Senin, 21 September 2009

WABAH TERDAHSYAT TERHADAP KEKRISTENAN

Banyak orang Kristen di Indonesia beriman secara tidak kritis. Ada yang berprinsip “pokoknya pergi ke gereja, apa yang diajarkan pendeta itu urusan pendeta bukan urusan kita.” Bahkan ada yang tahu ia sedang berbakti di gereja yang sesat namun baginya itu tidak menjadi persoalan karena ia berprinsip “pokoknya saya yakin sendiri, urusan pemimpin gereja yakin yang lain, itu urusan dia.”

Agar orang Kristen Indonesia semakin cerdas, kritis dalam beriman, maka buletin Pedang Roh Graphe International Theological Seminary = GITS, Sunter Podomoro, Jakarta-Utara) berusaha membahas hal-hal yang bersifat teologi dan doktrinal/pengajaran. Bukan hanya orang Kristen bahkan setiap manusia harus beriman dengan penuh pengertian, karena untuk itulah Allah memberi kita dua alat, yaitu akal budi dan firman tertulisnya, agar kita bisa mengerti kehendakNya yang tertulis dalam firmanNya dengan akal kita. (Jurnal Teologi Triwulan dari

Bukanlah kehendak penulis untuk mengkritisi apalagi menyerang pihak manapun, melainkan adalah permintaan dari berbagai pihak agar Pedang Roh sekali-kali membahas tentang Calvinisme. Permintaan tersebut muncul mungkin karena Calvinisme sangat berbeda dari Mormonisme, Saksi Yehuwa, dll. Ia masuk ke dalam kekeristenan bahkan sedemikian merasuki kekristenan hingga hampir tidak ada denominasi yang lolos darinya.

Sesungguhnya tidak mungkin membahas keseluruhan Calvinisme melalui sebuah buletin yang tipis ini. Itulah sebabnya yang dibahas hanyalah poin-poin utama ajaran Calvinisme.

Teologi PREDESTINASI

Calvinisme, atau disebut juga dengan Teologi TULIP, atau Teologi Predestinasi, dan masih banyak lagi sebutannya, bagaikan kuman yang memasuki tubuh kekristenan dan mengalir hingga ke ujung jari.

Calvinisme percaya bahwa dalam satu dekrit Allah, Ia telah menetapkan segala sesuatu dalam kekekalan, bahkan tiap-tiap tindakan dari tiap-tiap individu sesungguhnya telah ditetapkan Allah sejak dalam kekekalan.

Calvinisme memaksakan Ef 1:4, untuk meyakinkan orang bahwa Allah telah menetapkan orang masuk Sorga dan Neraka sejak KEKEKALAN.

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristusyang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia,

Melalui exegesis yang hati-hati dan mendalam, dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat tersebut memberitahukan bahwa Allah telah memilih Kristus sejak kekekalan dan setiap orang yang DI DALAM KRISTUS akan termasuk dalam lingkup pemilihan. Supaya bisa termasuk di dalam Kristus seseorang harus percaya kepada Kristus. Dan surat Efesus adalah surat yang kudus menekankan jemaat yang adalah tubuh Kristus, kumpulan orang yang percaya kepada Kristus yang berarti termasuk dalam lingkup orang pilihan. Mereka termasuk dalam pilihan karena mereka berada di dalam Kristus dan berkumpul membentuk tubuh Kristus.

Pada zaman PL Allah menetapkan bangsa Israel sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK), dan setiap orang yang dilahirkan sebagai orang Yahudi secara jasmani MASUK ke dalam pemilihan Allah. Sedangkan zaman PB Allah menetapkan jemaat lokal (Gereja) yang adalah tubuh Kristus sebagai TPDK dan memilih setiap orang yang tergabung ke dalamNya melalui bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus untuk memperoleh berkat rohani.

Doktrin Predestinasi telah menekankan aspek Kedaulatan Allah (sovereignty), tanpa mempertimbangkan aspek dua makhluk ciptaaan Allah, yaitu malaikat dan manusia yang diberi kemampuan berpikir dan kebebasan memilih. Hasilnya Calvinisme mirip dengan konsep Islam yang disebut TAKDIR. Bagi Muslim segala sesuatu telah ditakdirkan, sedangkan bagi Calvinis telah diPREDESTINASIkan. Jadi, kalau seorang perempuan diperkosa bergilir dan dibunuh, itu telah ditakdirkan atau telah dipredestinasikan Allah sejak kekekalan.

Selanjutnya rangkaian pengajaran Calvinisme tentang keselamatan biasanya disingkat TULIP, yaitu T=Total Depravity, U=Unconditional Election, L=Limited Atonement, I=Irresistible Grace, dan P=Perseverance of the Saints. Sesungguhnya ini bukan teologi, melainkan filsafat tentang cara manusia masuk Sorga oleh Agustinus yang dikembangkan oleh John Calvin.

Total Depravity

Dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan jatuh total, hancur total, atau rusak total. Mereka menyimpulkan bahwa Allah menetapkan Adam jatuh ke dalam dosa dan sesudahnya manusia hancur total. John Calvin berkata,

Again, I ask: whence does it happen that Adam’s fall irremediably involved so many peoples, together with their infants offspring, in eternal death unless because it so pleased God? Here there tongues, otherwise to loquacious, must become mute. The decree is dreadful indeed, I confess. Yet no one can deny that God foreknew what end man was to have before he created him, and consequently foreknew because he do ordained by his decree. [John Calvin, Institutes of Christian Religion. Ed. By John T. Mcneil. Trans. By Ford Lewis Battles (Philadelphia: The Westminster Press, 1960), p.955 (III.xxi.5)].

(Terjemahan bebasnya) Lagi, saya bertanya: darimana itu terjadi bahwa kejatuhan Adam yang tak dapat diperbaiki melibatkan begitu banyak orang, bersama bayi keturunan mereka dalam kebinasaan kekal kecuali karena itu sangat disenangi Allah? Di sini lidah mereka yang suka berbicara harus tak berbunyi. Dekrit itu memang mengerikan, saya mengakuinya. Namun tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa Allah tahu dulu akhir seseorang sebelum Ia menciptakannya, dan secara konsekuen tahu dulu karena Ia yang menetapkannya dengan dekritNya.

Calvin percaya dan mengajarkan bahwa Allah demi kesenangannya telah menetapkan Adam jatuh ke dalam dosa sehingga menyeret seluruh umat manusia. Manusia sejak kejatuhan menjadi Totally Depraved (hancur total), bahkan tidak bisa menjawab ya kepada Allah.

Padahal tidak demikian menurut Alkitab, selain Allah tidak pernah menetapkan kejatuhan Adam, setelah kejatuhan, ternyata manusia masih bisa berpikir, memilih, memutuskan bahkan Allah menyatakan bahwa manusia sudah seperti Allah.

Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." (Kejadian 3:22)

UNCONDITIONAL ELECTION
Menurut alur filsafat Calvin, karena manusia tidak bisa memberi respon sedikitpun kepada Allah, maka satu-satunya cara manusia diselamatkan ialah melalui pemilihan yang tanpa syarat (Unconditional Election). Ef 1:4-5 dijadikan prooftexts padahal di situ tidak disebutkan pemilihan untuk keselamatan melainkan untuk memperoleh berkat surgawi. Dan lagi pula di situ dikatakan pemilihan atas mereka yang di dalam Kristus, tanpa menunjukkan cara seseorang masuk ke dalam Kristus.
 
Demikian juga dengan kesukaan mereka dalam Roma 8:29-30, yang sesungguhnya tidak dikatakan bahwa Allah memilih sejumlah orang masuk Sorga sejak kekekalan, melainkan berkata bahwa Allah tahu dulu (Alkitab bhs Indonesia sedikit salah terjemah), maka Allah menetapkan. Jadi penetapan Allah didasarkan atas foreknowledge (tahu lebih dulu) Allah.
 
Ketika Calvinis diajak rasionalisasi bahwa jika Allah telah menetapkan sejumlah orang masuk Sorga sejak kekekalan, maka itu berarti Ia telah menetapkan sejumlah orang masuk Neraka juga, maka jawaban yang muncul seringkali agak aneh, yaitu bahwa Allah secara AKTIF memilih sejumlah orang masuk Sorga, dan secara PASIF membiarkan sejumlah orang masuk Neraka. Padahal Calvinis percaya bahwa jika Allah mau, maka Ia bisa memilih semua orang Sorga, namun Ia tidak mau, melainkan senang, dan demi kemuliaanNya serta kesenanganNya Ia hanya memilih sebagian saja.
 
Dr. David Cloud berkata bahwa “ada yang tidak beres dengan Allah orang Calvinis.” Dan Dave Hunt berkata, “Allahnya John Calvin bukan Allah yang maha kasih.” Kalau zaman sekarang ini di negara hukum ada orang bertindak seperti Allah Calvinis, pasti dia harus dipenjarakan. Bayangkan kalau ada orang melihat sebuah kapal yang berpenumpang seratus orang di lautan akan tenggelam, dan Ia membawa kapal besar yang cukup memuat beratus-ratus orang, namun ia hanya memilih menyelamatkan 10 orang dan secara PASIF membiarkan 90 orang tenggelam, maka jika ia bukan seorang yang sangat jahat, ia pasti sakit jiwa.
 
Konsep Unconditional Election Calvinisme telah berhasil menggambarkan Allah sebagai penjahat, bahkan monster. Padahal Alkitab jelas menyatakan Allah itu maha kasih. Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ayat-ayat Alkitab tentu tidak saling bertentangan. Kalau ia terkesan bertentangan, maka pasti penafsirannya ada masalah.
 
LIMITED ATONEMENT
Rasionalisasi filsafat Calvinisme berkata bahwa manusia ambruk total sehingga tidak bisa merespon pada panggilan Allah sehingga untuk masuk Sorga sepenuhnya tergantung pada pemilihan Allah yang unconditional, maka konsekuensi berikutnya adalah limited atonement (penebusan terbatas). Calvinis tidak bisa terima bahwa Allah menebus seisi dunia (I Yoh 2:2, Ibr 2:9, Yoh 1:29, I Tim 2:6), karena itu tidak masuk ke dalam nalar filsafat mereka.
 
Mereka selalu berargumentasi bahwa, “Jika Allah menebus seisi dunia, maka tentu seisi dunia akan selamat, dong?! Kan Allah maha kuasa.”
 
Padahal, memang Allah maha kuasa dan ayat-ayat Alkitab menyatakan bahwa Allah mengasihi semua manusia bahkan Allah ingin semua manusia diselamatkan (II Pet 3:9). Konsep Calvinis bahwa jika Allah menghendaki semua manusia selamat dan Ia maha kuasa maka seharusnya semua orang menjadi selamat, itu karena mereka tidak memahami manusia yang memiliki kehendak bebas yang diberikan Allah dan Allah yang mahakuasa menghargainya.
 
Limited atonement adalah salah satu dari 5 poin Calvinisme yang paling sulit mereka pertahankan sehingga Four-points Calvinist, termasuk Lewis S. Chafer (pendiri Dallas Theological Seminary). Karena terlalu sulit bagi mereka untuk melawan terlalu banyak ayat yang menyatakan bahwa Yesus Kristus menebus dosa semua manusia.
 
IRRESISTIBLE GRACE
Point ini sesungguhnya tidak terlalu penting karena merupakan tambahan, atau rasionalisasi logis dari tiga point sebelumnya. Jalan nalar filsafat Calvin ialah, jika Allah memilih siapa yang ingin diselamatkanNya, maka sudah pasti orang tersebut tidak bisa menolak, mereka sebut anugerah yang tidak bisa ditolak (Irresistible Grace).
 
Padahal di dalam Alkitab banyak sekali contoh penolakan. Orang muda yang datang kepada Yesus dalam Matius 19:16-26, ternyata menolak. Dan Tuhan Yesus berkata, “…Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” (Matius 23:37)
 
PERSEVERANCE of the saints
Perseverance of the saints artinya pemeliharaan orang-orang kudus adalah poin akhir dari rangkaian nalar Calvinisme. Tentu, kalau Allah telah menetapkan untuk menyelamatkan sebagian orang untuk masuk Sorga, dan kemudian memilih mereka, maka Ia pasti akan menjamin mereka masuk Sorga.
 
Namun para Calvinis tidak pasti siapa yang dipilih dan siapa yang tidak. Bahkan seorang Calvinis mendebat mahasiswa Graphe lewat internet berkata bahwa ia percaya ada orang yang sudah dipilih namun masih di kuil-kuil, di mesjid-mesjid, dan di gereja-gereja Arminian. Sedangkan ada orang yang sedang menjadi Gembala di gereja Reform tetapi sebenarnya tidak dipilih. Sesungguhnya Calvinis tidak memiliki kepastian masuk Sorga yang alkitabiah.
 
Kepastian masuk Sorga yang alkitabiah adalah, Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula. (Ibrani 3:14).
 
Mengenai keselamatan bayi yang meninggal sebelum akil-balik, para Calvinis sendiri kebingungan. Ada yang berkata bahwa bayi orang Kristen akan masuk Sorga sedangkan bayi non-Kristen akan masuk Neraka. Lalu bagaimana kalau tadinya seseorang belum menjadi Kristen, dan bayinya mati, dan sesudahnya ia menjadi Kristen? Betapa kejamnya Allah Calvinis yang memasukkan bayi ke dalam neraka karena status orang tuanya. Ada Calvinis yang sangat jujur yang mengaku tidak tahu. Memang benar, jangankan bayi yang mati, yang sudah jadi pengkhotbah terkenal pun bisa-bisa ternyata tidak terpilih.
 
Sebagian lagi mengajarkan baptism regeneration (keselamatan oleh baptisan) sehingga Reform dan Presbyterian giat membaptis bayi. Mereka mensejajarkannya dengan sunat PL, sementara itu mereka baptis bayi perempuan walau di PL wanita tidak disunat.
 
Di dalam Calvinisme tidak ada kepastian masuk Sorga, baik bayi, orang dewasa, anggota jemaat, bahkan para pendeta mereka pun sesungguhnya tidak ada kepastian masuk Sorga karena sesungguhnya mereka tidak tahu siapa dipilih Allah dan siapa disingkirkan Allah (reprobation).
 
KESIMPULAN
Tidaklah heran kalau Laurence M. Vance, Ph.D menulis dalam bukunya The Other Side of Calvinism berkata, “Calvinism is therefore the greatest Christian heresy that has plagued the church.” [(Calvinisme adalah ajaran sesat terdahsyat yang telah mewabahi gereja) Laurence M. Vance, The Other Side of Calvinism (Pensacola: Vance Publications, 2002), p.x.]
 
Bagaimana tidak, Mormonisme memang sesat, tetapi tidak diizinkan masuk ke dalam gereja melainkan diblock di luar, Saksi Yehuwa juga sesat dan juga diblock di luar. Sedangkan Calvinisme sesat dan dizinkan untuk memasuki gereja hingga hampir tidak ada denominasi yang terlepas dari pengaruhnya.
 
Calvinisme telah melenyapkan semangat penginjilan, bahkan semangat bertekun di dalam iman. Bayangkan, kalau Allah telah memilih sejumlah orang masuk Sorga atau Neraka sejak kekekalan melalui satu dekrit, untuk apa kita menginjil atau mempertahankan hidup keimanan kita? Calvinis selalu menjawab, “kita menginjil karena kita tidak tahu siapa dipilih dan siapa tidak.” Coba duduk tenang dan renungkan! Kalau angkanya sudah pasti, artinya giat beritakan Injil juga tidak akan menambah, dan tidak beritakan Injil juga tidak akan berkurang, lalu apa perlunya Injil diberitakan?
 
Filsafat Calvinistik inilah yang telah menghancurkan Eropa, yang tinggal sedikit waktu lagi akan menjadi wilayah Islam. Bahkan dengan Covenant Theology mereka telah menyuburkan Liberalisme sehingga telah dan sedang menghancurkan kekristenan dari dalam. Apakah ini berkat atau wabah bagi kekristenan?
 
Bayangkan jika Allah telah menetapkan (mempredestinasikan) atau menakdirkan segala sesuatu yang Calvin sendiri akui sebagaimana telah kita kutip di atas bahwa Allah menetapkan Adam jatuh ke dalam dosa, maka kejatuhan Adam adalah kesalahan Allah, bukan kesalahan Adam. Menurut Calvinis Allah juga yang menetapkan orang membunuh, memperkosa, mencuri yang tentu berarti juga Allah yang menetapkan keributan 14 Mei 1998. Bisakah kita simpulkan bahwa Calvinisme adalah filsafat yang diciptakan John Calvin dengan memungut sebagian ayat Alkitab sehingga filsafatnya bisa dimasukkan sebagai pengajaran kekristenan?
 
Jika kita renungkan dengan sungguh-sungguh, lima poin ajaran Calvinisme, maka satu dengan yang lainnya saling kait-mengait secara konsisten. Jika salah satunya gagal, maka yang lain juga harus ditinggalkan. Oleh sebab itu logisnya tidak ada orang yang four-points Calvinist, bahkan tidak ada yang one-point. Jika Calvinisme benar, maka ia benar kelima-lima poinnya.
 
Kita menjadi sangat heran, ada di antara mereka yang sudah memodifikasi ajaran John Calvin, atau men-drop beberapa poin dari TULIP, namun mereka tetap mau menyebut diri mereka Calvinis. Ketika pertanyaan ini dikemukakan, ada pihak yang menjawab, mungkin karena mereka telah terlanjur memakai nama gereja Reform atau Presbyterian yang nota bene adalah denominasi gereja yang didirikan oleh John Calvin dan teman-temannya. Atau sesungguhnya mereka belum pernah dilahirkan kembali, karena mereka belum pernah bertobat dan percaya kepada Kristus dengan benar melainkan hanya yakin secara membabi buta sebagai orang pilihan?
 
Jika anda berbicara dengan jemaat gereja Reform ataupun Presbyterian yang sesungguhnya adalah Calvinistik, tentang poin Calvinisme yang tidak masuk akal dan tidak alkitabiah, mereka pasti akan mengelak dengan berkata bahwa Calvinisme yang sejati tidak seperti itu. Bahkan sekalipun kita telah mengutip omongan John Calvin sendiri, mereka masih tetap akan berkelit dengan berkata bahwa itu pengajaran hypher-Calvinist. Mereka berbuat demikian karena ada poin tertentu yang terlalu sulit untuk dipertahankan, maka mereka menuduh kelompok Calvinis yang mempertahankan poin itu sebagai hypher-Calvinist. Dan mereka juga sering menuduh orang lain salah dalam memahami Calvinisme, sehingga Dr. David Cloud berkata, “jika tidak ada orang yang sanggup memahami Calvinisme, atau jika Calvinisme itu sedemikian berbelit-belit, maka pasti itu bukan kebenaran, melainkan penipuan.”
 
Tulisan ini tidak memiliki maksud negatif, melainkan ingin mengajak teman-teman Calvinis, dan mengingatkan orang Kristen, untuk menilai dengan nurani serta akal sehat yang murni. Jika Calvinisme memang sulit untuk dipertahankan, ya untuk apa dipertahankan. Bukankah tujuan kita berteologi itu untuk mencari kebenaran, bukan mencari pembenaran apalagi mempertahankan ketidakbenaran? Dengan kasih Kristus.***
 
(Buletin Pedang Roh edisi 47, Bab 13 Artikel 1 dari buku Doktrin Keselamatan Alkitabiah, Dr. Suhento Liauw, halaman 194-204, Jakarta: GITS, 2007)
 
AMSAL 23:23 Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.



Tidak ada komentar: