Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. LiauwGraphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com
Penerjemah: Dr. Steven E. LiauwGraphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com
PEMBUNUH MASSAL DISORAKI DI LIBIA
Pembunuh massal Muslim yang telah ditemukan bersalah atas pengeboman penerbangan Pan Am 103 pada tahun 1980, yang menewaskan 270 orang ketika pesawat itu jatuh di Lockerbie, Skotlandia, mendapatkan penyambutan seorang pahlawan di bandara udara Tripoli, Libia, ketika ia sampai di sana tanggal 21 Agustus (“Lockerbie Bomber Release,” AOL News, 21 Agus. 2009). Ribuan orang menyoraki Abdel Baset al-Megrahi, yang dibebaskan dari penjara di Skotlandia setelah hanya delapan tahun ditahan karena alasan “belas kasihan.” Dia katanya sedang sekarat karena kanker. Presiden Libia, Gadhafi, bertemu secara pribadi dengan al-Megrahi dan memeluk dia. Cukup jelas bahwa banyak penduduk Libia yang percaya bahwa menghancurkan sebuah pesawat jet komersial yang penuh dengan orang adalah tindakan Islami yang hebat, yang pantas mendapat pujian tertinggi.
Pembunuh massal Muslim yang telah ditemukan bersalah atas pengeboman penerbangan Pan Am 103 pada tahun 1980, yang menewaskan 270 orang ketika pesawat itu jatuh di Lockerbie, Skotlandia, mendapatkan penyambutan seorang pahlawan di bandara udara Tripoli, Libia, ketika ia sampai di sana tanggal 21 Agustus (“Lockerbie Bomber Release,” AOL News, 21 Agus. 2009). Ribuan orang menyoraki Abdel Baset al-Megrahi, yang dibebaskan dari penjara di Skotlandia setelah hanya delapan tahun ditahan karena alasan “belas kasihan.” Dia katanya sedang sekarat karena kanker. Presiden Libia, Gadhafi, bertemu secara pribadi dengan al-Megrahi dan memeluk dia. Cukup jelas bahwa banyak penduduk Libia yang percaya bahwa menghancurkan sebuah pesawat jet komersial yang penuh dengan orang adalah tindakan Islami yang hebat, yang pantas mendapat pujian tertinggi.
HAKIM MENOLAK UNTUK MENGIRIM REMAJA PUTRI KRISTEN KEMBALI KE ORANG TUANYA YANG MUSLIM
Berikut ini disadur dari “Teen Christian Convert to Stay in Florida,” WorldNetDaily, 21 Agus. 2009: “Seorang hakim di Florida telah memutuskan bahwa perdebatan mengenai seorang Kristen muda yang lari dari orang tua Muslimnya di Ohio, ketika ayahnya katanya mengancam hidupnya, akan terus dilakukan di Florida, dan dia tidak akan segera dikembalikan sebagaimana yang diinginkan orang tuanya. Fathima Rifqa Bary, 17 tahun, seorang murid cemerlang dan anggota cheerleader, dibesarkan dalam sebuah keluarga Muslim di Columbus, Ohio. Dia menjadi seorang Kristen empat tahun lalu karena interaksinya dengan anak-anak lain di sekolah. Tetapi Bary, yang berasal dari Sri Lanka, menumpang ke stasiun bis dan lari dari rumah pada tanggal 19 Juli lalu, karena dia mengatakan bahwa keluarganya akan membunuh dia melalui “pembunuhan kehormatan.” [Ayahnya telah memukuli dia habis-habisan banyak kali]. Dalam tradisi Islam, pembunuhan kehormatan adalah membunuh seseorang yang dianggap telah mendatangkan kecemaran atas keluarganya…..Di daerah Columbus, di mana dia tinggal, ‘Ada suatu kelompok yang padat populasi Muslim yang memiliki koneksi dengan Islam radikal dan al-Qaida,’ ujar John Stemberg, pengacarayang mewakili remaja tersebut….Wafa Sultan, seorang psikiatris yang lahir di Siria, aktivis hak asasi manusia dan penulis buku, menulis di di JihadWatch.org bahwa kasus ini ‘menggarisbawahi bahaya meresapnya jihad ke dalam dunia Barat. Ini bukan hanya karena bahaya iminen yang dihadapi oleh sang ramaja putri di Amerika sana, jika pengadilan memutuskan untuk mengembalikan dia ke rumah orang tuanya, tetapi juga karena respons media-media mainstream yang sangat lemah terhadap beratnya kasus ini.’…..Dr. Phyllis Chesler, penulis dari ‘Are Honor Killings Simply Domestic Violence?’ memberitahu Fox News bahwa hidup Bary akan berada dalam bahaya jika dia dipaksa untuk kembali kepada orang tuanya. ‘Siapapun yang bertobat dari Islam akan dianggap sebagai pemurtad, dan murtad adalah kesalahan hukuman mati,’ dia mengatakan. ‘Jika dia dikembalikan kepada keluarganya, jika dia beruntung, mereka akan mengucilkan dia, memukuli dia, mengancam dia, dan jika dia tidak dapat dibujuk untuk kembali ke Islam, mereka akan membunuh dia. Mereka tidak punya pilihan lain.’ Chesler melanjutkan, ‘Dia melarikan diri dari tirani keluarganya yang kejam dan telah mempermalukan keluarganya lebih lagi melalui pemaparan publik. Anak-anak perempuan dan wanita-wanita Muslim dibunuh karena hal yang lebih kecil lagi.’ ….. PBB mentabulasikan sekitar 5000 ‘pembunuhan kehormatan’ setiap tahunnya di sekliling dunia, dan hal ini telah terdokumentasikan bahkan di Amerika Serikat…..salah satu kasus yang lebih terkenal belakangan ini adalah ketika seorang pendiri jaringan TV Muslim dituduh memenggal istrinya.”
“JESUS SEMINAR” YANG TIDAK BERIMAN DIREVITALISASI
The Jesus Seminar, yang mengklaim bahwa hanya sebagian kecil dari empat Injil yang mengandung kata-kata otentik Yesus, telah direvitalisasi baru-baru ini. Setelah kematian pendirinya, Robert Funk, pada tahun 2005, organisasi tersebut hampir saja bankrut. Kini mereka telah pindah ke Universitas Willamette di Salem, Oregon, dan sedang menerima aliran uang untuk melanjutkan pekerjaan Iblis mereka untuk menghancurkan iman orang terhadap Firman Allah. Melalui Jesus Seminar, desis sang ular masih dapat terdengar, “Benarkah Allah berfirman?” Pada tahun 1980an, para anggota Jesus Seminar melakukan pemilihan suara untuk menentukan otentisitas perkataan-perkataan Kristus dalam keempat Injil, menggunakan bola-bola merah untuk mengindikasikan bahwa suatu perkataan kemungkinan besar otentik, abu-abu untuk menyatakan bahwa perkataan itu bisa saja otentik, dan hitam untuk menyatakan bahwa tidak mungkin itu otentik. Kurang dari sepertiga perkataan-perkataan Yesus mendapatkan suara merah. Pada tahun 1992, Marcus Borg, seorang partisipan dalam Jesus Seminar, mengatakan, “Sama sekali tidak masuk akal secara historis untuk berkata, ‘Yesus dibunuh untuk dosa dunia.’….Saya adalah salah satu orang Kristen yang tidak percaya bahwa kelahiran dari perawan, atau bintang Betlehem, dan juga perjalanan orang majus, atau para gembala yang datang ke palungan, adalah fakta-fakta sejarah” (Bible Review, Desember 1992). Jesus Seminar hanyalah satu suara di antara gaduhnya ketidakpercayaan yang telah secara supranatural dinubuatkan dalam Alkitab yang mereka serang dengan membabi buta. “Sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan” (2 Tim. 3:13). “ Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng” (2 Tim. 4:3-4). “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka” (2 Pet. 2:1). “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya” (2 Pet. 3:3).
The Jesus Seminar, yang mengklaim bahwa hanya sebagian kecil dari empat Injil yang mengandung kata-kata otentik Yesus, telah direvitalisasi baru-baru ini. Setelah kematian pendirinya, Robert Funk, pada tahun 2005, organisasi tersebut hampir saja bankrut. Kini mereka telah pindah ke Universitas Willamette di Salem, Oregon, dan sedang menerima aliran uang untuk melanjutkan pekerjaan Iblis mereka untuk menghancurkan iman orang terhadap Firman Allah. Melalui Jesus Seminar, desis sang ular masih dapat terdengar, “Benarkah Allah berfirman?” Pada tahun 1980an, para anggota Jesus Seminar melakukan pemilihan suara untuk menentukan otentisitas perkataan-perkataan Kristus dalam keempat Injil, menggunakan bola-bola merah untuk mengindikasikan bahwa suatu perkataan kemungkinan besar otentik, abu-abu untuk menyatakan bahwa perkataan itu bisa saja otentik, dan hitam untuk menyatakan bahwa tidak mungkin itu otentik. Kurang dari sepertiga perkataan-perkataan Yesus mendapatkan suara merah. Pada tahun 1992, Marcus Borg, seorang partisipan dalam Jesus Seminar, mengatakan, “Sama sekali tidak masuk akal secara historis untuk berkata, ‘Yesus dibunuh untuk dosa dunia.’….Saya adalah salah satu orang Kristen yang tidak percaya bahwa kelahiran dari perawan, atau bintang Betlehem, dan juga perjalanan orang majus, atau para gembala yang datang ke palungan, adalah fakta-fakta sejarah” (Bible Review, Desember 1992). Jesus Seminar hanyalah satu suara di antara gaduhnya ketidakpercayaan yang telah secara supranatural dinubuatkan dalam Alkitab yang mereka serang dengan membabi buta. “Sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan” (2 Tim. 3:13). “ Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng” (2 Tim. 4:3-4). “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka” (2 Pet. 2:1). “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya” (2 Pet. 3:3).
FESTIVAL ROCK GRAHAM – KEKUDUSAN YANG SUBJEKTIF
Berikut ini disadur dari “Franklin Graham: Minister of Christ or Priest of Baal?” oleh Gembala Ralph Ovadal http://www.pccmonroe.org. “Rock the River [suatu rangkaian empat festival yang dilaksanakan di kota-kota sekitar sungai Mississippi] adalah hasil karya dari presiden/CEO BGEA [editor: Billy Graham Evangelistic Association], Franklin Graham, yang juga beberapa kali mengkhotbahkan sebentar Injil Graham di masing-masing konser rock ‘Kristen’ yang enam sampai tujuh jam itu. Graham jujur mengenai alasan dia menggunakan musik rock yang saling membenturkan kepala, hip-hop, dan bahkan sebuah mosh pit yang didirikan oleh BGEA. ‘Kami hanya sekedar mengganti umpannya. Anak-anak hari ini mencintai musik rock. Kami memberikan mereka musik yang mereka sukai dan mengerti’ (Quad City Times, 9 Agus. 2009)…..Yang ingin saya bahasa secara singkat di sini adalah konsep Franklin Graham mengenai apa penyembahan yang dapat diterima oleh Tuhan. Alkitab banyak berbicara mengenai hal ini, misalnya, ‘Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!‘ (Maz. 29:1)….Tetapi sepertinya Graham memegang filosofi yang sama dengan para pengikut rock-and-roll-nya, termasuk dua orang wanita muda yang saya wawancarai di acara Rock the River di Davenport tempat saya melayani, pada hari Sabtu, 8 Agustus. Setelah saya selesai berkhotbah dan menyebarkan traktat, saya memasang identitas pers Kristen saya dan melakukan wawancara dengan dua rocker Injili. Sambil musik yang berdentum dan memekakkan telinga bermain di latar belakang, saya mengangkat ayat Kitab Suci yang memerintahkan Tuhan untuk disembah dengan penuh hormat dan ‘berhiaskan kekudusan.’ Saya menanyai mereka apakah Rock the River cocok dengan gambaran itu. Wanita-wanita muda tersebut dengan yakin menjelaskan kepada saya bahwa ’semuanya tergantung siapa kamu. Seperti, ada orang yang suka ini. Dan kamu harus menyembah sebagaimana kamu, dan mereka harus menyembah sebagaimana mereka.’ Tetapi saya bertanya lagi, ‘Apakah musik ini penuh hormat?’ Sekali lagi, ilah ’saya’ dijadikan otoritas akhir dalam semua masalah ini. ‘Saya rasa ini hebat….saya rasa ini sempurna….saya rasa bagi mereka ini penuh hormat. Mungkin bagi kamu ini agak berbeda….bagi mereka inilah caranya mereka mengeluarkan segala sesuatu.’ Rasa hormat, saya diberitahu, berbeda bagi masing-masing orang. Dan apakah kekudusan itu? ‘Saya rasa tergantung bagaimana kamu melihatnya.’ Sedemikian [besar] ketidaktahuan dan sedemikian [kacau] kepercayaan yang timbul, yang mengizinkan dan merayu orang-orang Injil muda masuk ke dalam budaya rock ‘Kristen’ yang jauh dari sifat Kristiani, dan menarik mereka masuk ke dalam ‘penyembahan akan Allah’ yang sebenarnya adalah penyembahan kacau dan kafir akan kristus lain, dengan pemberitaan akan injil yang lain, dan semua ini adalah oleh roh yang lain, bukan Roh Kudus (2 Korintus 11:4).”
Berikut ini disadur dari “Franklin Graham: Minister of Christ or Priest of Baal?” oleh Gembala Ralph Ovadal http://www.pccmonroe.org. “Rock the River [suatu rangkaian empat festival yang dilaksanakan di kota-kota sekitar sungai Mississippi] adalah hasil karya dari presiden/CEO BGEA [editor: Billy Graham Evangelistic Association], Franklin Graham, yang juga beberapa kali mengkhotbahkan sebentar Injil Graham di masing-masing konser rock ‘Kristen’ yang enam sampai tujuh jam itu. Graham jujur mengenai alasan dia menggunakan musik rock yang saling membenturkan kepala, hip-hop, dan bahkan sebuah mosh pit yang didirikan oleh BGEA. ‘Kami hanya sekedar mengganti umpannya. Anak-anak hari ini mencintai musik rock. Kami memberikan mereka musik yang mereka sukai dan mengerti’ (Quad City Times, 9 Agus. 2009)…..Yang ingin saya bahasa secara singkat di sini adalah konsep Franklin Graham mengenai apa penyembahan yang dapat diterima oleh Tuhan. Alkitab banyak berbicara mengenai hal ini, misalnya, ‘Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!‘ (Maz. 29:1)….Tetapi sepertinya Graham memegang filosofi yang sama dengan para pengikut rock-and-roll-nya, termasuk dua orang wanita muda yang saya wawancarai di acara Rock the River di Davenport tempat saya melayani, pada hari Sabtu, 8 Agustus. Setelah saya selesai berkhotbah dan menyebarkan traktat, saya memasang identitas pers Kristen saya dan melakukan wawancara dengan dua rocker Injili. Sambil musik yang berdentum dan memekakkan telinga bermain di latar belakang, saya mengangkat ayat Kitab Suci yang memerintahkan Tuhan untuk disembah dengan penuh hormat dan ‘berhiaskan kekudusan.’ Saya menanyai mereka apakah Rock the River cocok dengan gambaran itu. Wanita-wanita muda tersebut dengan yakin menjelaskan kepada saya bahwa ’semuanya tergantung siapa kamu. Seperti, ada orang yang suka ini. Dan kamu harus menyembah sebagaimana kamu, dan mereka harus menyembah sebagaimana mereka.’ Tetapi saya bertanya lagi, ‘Apakah musik ini penuh hormat?’ Sekali lagi, ilah ’saya’ dijadikan otoritas akhir dalam semua masalah ini. ‘Saya rasa ini hebat….saya rasa ini sempurna….saya rasa bagi mereka ini penuh hormat. Mungkin bagi kamu ini agak berbeda….bagi mereka inilah caranya mereka mengeluarkan segala sesuatu.’ Rasa hormat, saya diberitahu, berbeda bagi masing-masing orang. Dan apakah kekudusan itu? ‘Saya rasa tergantung bagaimana kamu melihatnya.’ Sedemikian [besar] ketidaktahuan dan sedemikian [kacau] kepercayaan yang timbul, yang mengizinkan dan merayu orang-orang Injil muda masuk ke dalam budaya rock ‘Kristen’ yang jauh dari sifat Kristiani, dan menarik mereka masuk ke dalam ‘penyembahan akan Allah’ yang sebenarnya adalah penyembahan kacau dan kafir akan kristus lain, dengan pemberitaan akan injil yang lain, dan semua ini adalah oleh roh yang lain, bukan Roh Kudus (2 Korintus 11:4).”
FESTIVAL ROCK GRAHAM – MOSHING
Berikut ini disadur dari “Franklin Graham: Minister of Christ or Priest of Baal?” oleh Gembala Ralph Ovadal http://www.pccmonroe.org. “Perhatikan komentar Franklin Graham kepada media, yang disampaikan kepada para wartawan di kota-kota yang menjadi tuan rumah acara [festival rock] Rock the River dan yang diposting di website BGEA: ‘Sambil kita menaiki sungai Mississippi…..kita akan melawan arus sekularisme, postmodernisme, dan kebudayaan tak ber-allah di mana kita sedang tinggal saat ini.’ …..Daripada membuat pembaca bosan, saya tidak akan mencoba menggambarkan betapa dalamnya kefasikan karakter dan musik yang Graham pakai untuk melawan kejahatan-kejahatan yang baru saja ia sebutkan….Cukuplah untuk mengatakan bahwa menurut saya, laki-laki berambut panjang yang memakai anting-anting — kadang-kadang juga memakai makeup mata – dan wanita-wanita terseksualisasi yang menjerit-jerit dan kadang menggeramkan musik dengan bunyi satanik yang memekakkan telinga sambil bergoyang pinggul, meliuk-liuk, dan saling menabrakkan tubuh di depan kumpulan fans yang berpakaian tidak sopan, melakukan ‘crowd surfing’ dan ‘moshing,’ sambil berteriak-teriak, sepertinya bukanlah kebalikan dari ‘kebudayaan tak ber-allah di mana kita sedang tinggal saat ini.’ ….Orang-orang muda yang mau melakukan mosh sambil mendengarkan musik yang liar diundang untuk masuk ke pit dan menikmati diri mereka sendiri. Secara sederhana, orang melakukan mosh dengan cara secara fisik menghantamkan tubuh sendiri ke sesama mereka dan mencoba untuk mendorong orang lain itu ke tanah. Sebuah kamus mendefinisikannya demikian: ‘untuk ikut serta dalam suatu bentuk dansa yang liar dan keras, slam-dance.’…..Musik tersebut, body surfing [editor: biasanya pada suatu konser rock yang penuh sesak, seseorang dioper dari satu lokasi ke lokasi lain dengan cara ditopang oleh tangan-tangan para peserta lain. Jadi dalam body surfing, orang tersebut bergerak berbaring di atas semua penonton lain, dioper dengan tangan], dan juga moshing – semuanya katanya adalah menyembah Tuhan dan memujiNya!”
Berikut ini disadur dari “Franklin Graham: Minister of Christ or Priest of Baal?” oleh Gembala Ralph Ovadal http://www.pccmonroe.org. “Perhatikan komentar Franklin Graham kepada media, yang disampaikan kepada para wartawan di kota-kota yang menjadi tuan rumah acara [festival rock] Rock the River dan yang diposting di website BGEA: ‘Sambil kita menaiki sungai Mississippi…..kita akan melawan arus sekularisme, postmodernisme, dan kebudayaan tak ber-allah di mana kita sedang tinggal saat ini.’ …..Daripada membuat pembaca bosan, saya tidak akan mencoba menggambarkan betapa dalamnya kefasikan karakter dan musik yang Graham pakai untuk melawan kejahatan-kejahatan yang baru saja ia sebutkan….Cukuplah untuk mengatakan bahwa menurut saya, laki-laki berambut panjang yang memakai anting-anting — kadang-kadang juga memakai makeup mata – dan wanita-wanita terseksualisasi yang menjerit-jerit dan kadang menggeramkan musik dengan bunyi satanik yang memekakkan telinga sambil bergoyang pinggul, meliuk-liuk, dan saling menabrakkan tubuh di depan kumpulan fans yang berpakaian tidak sopan, melakukan ‘crowd surfing’ dan ‘moshing,’ sambil berteriak-teriak, sepertinya bukanlah kebalikan dari ‘kebudayaan tak ber-allah di mana kita sedang tinggal saat ini.’ ….Orang-orang muda yang mau melakukan mosh sambil mendengarkan musik yang liar diundang untuk masuk ke pit dan menikmati diri mereka sendiri. Secara sederhana, orang melakukan mosh dengan cara secara fisik menghantamkan tubuh sendiri ke sesama mereka dan mencoba untuk mendorong orang lain itu ke tanah. Sebuah kamus mendefinisikannya demikian: ‘untuk ikut serta dalam suatu bentuk dansa yang liar dan keras, slam-dance.’…..Musik tersebut, body surfing [editor: biasanya pada suatu konser rock yang penuh sesak, seseorang dioper dari satu lokasi ke lokasi lain dengan cara ditopang oleh tangan-tangan para peserta lain. Jadi dalam body surfing, orang tersebut bergerak berbaring di atas semua penonton lain, dioper dengan tangan], dan juga moshing – semuanya katanya adalah menyembah Tuhan dan memujiNya!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar