Sesi II : The Fundamentalist must know the ‘storm’ (Fundamentalis harus mengenal badai itu)
Oleh: Dr. Steven Liauw pada waktu dikhotbahkan diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Andrew Liauw
Apakah semua hadirin masih segar? Tema Kongres kita tahun ini adalah ‘Standing Strong Challenging the Storm’ jadi kita tidak bisa berdiri teguh kalau ngantuk. Pada sesi kedua ini kita akan membahas ‘apa itu storm-nya’. Kaum Fundamentalis dikatakan berdiri teguh menantang badai, kita perlu menyelidiki seperti apakah badai yang akan menerpa kita.
Coba kita buka Alkitab kita dalam II Taw 18:12 (silakan baca seluruh pasal 18) “Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: “Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang daripada mereka dan meramalkan yang baik.”
Kalau mau berbicara tentang badai, Mikha jelas tahu bahwa dia sedang berada di dalam badai. Pada waktu itu, Israel sudah terbelah dua, ada yang di sebelah Utara dan sebelah Selatan. Yang menjadi raja di Utara adalah Ahab, sedangkan yang di sebelah Selatan adalah Yosafat. Mereka berdua ini memiliki sifat yang sangat berbeda. Ahab adalah seorang raja yang sangat jahat di mata Tuhan, dia membunuh Nabot, dia dikendalikan oleh istrinya, Izebel dan dia menyembah berhala. Sedangkan Yosafat adalah seorang raja yang mencari Tuhan dan disertai oleh Tuhan (II Taw 17:1,3).
Jadi Ahab yang di sebelah Utara adalah orang yang mengabaikan Tuhan sedangkan Yosafat yang di sebelah Selatan adalah orang yang mencari Tuhan. Tetapi ternyata ceritanya tidak sesederhana itu. Ahab mengajak Yosafat untuk berperang. Dalam rangka Ahab mengajak Yosafat berperang inilah akhirnya Ahab meminta pendapat Mikha tentang rencananya. Dan kita baca pada ayat 12 tadi, suruhan Ahab mengajak Mikha untuk mengatakan hal yang sama dengan nabi-nabi palsu lainnya, bukan Firman Tuhan. Tentu Mikha sudah tahu kalau badai ini sudah berkumpul, tapi dia harus berdiri teguh.
Kita akan melihat di dalam badai yang datang ini, ada elemen-elemen apa saja yang bercampur aduk menciptakan badai yang dahsyat untuk Mikha dan juga elemen-elemen yang sama juga sebenarnya berkumpul menghadapi kita pada zaman sekarang. Kita lihat pertama tokoh-tokoh di dalam badai itu.
AHAB
Ahab adalah seorang yang sama sekali tidak peduli pada Firman Allah, dia adalah seorang pembunuh, dia adalah seorang yang tidak menyembah Allah yang benar, tetapi dia masih menyebut dirinya orang Israel. Dia tidak berkata bahwa saya adalah orang kafir, dia masih mengaku sebagai anak Abraham, karena dia menghitung dirinya sebagai orang percaya padahal dia tidak termasuk di dalamnya. Pada zaman ini, ‘Ahab’ bisa kita ibaratkan dengan orang-orang Liberal, atau orang-orang manapun yang masih mengaku dirinya orang percaya, masih memakai nama Kristen, di KTP-nya agamanya Kristen, mungkin dia seorang pengajar theologi, tetapi dia sama sekali tidak peduli kepada Firman Tuhan, bahkan berani mengubah Firman Tuhan.
Merekalah yang biasanya dikutip oleh media massa sebagai kekristenan, bukannya Fundamental, padahal mereka sama sekali membenci Firman Tuhan. Kita bisa mengambil contoh, misalnya The Jesus Seminar. Dalam seminar itu, ahli-ahli theologi berkumpul. Mereka bukannya berdoa, mencari Firman Tuhan tetapi mereka malah mengambil Alkitab dan mereka menentukan dari keempat Injil ini,mana yang benar-benar perkataan Tuhan Yesus dan mana yang mitos atau hanya karangan. Kalau dalam II Tim 3:1-6, mereka dideskripsikan oleh rasul Paulus sebagai ‘orang yang secara lahiriah pergi ke kebaktian atau mengikuti persekutuan tetapi mereka menyangkal hakekatnya.’ Ini adalah salah satu ingredient dari badai yang datang. Karena mereka inilah orang-orang yang dianggap terpelajar, merekalah orang-orang yang terpandang di mata dunia.
Siapakah seorang Ahab dibandingkan dengan seorang Mikha? Ahab adalah seorang raja, semua orang mengenalnya dan sekali Ahab bertitah semua orang melakukannya. Mikha adalah seorang rakyat biasa yang kecil yang tidak berarti di pandangan dunia dan mungkin hanya dikenal oleh segelintir orang saja. Bahaya dari ingredient yang satu ini adalah kalau kaum Fundamentalis mau dianggap orang seperti ‘Ahab.’
Ketika kita mulai berpikir bagaimana supaya kita bisa menarik perhatian ‘Ahab’, supaya kita bisa digaji oleh Ahab, supaya bisa ikut masuk ke dalam kepopularitasannya, maka kita akan berusaha untuk menyenangkan ‘Ahab’. Itu bahaya yang sangat besar. Jangan sampai kita pernah melihat ‘Ahab’ dengan mata dunia karena dia sesungguhnya sudah mati di mata Tuhan.
YOSAFAT
Antara Ahab dan Yosafat, siapa yang lebih berbahaya? Bagi orang luar mungkin Ahab lebih berbahaya, tetapi bagi fundamentalis, Yosafatlah yang paling berbahaya. Mengapa? Karena Yosafat masih banyak benarnya. Kalau kaum fundamentalis berhadapan dengan seorang ‘Ahab,’ dia bisa berkata dengan tegas bahwa anda tidak percaya keilahian Kristus, anda tidak percaya Alkitab adalah Firman Tuhan dan anda sesat. Tetapi kalau seorang fundamentalis bertemu dengan seorang ‘Yosafat,’ maka tidak semudah itu. Dia mengajarkan banyak hal yang sama, dia masih mencari Tuhan juga, bahkan Tuhan masih memberkatinya juga.
Tetapi dimana kesalahan Yosafat? Ia tidak mau memisahkan dirinya dari Ahab. Itu adalah salah satu titik kelemahan orang yang berkompromi. Tidak ada pemisahan antara orang yang jelas-jelas menentang Tuhan dengan orang yang di pihak Tuhan. Anda tahu bahwa secara historis yang paling mendekati sikap ‘Yosafat’ ini adalah kaum injili. Kaum Fundamentalis dan kaum Liberal berperang rohani pada awal abad ke-20. Dan kemudian orang Fundamentalis menarik diri atau memisahkan diri dari kaum Liberal.
Pertamanya Liberal dan Fundamentalis berada dalam satu kelompok, tetapi ketika kaum fundamentalis sadar bahwa mereka tidak bisa mendepak kaum Liberal, maka Fundamentalis memilih keluar dan bukannya bersatu. Tetapi ada orang-orang yang tidak senang dengan cara seperti itu karena cara seperti itu terlalu frontal sehingga orang-orang itu berkata, “kita harus memegang kebenaran tanpa kita harus memisahkan diri.”
Dan akhirnya mereka membentuk gerakan baru yaitu Injili.
Inilah orang-orang yang seperti ‘Yosafat.’ Yosafat bahkan menjadi besan Ahab, sama sekali tidak ada pemisahan. Mari kita teliti sikap Yosafat ini.
Pertama, dia menolak separasi, padahal Alkitab dengan jelas mengatakan dalam II Tim 3:5, “jauhilah mereka itu!” Kita juga dapat melihatnya dalam II Kor 6:17. Jadi Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya harus memisahkan diri dari orang-orang yang sesat dan yang mengajarkan ketidakbenaran.
Bukan berarti jika kita ketemu lalu kita pasang muka masam. Bukan berarti kita tidak bisa menelepon dan berjabat tangan dengan mereka, tetapi berarti bahwa kita tidak bekerjasama dengan mereka, kita tidak berorganisasi dengan mereka, kita berpisah dengan mereka secara doktrinal dan dalam perjuangan kita.
Kedua, bukan saja bahwa Yosafat menolak separasi, tetapi mentalitas Yosafat adalah mentalitas injili, yaitu dalam hal ‘menghakimi.’ Kalau seorang fundamental mau berdiri teguh di atas Firman Tuhan, maka anda harus berkata kepada ‘Ahab’, “Ahab engkau telah salah.” Mentalitas injili selalu berprinsip, “jangan mengatakan orang lain salah. Jangan mengatakan orang lain sesat.” Padahal di dalam Alkitab, kita diperintahkan untuk menghakimi (Yoh 7:24).
Lalu bagaimana ada ayat yang mengatakan ‘jangan menghakimi!’ dan ada juga yang mengatakan ‘hakimilah!’ Kita harus melihat konteks ayat itu, di dalam ayat ini jelas dikatakan ‘hakimilah dengan adil!’ Jadi penghakiman yang adil boleh, bagaimanakah penghakiman yang adil? Kriteria apa yang paling adil di dunia ini? Apalagi kalau bukan Firman Tuhan. Jika kita menghakimi pengajaran orang dan membandingkan dengan Firman Tuhan, kita tidak mungkin salah, itu pasti bukan penghakiman yang dilarang Tuhan. Kita lihat lagi ayat-ayat lain, I Kor 2:15, mengatakan ‘tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu’, kata “menilai” sama dengan kata menghakimi. Jadi kita orang rohani bukan saja boleh menilai bahkan kita menghakimi segala sesuatu karena setiap orang yang rohani, apapun yang datang kepadanya, dia harus menilainya dan membandingkannya dengan Firman Tuhan. Justru kalau dia tidak menghakimi maka dia salah, karena berarti dia membeiarkan sesuatu masuk ke dalam dirinya tanpa dia bandingkan atau cocokkan dengan Firman Tuhan.
Ketiga, Yosafat hanya menekankan hal-hal yang positif saja, berarti menceritakan hal-hal yang indah saja. Memang Alkitab penuh dengan hal-hal yang indah yaitu keselamatan, kelepasan dari hukuman kekal dan biasanya kaum injili tidak mempunyai kesulitan untuk memberitakan hal-hal ini.
Tetapi ketika dia mulai masuk ke dalam hal-hal Alkitab yang mungkin lebih ‘negatif’ yang berkata bahwa ‘hai engkau keturunan ular beludak, kecuali engkau bertobat, engkau akan masuk neraka’ atau teguran-teguran keras lainnya yang berkata bahwa ‘wanita tidak boleh menjadi gembala’, ‘janganlah bersekutu dengan pengajar-pengajar sesat’ dan hal-hal lainnya, mereka tidak mau memberitakannya.
Ketahuilah bahwa bahaya terbesar dari kaum injili bukanlah apa yang mereka ajarkan, kebanyakan yang mereka ajarkan adalah benar. Tetapi bahaya yang terbesar adalah hal-hal yang tidak mereka ajarkan yaitu hal-hal yang mereka takut ajarkan.
Kalau kita kembali lagi ke dalam teks kita, kita melihat perkembangan cerita ini dimana Ahab mau menyerang Ramot-Gilead, kemudian Ahab berkata kepada Yosafat ‘ayo kita pergi bersama-sama.’ Dan dia mengumpulkan 400 nabi untuk menanyakan Firman Tuhan kepada mereka dan 400 orang itu berkata ‘maju saja’. Tetapi Yosafat tahu bahwa 400 nabi ini adalah nabipalsu semuanya. Dan saya yakin Ahab juga tahu. Tetapi heran, kenapa Yosafat masih mau bersekutu dengan orang seperti itu? Yang terjadi adalah bahwa Yosafat berkata ‘tidak bisa, coba cari nabi Tuhan yang benar.’ Dan dia berkata ‘jemputlah Mikha. Dan Mikha pun dipanggil.
MIKHA
Mikha ini adalah seorang Fundamentalis. Mengapa dia seorang Fundamentalis? Karena dia berkata di dalam ayat 13, “demi Tuhan yang hidup, sesungguhnya apa yang akan difirmankan Allahku, itulah yang akan kukatakan.” Kita melihat bahwa ada 2 elemen dalam badai yang akan datang ini, tetapi ada satu kondisi yang membuat badai itu semakin berbahaya, yaitu ketika Yosafat mulai bergandengan tangan dengan Ahab. Dan kita melihat itu hari ini, ini dapat terlihat dalam gerakan ekumene, dimana orang-orang Injili dan Prostestan sudah mulai bergandengan tangan dengan Katolik. Kita melihat bahwa sungguh benar-benar terjadi bahwa Yosafat sudah menjadi besannya Ahab, sudah mengikuti hidup Ahab. Di sini sudah terlihat bahwa langit sudah semakin gelap karena Yosafat tidak mungkin membawa Ahab kembali ke jalan yang benar, yang ada adalah Ahab membawanya pergi ke jalan yang sesat Saya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Yosafat, karena tadinya dia adalah seorang yang mencari Tuhan, mengapa dia mau setuju ikut Ahab berperang? Bahkan ketika Mikha menubuatkan bahwa Ahab akan mati. Ahab dengan liciknya berkata kepada Yosafat,
“Yosafat, engkau saja yang memakai baju kebesaranku.” dan Yosafat mau saja. Satu langkah kompromi berlanjut ke langkah kompromi berikutnya. Apa yang tidak mungkin kamu lakukan hari ini, tetapi kalau kamu mengambil langkah kompromi, kamu akan melakukannya 10 tahun lagi. Mungkin Yosafat ingin menginjili Ahab dan Yosafat memang sempat berkata, “keempat ratus nabimu ini adalah nabi palsu, saya tidak bisa mendengarkannya.” Tetapi akhirnya ketika nabi yang benar berbicara, Yosafat pun tidak mendengarkannya. Popularitas Ahab rupanya telah berhasil mempengaruhinya.
Jadi kita lihat ada 2 tokoh yang berbahaya dan juga ada 2 metode yang berbahaya. Pertama, metode untuk menggoda anda agar melepaskan prinsip Kristen Fundamentalis. Di ayat 12, suruhan Ahab pergi memanggil Mikha, dan Mikha sudah diberikan pesan-pesan sponsor. Saya yakin kalau Mikha berkompromi saat itu, mungkin dia akan diangkat menjadi staf kerajaan. Ada 1001 cara yang Iblis akan pakai untuk menggoda anda. Dia akan menawarkan kenyamanan hidup. Kalau anda bersikap seperti kaum Injili, hidup anda akan jauh lebih nyaman. Kalau anda Fundamentalis, anda akan susah hidupnya. Itu adalah metode yang sangat berbahaya tetapi apakah kita akan berdiri teguh menghadapi badai? Setiap hari pasti terlintas godaan iblis itu, ada keragu-raguan, lebih lebih kalau kita melihat sekeliling, bagaimana orang-orang dunia sukses menurut pengertian mereka dan itulah godaan iblis untuk anda agar anda menyebrang ke pihaknya.
Metode yang kedua, kalau cara halus tidak bisa maka cara keras akan dipakai oleh iblis. Apakah Mikha dibiarkan begitu saja oleh Ahab. Baca dalam II Taw 18 : 23, 25-26. Ketika dia gagal mengoda Mikha untuk masuk ke dalam pihaknya, dia tidak membiarkannya, tetapi dia menangkapnya dan memasukkannya dalam penjara dan memberinya makan serba sedikit.
Ketika badai itu datang, apakah anda akan berdiri teguh? Karena sesungguhnya Badai itu sedang datang. Kita bagaikan ‘Mikha’ yang di dalam cerita tersebut. Dunia sedang menantang kita untuk menentukan pendirian kita. Dan apa jawaban kita? Kalau kita maju berarti kita masuk ke dalam badai. Tetapi ingatlah di situ ada Tuhan, di dalam badai itu, sehingga badai itu pasti bisa kita lewati. Kaum Fundamentalis, maju terus!***
Sumber: PEDANG ROH Edisi 49 Tahun XI Oktober-November Desember 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar