak mau harus menyerahkan kekuasaan kepada yang paling banyak pendukungnya.
Setelah pembunuhan Hariri (mantan PM Libanon), rakyat Libanon turun ke jalan menuntut Perdana Menteri mundur dan pasukan Syria ditarik dari Libanon. Mereka berhasil karena jumlah rakyat yang turun ke jalan sangat signifikan.
Bahkan kita semua tentu masih ingat bahwa Suharto diturunkan oleh demo mahasiswa besar-besaran di gedung DPR. Seorang yang telah berkuasa lebih tiga puluh tahun, yang ditakuti oleh para lawan politiknya, dan yang keinginan hatinya tidak boleh dibantah, akhirnya tunduk kepada permintaan para mahasiswa yang berdemo.
Pungut Konsep Duniawi
Mungkin karena hal-hal tersebut di atas, maka sejumlah “pendeta” mendapat ide untuk mengadakan National Prayers Conference atau acara doa dengan jumlah orang besar-besaran. Sudah berulang kali kita mendengar digelarnya acara rally doa dengan berbagai tema di Senayan, di Monas dan berbagai tempat.
Bagi seorang yang biasa berpikir kritis, tentu akan timbul pertanyaan, apakah dengan jumlah orang berdoa yang banyak maka Tuhan akhirnya seperti Suharto atau presiden Syria akan tunduk kepada permintaan mereka? Mereka membayangkan Tuhan seperti seorang penguasa otoriter yang angkuh, apalagi Tuhan dikatakan mahakuasa yang tentu lebih dari presiden manapun. Jadi agar Ia mau mendengar maka diperlukan pendoa yang sebanyak-banyaknya?
Sungguh sangat mengherankan penulis karena para “pendeta” yang telah mempunyai nama besar pun ternyata memiliki konsep doa yang sifatnya demo Tuhan. Apakah karena belakangan ini marak demo-demoan di berbagai belahan dunia sehingga timbul ide mendemo Tuhan? Atau saking putus asanya mereka menghadapi berbagai persoalan dan tidak terjawabnya doa sehingga turut mengiyakan konsep demo Tuhan dengan doa yang mengandalkan jumlah pendoa.
Apakah Tuhan akan mendengar dan menjawab doa karena didoakan oleh jumlah orang yang sangat banyak? Kalau bagi penulis tindakan demikian adalah hasil penyusupan iblis sebagai penasehat ke dalam kekristenan. Hasil yang akan segera diperoleh ialah digelarnya tablik akbar sebagai tandingan. Kaum Muslim akan merasa seolah-olah mereka akan dikalahkan oleh orang Kristen. Mereka pasti akan berusaha bukan saja menggelar tablik akbar, bahkan lebih dari itu. Mereka akan mendirikan islamic center di berbagai daerah, melakukan perlawanan yang lebih gigih dan lebih militan di berbagai lini kehidupan rakyat Indonesia.
Proyek Mercusuar
Pada masa lalu sering kita dengar gembar-gembor tentang berbagai visi antara lain, kasih melanda Jakarta, kasih melanda Indonesia dan berbagai slogan yang terdengar merdu di kuping orang Kristen, namun tidak demikian di kuping kaum Muslim.
Ada orang yang sangat senang dengan proyek glamor tanpa merenungkan efeknya terhadap seluruh kekristenan di Indonesia. Menyelenggarakan KKR besar-besaran di Istora Senayan hingga mengerahkan ratusan bus serta mengkoordinasi orang Kristen berbagai gereja untuk hadir. Hasilnya adalah digelarnya acara tandingan berupa berbagai tablik akbar silih berganti. Sang “pendeta” memang mendapat nama besar melalui acara demikian, dan akan terdengar sangat populer. Namun betulkah ada jiwa yang sungguh-sungguh diselamatkan oleh khotbah yang disampaikan di tengah hiruk-pikuk manusia yang sedemikian banyak? Ada yang menjawab, tentu ada! Tetapi bagimana jika dibandingkan dengan efek negatif yang dihasilkannya?
Khusus di negara dengan Muslim mayoritas bahkan negara Muslim terbesar di dunia, bijaksanakah seseorang mencari popularitas diri sambil mengorbankan seluruh kekristenan dan pelayan-pelayan Tuhan yang tulus di pelosok-pelosok? Tidakkah tindakan demikian telah membangunkan harimau tidur, dan telah memicu militansi, bahkan sikap memblokir kekristenan di segala bidang dengan kuasa pemerintahan yang dimiliki mereka?
Berlomba mengadakan KKR dengan jumlah pengunjung yang banyak, membangun gedung yang lebih tinggi, jumlah jemaat yang lebih banyak hingga dijuluki gereja terbesar di Indonesia, Asia Tenggara, bahkan terbesar di dunia, semuanya berbau materi, jasmani dan duniawi.
Mereka berkhotbah tentang kesombongan sementara itu kesombongan mereka sendiri semakin memuncak dan diserukan dari atas mimbar. Betulkah Tuhan menghendaki gereja terbesar, tidakkah Tuhan lebih suka ada gereja di mana-mana sekalipun kecil? Yang membutuhkan gedung termegah atau tertinggi itu Tuhan atau pendeta yang gila popularitas?
Kecil Tetapi Banyak
Secara manusia kita semua memiliki keinginan untuk dikenal, disanjung, dipuji bahkan diagung-agungkan. Tetapi sejak diselamatkan, atau dilahirkan kembali, Tuhan perintahkan agar kita berusaha melawan keinginan itu. Usaha demikian disebut menyangkal diri. Kata Tuhan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9:23). Gereja yang terlalu besar tentu tidak efektif untuk digembalakan.
Ia hanya efektif untuk dibanggakan atau untukmeninggikanego.Dari segi keefektifan penggembalaan maupun dari keefektifan fungsi penjangkauan keluar atau bersaksi keluar, tentu gereja kecil yang ada dimana-mana jauh lebih efektif daripada satu saja yang besar. Lebih baik banyak batangan lilin kecil yang tersebar di setiap ruangan bahkan setiap sudut rumah daripada sebatang lilin yang besar
di sebuah ruangan saja. Indonesia bagaikan sebuah rumah besar yang banyak kamar tetapi diliputi kegelapan. Supaya semua ruangan mendapat bagian sinar kebenaran, Tuhan bagaikan tuan pemilik rumah menghendaki adanya sinar di setiap sudut rumah, sedangkan pembantunya yang nakal dan egois menghendaki hanya ada sebuah lilin yang besar di kamarnya saja.
Membangun gereja terbesar di Indonesia, atau terbesar di Asia Tenggara, atau terbesar di seluruh Asia bahkan terbesar di seluruh dunia, adalah efek ego (diri) yang sangat tinggi. Sifat ini terdapat pada para pemimpin dunia yang tentu tidak dilahirbarukan di dalam Tuhan. Mereka berlomba membangun gedung tertinggi di negara mereka masing-masing. Padahal terhadap anak-anak Tuhan yang telah lahir baru Tuhan perintahkan agar kita menyangkal diri.
Bagi Kristen-bayi apalagi Kristen KTP, membangun gedung gereja terbesar di dunia akan terdengar sangat mulia bahkan sangat menggairahkan. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah kebanggaan, kemashyuran, ketenaran nama gereja, bukan keefektifan pemberitaan Injil. Sesungguhnya bagi Tuhan maupun rasul-rasul, gedung gereja tidak ada artinya sama sekali. Mereka berbakti dirumah-rumah (Flm.1:2), dan tersebar di mana-mana.
Sampai saat seluruh rasul pulang ke Sorga (+ 100 AD) tidak tercatat ada gedung gereja yang besar atau jemaat terbesar di Asia Kecil atau Timur Tengah. Mereka tidak membanding-bandingkan ukuran sebuah jemaat dan tidak berusaha membangun sesuatu yang bersifat materi, jasmani dan duniawi karena bukan itu yang dipertandingkan melainkan efektifitas pemberitaan Injil dan pengajaran kebenaran.
Mereka berusaha keras agar di tiap-tiap kota, atau desa ada gereja. Tidak bisa dipungkiri bahwa ukuran sebuah jemaat yang efektif ialah antara lima puluh hingga dua atau tiga ratus orang. Jika terlalu kecil sangat dikuatirkan tidak akan sanggup membiaya kehidupan Gembala Jemaat apalagi melaksanakan tugas penginjilan dan pengutusan pembangunan jemaat baru. Tetapi jika terlalu besar tentu akan sulit digembalakan, bahkan akan sulit bagi Gembala Jemaat untuk mengenal tiap-tiap anggota jemaatnya. Intinya, yang diutamakan bukanlah ukuran sebuah jemaat tetapi terdapat jumlah jemaat yang banyak dan tersebar di mana-mana. Khusus di negara mayoritas Islam, ukuran jemaat yang besar pasti akan menimbulkan kedengkian yang sudah pasti akan diikuti dengan semua tindakan negatif. Hasil akhirnya adalah kerugian di pihak kekristenan secara keseluruhan.
Jemaat Adalah Tubuh Kristus
Anti-Kristus pasti akan menguasai dunia sebagaimana telah dinubuatkan dalam kitab Daniel pasal 2 yang digambarkan dengan patung dalam mimpi Nebukadnezar. Kerajaan anti-Kristus disimbolkan pada bagian kaki yang terdiri dari besi campur tanah liat.
Demikian juga dalam kitab Wahyu pasal 13 diberitahukan bahwa anti-Kristus dengan simbol 666 akan menguasai dunia sehingga semua manusia tunduk kepadanya. Satu pemerintahan dunia (one world governement) dan satu ekonomi dunia (one world economy) serta satu agama dunia (one world religion) adalah tujuan akhir anti-Kristus dalam memerangi Sang Pencipta. Dengan terkumpulkannya seluruh kekuasaan ke dalam tangannya, baik politik, ekonomi maupun agama, maka ia akan memaksa setiap manusia menyembahnya sebagai Allah. Ini adalah final-goal anti-Kristus.
Sebelum mempersatukan seluruh agama menjadi satu agama dunia yang dikendalikannya, tentu ia harus mempersatukan kelompok-kelompok dari masing-masing agama. Sudah pasti ia akan mempersatukan kekristenan kebawah satu organisasi yang memiliki kewenangan untuk menindak. Agar orang Kristen tidak menolak untuk disatukan melainkan antusias untuk disatukan, anti-Kristus menghembuskan Doktrin Gereja Universal yang percaya bahwa tubuh Kristus itu satu dan meliputi kekristenan(gereja) secara universal.
Artinya satu tubuh terdiri dari seluruh gereja (kekristenan) diseluruh dunia. Dengan konsep ini semua pemimpin gereja akan berusaha keras untuk menyatukan seluruh gereja ke bawah sebuah organisansi. Menurut Michel de Semlyen dalam bukunya All Roads Lead to Rome, (Bucks, England: Dorchester House Publication) semua gereja akan masuk kembali ke dalam genggaman vatikan. Menurutnya, Gereja Roma Katolik dengan ordo Jesuitnya telah bekerja secara rahasia menggalakkan gerakan ekumene untuk mempersatukan seluruh gereja dan menggiring mereka masuk kembali ke dalam Gereja Roma Universal (Catolic/Am). Kelihatan sekali terutama oleh orang yang memiliki ketajaman mata rohani bahwa ada gerakan dengan kuasa yang besar untuk menggeser gereja-gereja menuju persatuan organisasi dan akan berakhir menjadi satu gereja dunia. Ingat, konsep Gereja Roma Katolik adalah hanya ada satu gereja, sedangkan yang tersebar di mana-mana adalah perpanjangan atau bagian dari gereja yang satu itu. Itulah sebabnya mereka hanya memiliki satu doktrin, satu kebijakan dan satu pemimpin tertinggi.
Tetapi berkat kasih karunia Tuhan masih ada orang yang memahami bahwa gereja yang Tuhan inginkan adalah gereja lokal bukan gereja universal. Tiap-tiap gereja lokal adalah tubuh Kristus, bukan seluruh kekristenan. Sangatlah berbeda antara konsep Gereja Universal dengan konsep Gereja Lokal baik secara theologis maupun dalam praktikalnya. Gereja Universal akan mendorong ke penyatuan seluruh gereja karena meyakini hanya ada satu gereja atau tubuh Kritus yang terdiri dari gabungan seluruh gereja. Sedangkan konsep Gereja Lokal akan mendorong independensi tiap-tiap gereja lokal karena menyakini bahwa tiap-tiap gereja lokal, masing-masing adalah tubuh Kristus.
Doa Yang Paling Menyebalkan Hati Tuhan
Dari konsep gereja universal yang percaya bahwa tubuh Kristus adalah gabungan seluruh gereja, telah menyebabkan diadakannya doa ramai-ramai gabungan semua gereja. Mereka bahkan tidak peduli pada perbedaan doktrin tiap-tiap denominasi yang terlibat dalam acara doa bersama. Padahal di dalam kumpulan doa itu ada yang doktrinnya saling bertentangan. Ada yang percaya bahwa Yesus itu hanya sekedar manusia dan ada yang percaya bahwa Ia adalah Allah. Ada yang percaya bahwa keselamatan hanyalah melalui percaya namun juga ada yang percaya bahwa keselamatan perlu ditambah dengan sunat, dan berbagai perbuatan manusia. Mereka tidak peduli pada perbedaan,yang penting adalah kumpul ramai-ramai untuk berseru kepada Tuhan. Seolah-olah Tuhan akan mendengarkan mereka karena mereka memintanya secara beramai-ramai terlepas dari doktrin yang mereka imani.
Kalau menurut akal sehat penulis, doa ini adalah doa yang paling menyebalkan hati Tuhan. Bayangkan, di dalamnya ada orang yang percaya Alkitab tidak ada salah dan ada yang percaya Alkitab penuh salah. Ada yang percaya bahwa Maria bunda Allah dan ada yang percaya Maria manusia biasa yang harus bertobat dan percaya kepada Yesus. Intinya, kumpulan yang tidak satu iman atau tidak percaya pada satu doktrin sebagaimana seharusnya sebuah tubuh Tuhan (Ef.4:12-13).
Ini semacam doa yang dilakukan oleh nabi Baal ketika mereka berhadapan dengan Elia, yaitu mengandalkan jumlah pendoa.
Mungkinkah para pendoa ramai-ramai di Senayan menyangka bahwa Tuhan mau tidak mau akan mendengarkan doa mereka karena jumlah mereka sangat banyak? Semua orang yang masih memiliki akal sehat pasti mengerti bahwa tidak mungkin Tuhan terpengaruh oleh doa sistem demonstrasi ini.
Doa Yang Paling Didengar Tuhan
Doa yang pasti didengar Tuhan adalah doa yang dinaikan oleh jemaat lokal alkitabiah. Jemaat lokal alkitbiah adalah tubuh Tuhan. Mungkinkah tubuh Tuhan meminta sesuatu yang bertentangan dengan keinginan kepala?
Dan mungkinkah permintaan tubuh kepada kepala tidak didengar? Doa jemaat lokal alkitabiah adalah permohonan tubuh kepada kepala. Ini adalah doa yang paling menyenangkan hati Tuhan, dan tentu yang paling didengar.
Doa jemaat lokal alkitabiah hanya mungkin dilaksanakan oleh jemaat yang alkitabiah, dan sebuah jemaat bisa menjadi jemaat alkitabiah kalau jemaat tersebut sangat mementingkan pengajaran (doktrin), karena yang bisa menyebabkan sebuah jemaat menjadi alkitabiah adalah doktrinnya alkitabiah.
Tuhan berkata, “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Ayat ini telah disalahtafsirkan oleh banyak kalangan. Mereka berpikir bahwa kalau sendirian Tuhan tidak ada, jadi semakin ramai maka kehadiran Tuhan akan semakin mantap. Tafsiran demikian telah melecehkan kemahahadiran Tuhan. Padahal yang Tuhan maksudkan pada ayat ini adalah jemaat lokal yang adalah tubuhNya. “Dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu”, inilah jemaat lokal, tubuh Tuhan, bukan sekedar hadir.
Permohonan tubuhnya, atau doa jemaat yaitu doa yang dinaikkan pada saat orang kudus berjemaat, adalah doa yang paling didengar Tuhan, bukan yang dilakukan beramai-ramai di Monas,apalagi yang digabungkan dengan berbagai umat yang berbeda imannya.
Dalam doa dua atau tiga orang atau doa jemaat, yang diutamakan adalah kesehatian, maka doa diucapkan oleh seorang dan diaminkan oleh semua orang yang mendengarkan. Namun oleh para pemimpin yang tidak faham arti kesehatian, malah disuruh buka suara bersama-sama sehingga masing-masing mengucapkan doanya. Ini jelas bukan doa yang sehati melainkan masing-masing hati. Seharusnya seorang memimpin, dan yang lain mengaminkan kata-kata yang diucapkan.
Sedangkan mengenai doa pribadi kita dapatkan petunjuk Tuhan agar itu dilakukan di dalam kamar (Mat.6:6), bukan di dalam gua. Hati-hati, biasanya di dalam gua ada banyak iblis. Jangan-jangan iblis melakukan tipu muslihat dengan menjawab doa anda.
Ada juga yang membangun kamar khusus untuk berdoa dan melarang orang lain memasukinya dengan menganggap kamar itu tempat maha kudus. Tindakan ini jelas sesat karena pada zaman sekarang tidak ada tempat kudus dan tempat tak kudus. Semua tempat sama, karena kita beribadah dengan hati dan menyembah hakekat bukan simbolik sehingga tidak terikat pada waktu, tempat, bahkan postur tubuh. Kita hidup di zaman beribadah dalam roh dan kebenaran (Yoh.4:23). Pada zaman ini kita beribadah dengan hati.
Rasul Paulus meminta jemaat-jemaat yang didirikannya, maupun pribadi-pribadi, mengingatnya di dalam doa. Pada saat jemaat maupun pribadi berdoa, pokok doa yang didoakan pasti selalu tersimpan di dalam hati dan itu bukti kasih dan jalinan persekutuan orang-orang kudus. Dan Tuhan senang jika ada kasih dan persekutuan di antara anak-anakNya yang percaya pada doktrin yang sama yang tentu menanggung penderitaan dan menikmati kebahagiaan bersama.
Pada doa pribadi yang terpenting adalah hati, bukan tempat, dan pada doa jemaat lokal, yang terpenting adalah seberapa benar jemaat itu dihadapan Tuhan. Dan kalau kita berbicara tentang benar berarti menyangkut pengajaran atau doktrin yang dipegang dan diajarkan oleh jemaat tersebut, bukan jumlah anggota jemaatnya. Ingat, gereja yang benar, bukan gereja yang besar!***
Sumber: PEDANG ROH Edisi 43 Tahun X April-Mei-Juni 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar